Cinta Pada Istri Urakan - Bab 108 Jangan-Jangan Telah Terjadi Sesuatu Di Antara Mereka

Setelah menerima panggilan, Jordan memutar arah dan bergerak menuju hotel yang ditempati Gavin.

Dalam masa tugas sebagai mata-mata, pertemuan yang tanpa direncanakan ini mempuyai resiko bahaya yang besar, dan tidak dibenarkan dalam tim.

Gavin menghubungi Jordan, juga karena hubungan eratnya dengan keluarga Wijaya selama ini, dia tidak bisa menerima Jenny, namun ia juga tidak mau menyusahkan atasannya bahkan mengganggu sistem dari tim pasukannya.

Sebenarnya Jenny ingin memperjuangkan agar ia tetap tinggal, namun melihat wajah dan sorotan Gavin yang gelap, membuat dia merasa sangar dan sedikit ketakutan.

"Gav...."

"Masih ada 2 menit, segera bereskan barang-barangmu."

Nadanya yang seolah-olah tiada ampun, terutama wajahnya terpancar seperti hawa seorang pembunuh, membuat Jenny tidak ada pilihan, dan dengan terpaksa melaksanakan arahannya.

Jenny membereskan barang-barangnya, sebenarnya tidak terlalu banyak barang yang perlu dibereskan, dia hanya ingin menggunakan kesempatan ini agar bisa berduaan lebih lama dengan Gavin, dengan sedih ia berkata: "beberpa suplemen ini ditinggalkan saja untuk kamu, cara mengkonsumsinya sesuai dengan....."

suara "prang", Gavin tanpa berkata apa-apa langsung menendang sofa hingga terbalik, kaleng-kaleng dan botol-botol berserakan di lantai, berantakan.

dengan dingin dia berkata: "Jangan membuang waktu lagi, aku akan meminta pihak hotel yang akan membersihkannya. keluar!"

Di bawah sinar lampu yang samar-samar, suara Gavin ibarat suara raja Iblis di Neraka yang sedang mengaung, membuat Jenny semakin ketakutan dan gemetaran.

Jenny dengan berkata dengan terbata-bata : "Te... tetapi wajahmu...."

Gavin dengan nada yang rendah berkata :"keluar!"

Tempat temu janji adalah di pintu belakang hotel, Gavin mengenakan setelan mantel berwarna hitam, ditambah dengan syal yang tebal, dengan tinggi badan 190 cm membuat orang yang melihatnya akan timbul perasaan takut dan penuh aura tekanan.

Yuni yang menjaga dari jauh, melihat peristiwa tadi, ia tahu bahwa Jenny ketakutan melihat tatapan dari Gavin.

Jordan juga mengenakan setelan hitam, walaupun dia tau Gavin tidak akan berubah pikiran, namun Jenny tetap tidak bisa mengendalikan diri untuk mengkuatirkannya, "Kamu sendiri harus sangat berhati-hati."

Gavin berdiri tak bergeming, ia melirik ke samping melihat Yuni di sana, bukankah seharusnya dia menemani Laras, mengapa mengikuti Jordan ke sini?

Jenny merasa sedikit gembira ketika melihat dia tidak memotong pembicaraannya tadi, maka ia pun melanjutkan: Gavin, aku menunggu kabar baik darimu..."

"Apakah Laras telah terjadi sesuatu?" Gavin bertanya sambil menatap Jordan, dengan pandangannya itu ia menunjuk ke arah Yuni, lalu bertanya lagi, "Sebelumnya aku menemuimu bersama Laras, apa yang terjadi?"

Jenny merasa sakit hati dan tidak enak, ternyata Gavin tidak peduli tentang kekhawatirannya, ia hanya peduli dengan Laras.

Jordan menarik adiknya ke belakang tubuhnya, dan berkata: "Hari ini, kakak ipar dan Yuni melihat kamu di kota, dan mengenal wajah penjahat, sepanjang jalan ia mengikuti kamu bahkan telah melapor polisi untuk menangkap penjahatnya.

"...."

"Yuni mengetahui ternyata ini adalah rencana tim kita, bagaimanapun dia membujuk dan menjelaskan kepada kakak ipar, namun tetap ditolak, karena sudah tidak ada cara akhirnya dia memukul kakak ipar pingsan."

"Memukul pingsan?" Sorot mata Gavin seperti kilat, memancarkan pandangan kilat ke arah Yuni, jangankan memukulnya pingsan, Gavin bahkan tidak rela menyentuh dan membuat sakit Laras.

Yuni terjebak dalam angin dingin yang berhembus, menundukkan kepala dengan langkah kakinya sedikit bergeser ke arah luar.

" Bos tenang, kakak ipar tidak ada masalah, sudah mengadakan pengecekan kepala di rumah sakit, sekarang dijaga oleh Damar dan pengurus rumah, menginap satu malam sudah boleh keluar."

Barulah Gavin menyimpan kembali sorot matanya yang seperti ingin membunuh itu, suasana seperti ini tidak leluasa untuk berbicara banyak, "jaga kontak, pergilah."

Jordan menganggukkan kepala, dan menyeret Jenny untuk pergi.

Malam semakin larut, angin dingin berhembus dengan semakin liar seolah-olah ingin menganiaya bumi ini, seperti ingin membungkus bulat seluruh bola bumi ini.

Dalam mobil, Yuni menyetir, Jordan dan Jenny duduk di belakang, diam tak berkata, suasana tegang.

Sekian lama, Yuni bertanya dengan pelan "Ketua Jordan, kita mau ke mana?"

Jordan : "Ke kediaman Wijaya"

Jenny : "Kembali ke markas"

Yuni sesaat menelan air ludahnya, keduanya adalah sama-sama kapten Wijaya, namun jawaban mereka berdua berbeda, dia harus mendengarkan yang mana?

Jordan memelototi adiknya, berusaha menekan kekerasan kepala adiknya, "pulang dulu baru dibicarakan."

Namun Jenny tetap bersikukuh mengatakan : "Aku baru saja menyelesaikan tugas sebagai mata-mata, seharusnya aku kembali ke markas terlebih dahulu untuk memberikan laporan." Setelah melepaskan status sebagai mata-mata, nada bicaranya sudah tidak lagi sungkan, suarapun mulai tinggi.

Jordan melirik dia sejenak, walaupun Jenny sedang dibungkus oleh mantel yang panjang, tetapi dibawah mantel malah adalah sepasang kaki yang bersinar, Jordan tanpa basa-basi langsung berkata: "Dengan pakaianmu yang tidak patut begini, bagaimana bisa kembali ke markas memberikan laporan?"

"...."

Yuni mengangkat kepalanya dan melirik sejenak ke belakang melalui kaca spionnya, kebetulan terlihat wajah Jenny yang berekspresi malu.

Dalam kurun waktu setengah bulan lebih ini, dia dan Laras seolah-olah tidak terpisahkan, walaupun dia adalah pengawal dari Laras, namun Laras memperlakukan dia ibarat adik perempuannya sendiri, Laras juga tidak menyembunyikan rahasia mengatakan padanya bahwa memanggil dia sebagai pengawalnya adalah karena ingin mengetahui lebih banyak tentang hubungan kepala bagian dengan ketua tim Jenny Wijaya.

Menurut pemahamannya, Kepala bagian (Gavin) dan ketua tim(Jenny) tidak ada hubungan apa-apa, namun melihat kenyataan yang ada di depan mata, larut malam begini, kepala bagian malah harus menanggung resiko bahaya untuk mengantar kepulangan ketua tim Wijaya, jangan-jangan di antara mereka telah terjadi sesuatu?

Jordan memerintahkan : "pulang rumah!"

"Baik." Yuni segera fokus mengendarai mobil.

--

Langit mulai terang, angin dingin berhembus, bumi ditutupi salju putih, bukan salju tetapi sesuatu yang lebih dari salju, matahari yang mulai muncul menyinari tidak membuat tiang besar yang panjang dan dingin di bawah atap itu meleleh, ia tetap kokoh.

Setelah melewati tanggal 15, maka perayaan tahun baru boleh dikatakan sudah berakhir, kehidupan dan pekerjaan kembali ke orbitnya masing-masing, kembalinya para tim militer, membuat kota Jakarta terlihat sibuk kembali.

Universitas Pelita Harapan telah memulai kuliah, Laras membawa koper bawaan yang sedikit kembali ke asrama, segalanya masih seperti suasana sebelumnya.

Fanny yang melihat Laras dengan tidak sabar bertanya, "Nona Laras, tidak ada masalah kan? Adik Yuni tidak mengikutimu?"

"Apakah ia telah dibawa pulang oleh pemimpinnya."

"Benar juga, sudah seharusnya kembali untuk diberi pelajaran, bukan menjaga orang, malah jadinya memukul orang?"

"kamu yang tidak jelas masalahnya, jangan bicara sembarangan dulu," Laras menghentikannya, dia mulai memberikan penjelasan untuk Yuni, "Dia itu demi menjaga semuanya, makanya kebablasan."

"Kebablasan?"

Laras segera meletakkan jari telunjuknya di mulutnya,"Ssst, tutup mulutmu, tidak diperbolehkan untuk menanyakan hal ini lagi."

Fanny yang tertarik dengan segala hal, sesungguhnya poinnya bukan hal ini, dia mulai bermulut manis untuk merayu, "baik, baik, baik, kalau begitu mari kita bicarakan soal agenda pertemuan dengan kaka-kakak tentara tampan, Nona Laras, kapan kamu akan mengatur agenda pertemuan ini?"

Laras tertegun, orang sedang pusing, bagaimana bisa masalah ini diungkit?

"Kapten Wijaya (Jordan) kemarin itu......hihihi, selera aku, bantu aku ya?"

Laras memutar bola matanya, spontan berkata :”Diet dululah kamu, dengan postur begini, tidak takut ya menimpa hancur kakak tentara itu?"

"......dasar Laras, bicara apa kamu?"

"Berbicara kenyataan."

"...."

Novel Terkait

CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu