Cinta Pada Istri Urakan - Bagian 429 Kencan semalam

Setelah melalui beberapa pertempuran sengit, akhirnya Gavin merasa puas, tetapi dia masih enggan untuk meninggalkannya.

“Pergi mandi bersama ?”

Hati Laras bergetar, dan segera menggelengkan kepala.

“Aku tidak melakukan apapun, sungguh hanya mandi saja.” Sambil berbicara, dia segera memeluknya pergi ke kamar mandi.

Laras sudah kehabisan tenaga, kakinya gemetar, sudah tidak sanggup untuk berdiri.

Setelah selesai mandi, kemudian dia membungkusnya dengan menggunakan bathrobes, memeluknya dan membawanya ke dekat jendela.

Lampu yang ada diruangan padam sepenuhnya, tirai yang ada dijendela terbuka otomatos, Gavin menunjuk kearah luar, “Lihat kesana.”

Laras mendongak, melihat langit yang gelap, bersinar terang lampu yang panjang, melingkar berkelok kelok, Nampak seperti tangga bumi dan langit.

“Tembok besar kah?”

“Benar.”

“Bisa mendaki?”

“Yang bagian dibawah bisa, tapi yang diatas ditutup, terlalu tinggi dan terlalu berbahaya, jika naik helikopter dan dilihat dari atas kebawah, bisa melihat kehebatan para orang jaman dahulu, dan sekaligus kekejaman saat perang.

Laras berpura-pura paham, “Oh.”

Gavin duduk berdampingan dengannya, mencium kelopak matanya dengan lembut. “Merindukanku?”

“Tidak.”

“Tidak merindukaku, ketika kupanggil kamu langsung bergegas lari dari kejauhan dan mendekat?”

“Ya, pendukung keuangan memanggil, apa aku bisa tidak patuh?”

Gavin menerkam wajah kecilnya, dia mundur dan mundur lagi, bersembunyi dan bersembunyi lagi, tiba-tiba terjatuh dan terduduk diatas lantai.

“Tidak terpeleset kan ?” Gavin segera menariknya dengan rasa gugup.

“Tidak apa-apa, lagian disini juga tidak tinggi.”

Gavin menariknya dan duduk dalam pelukannya, memeluk pinggang rampingnya, mencium aroma harum sabun mandi ditubuhnya, dan bahkan wangian semacam itu menggambarkan aroma unik putrinya, jika ada dia akan mabuk.

Laras berkata banyak padanya, terutama seputar tentang Manda, tentang kekejaman bibi terhadap manda, tentang bantuan Tanu terhadap Manda, dan bahkan tentang perasaan Rendra terhadap Manda.

Gavin satu kalimat pun tidak memotong pembicaraannya, sebelumnya tidak pernah ada yang seperti gadis kecil ini, masalah sekecil apapun akan dikatakan padanya, tetapi dia hanya mendengarkan ocehan gadis kecil ini.

“Hei, kamu tidur?”

“Tidak.”

“Lalu kenapa tidak berkata sepatah kata pun?”

“Mendengarkan kamu bicara lah.”

“Kamu tidak memberi pendapat-pendapat gitu?”

Gavin memeluknya, dan dagunya menempel dibahunya, berkata dengan lembut: “Aku tidak tertarik dengan permasalahan orang lain, aku hanya tertarik denganmu.”

Laras mengulurkan tangan dan menutup bibirnya, “Ei,ei,ei, susah payah untuk bertemu, jangan bilang

selain masalah ini tidak ada lagi yang bisa dilakukan?”

“Lalu kamu ingin melakukan apa?”

“Ya contohnya berbincang-bincang, saling bertukar pendapat lah, ini baru yang disebut komukasi yang cerdas.”

Gavin meremehkannya, “Aku ingin berkomunikasi secara fisik denganmu, saling bertukar ketrampilan, mari sini, biarkan aku melihat-lihat apakah akhir-akhir ini kamu masih pergi ke gym.”

Sambil berbicara, tangannya sudah mulai tidak bisa diam.

Laras sambil menahan tangannya yang kesana kemari, sambil berkata dengan tertawa: “Jangan berisik, aku sibuk ujian akhir semester akhir-akhir ini, mana mungkin ada waktu latihan fisik.”

“Memang lulus?”

“Sialan, aku pergi karena beasiswa, selanjutnya aku akan mengambil beasiwa persemesternya, tidak boleh karena sudah mendapatkan kualifikasi rekomendasi lantas bisa bersantai-santai belajar, aku adalahg panutan semua orang.” Laras mengatakannya dengan penuh semangat, dan berbicara sesuai dengan gayanya, sungguh bertentangan dengan gayanya yang sebelumnya “Lebih dari 60 poin”.

Gavin tahu bahwa dia kali ini untuk kebaikannya, dengan sengaja, dia juga dengan sengaja mengangkat wajahnya, dan berbicara dengan sungguh-sungguh : “Baiklah, sikap belajar yang sangat baik, hanya saja tidak tahu bagaimana ketabahan dalam belajarnya.”

Laras menekan bagian perutnya, “Tabah sepanjang masa.”

Rasa malu-malu seperti kucing yang membuat hati Gavin geli, dan suaranya lebih ditekan, sambil mencium dan berbicara: “dikit-dikit bilang aku ganggu, lalu menggodaku, kamu ingin bagaimana?”

“Hehehe, kamu kira?”

Gavin membuka mulutnya dan menjilat seluruh wajahnya.

“Ah, makan orang ya, Bos Gavin mau makan orang .”

Wanita berteriak dengan suara rendah, ingin berlari, tapi dia baru saja lepas dari pelukannya, dan pria memeluknya kemudian melemparkannya diatas tempat tidur.

Hehehe, dia berkata bagaimana mungkin Gavin dengan mudah melepaskannya, ternyata ada tujuan lain, itu semua strateginya.

“gerakan paman begitu mesum, aku mau pulang.”

“Gadis kecil, biarkan paman menyayangimu.”

“…….Gavin, kamu, semakin lama semakin tidak tahu malu.” Laras tidak tahan untuk mengejeknya, ini sama sekali tidak konsekuen dengan citranya sebagai seorang prajurit perang yang pemberani.

Gavin lagi-lagi mengatakan perkataan bijaknya, “Aku tidak perlu reputasi, aku perlu istri.”

“…….” Hei, siapapun tolong aku.

——

Keesokan harinya, diruangan yang sunyi, gorden sudah dibuka, tirai kasa putih menghalangi cahaya yang menyilaukan, yang membuat seluruh ruangan menjadi lembut dan hangat.

Laras meringkuk didalam selimut, menunjukkan wajah kecilnya yang seperti ditampar, kulitnya seperti telus yang baru dikupas, putih dan montok, wajahnya yang penuh dengan kolagen.

Bulu matanya bergetar, meluruskan pinggangnya, meluruskan tangan dan menyentuh kesamping tanpa sadar.

Hei, mana orangnya?

Dia langsung membuka matanya, “Gavin?” dia langsung duduk dan berteriak, “Gavin?......suamiku……suamiku?”

Tidak ada orang yang meresponnya.

Dia sangat kehilangan.

Dia tiba-tiba berbaring kembali, kemarin malam seperti mimpi, Gavin yang muncul dalam mimpi indahnya, ketika bangun dan sudah tidak ada lagi.

Tetapi, rasa sakit dibagian bawah membuatnya merasa Gavin memang datang.

Rak diatas tempat tidur terdapat secarik kertas, namun dia tidak bisa melihat, Gavin sengaja menempelnya di lampu dinding.

Laras menarik kertas itu dan melihatnya, diatasnya tertulis kalimat pendek-----“Aku masih ada pekerjaan, perhatikan keselamatanmu ketika pulang, ujianlah dengan baik.”

Tulisan tangan itu bagus dan tegas, itu adalah tulisan tangan Gavin.

Meskipun hati laras terasa kehilangan, tetapi ditambah rasa sayangnya terhadap Gavin, dari awal sudah mengetahui bahwa kemarin malam tidak akan menghabiskan waktu selarut itu, jika tahu dari awal akan memaksanya tidur nyenyak, memulihkan semangatnya.

“Hei, kamu yang harus memperhatikan keselamatan, aku menunggumu kembali dirumah.”

Kali ini, laras tidak membeli obat setelah melakukan hubungan, yang pertama, Gavin memutuskan untuk melarangnya meminum obat semacam itu, dan yang kedua, dia sendiri juga tidak ingin minum obat itu.

Mungkin, di benaknya, dia juga ingin memberikan Gavin seorang anak, juga sekaligus memberikan kepada ibu dan neneknya, dan juga ada yang menemaninya.

Sebelumnya Gavin sudah pernah mengatakan boleh hamil ketika di semester 7 atau 8, setelah melahirkan anak dan bisa melanjutkan S2, sekali gerak dapat dua keuntungan.

Meskipun sekarang belum memasuki semester tujuh, tapi sudah hampir lah, tapi dia benar-benar tidak ingin meminum obat, jika memang hamil, hamil saja lah.

Lagi pula, kemarin malam juga dia meminta untuk tidak pakai kondom, dia dalam masa aman, tidak begitu mudah hamil.

Ketika kembali ke kediaman, nenek dengan senang langsung menariknya duduk di sofa.

Laras melihat kondisi semacam ini, dengan segera mencari alasan, “Nek, aku pergi belajar dulu.”

“Jangan mengkhawatirkan waktu yang singkat ini, aku tanya padamu, ada perlu ada Gavin mencarimu? Kenapa dia sendiri tidak pulang?”

“Dia bilang masih ada pekerjaan, aku sudah tidak melihatnya ketika aku bangun pagi.”

“Aiya, sudah kenyang langsung hilang, cucuku ini memang tidak bisa dimengerti.”

“……..” gawat, nenek sudah mulai mesum lagi.

Nenek menyentuh perutnya sambil tersenyum. “Wah, sedikit membuncit, sudah dimasukin banyak ya?”

“…..” ah. Nenek, lepaskan aku.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu