Cinta Pada Istri Urakan - Bab 443 Aku Tidak Percaya Dia Akan Mati

Laras tidak kemana-mana, hanya saja mengandalkan kedua kakinya berjalan kembali ke kediaman Gavin, dari mansion keluarga Pradipta berjalan ke kediaman Gavin, sudah berjalan selama 5 jam, langit pun sudah gelap.

Setelah kembali ke kediaman Gavin, pelayan kediaan Gavin juga sedang menangis, pelayan Dewa yang biasanya tegak dan bersemangat, saat ini adalah orang tua yang kesepian, bersandar di atas sofa, dan menangis diam-diam.

"Nyonya muda, anda?" Lira melihat Laras tidak bisa menahan tangisannya, "Anda sudah makan?"

Laras hanya diam tidak menjawab, langsung naik ke lantai kedua, sepatah katapun tidak terucap.

Setelah naik ke lantai dua, masuk ke kamar, menutup pintu, dia menjauhkan jaraknya dengan dunia luar, seperti hanya seperti ini, dia baru bisa mempertahankan udara Gavin lebih banyak.

Bajunya pun tidak diganti, menyibakkan selimutnya dan meringkuk diatas tempat tidurnya, dia menarik nafas dalam-dalam mencoba untuk mencium aroma Gavin, tapi, Gavin sudah meninggalkan rumah beberapa waktu, sprei juga sudah diganti beberapa kali, mana mungkin masih ada aromanya.

Serangan yang tiba-tiba seperti ini, Laras tidak sanggup menerimanya, sekuat apapun dia memaksa dirinya sendiri, tetap saja tidak bisa menerima kenyataan ini.

Pelan-pelan, kabar Gavin gugur tersebar luas, awalnya di sistem militer, lalu seluruh sistem, lalu di internet juga ada sedikit kabar berseliwuran, lalu dengan resmi mengumumkan tawanan martir Gavin Pradipta, dan juga mengadakan peringatan kematian.

-----"Sangat menyedihkan, selamat jalan jendral Pradipta."

-----"Mana ada kehidupan yang tenang, hanya saja ada orang yang membantumu menanggungnya didepan."

-----"Di surga tidak ada iblis, selamat jalan jendral Pradipta."

-----"Tuhan cemburu dengan orang yang begitu berbakat, maka merengutnya kesisi-Nya, jendral pradipta adalah pahlawan sesungguhnya, selamat jalan."

Begitu kabar mengalir, para netizen mulai ikut berduka, mereka semua sangat menyayangkannya.

Diluar itu, ada beberapa suara yang tidak sama---"Nyawa Laras keras sekali, dirinya dimana maka bencana disana, dulu dititipkan di keluarga Atmaja, Rama Nagita sampai masuk penjara, sekarang sudah menikah, langsung membawa kematian pada Gavin."

-----"Kekuatan Laras besar sekali, ekor kesialannya panjang sekali, siapapun yang bersamanya pasti akan terkena masalah."

-----"Semua orang coba tebak orang yang terkena bencana selanjutnya siapa? Apakah adalah ayahnya Romo?"

Kata-kata mereka begitu kejam, membalikkan fakta, yang sanggup membunuh seseorang, semuanya mulai mengkritik Laras.

Tapi, walaupun sesengit apa mereka berdebat di internet, Laras tidak punya waktu untuk mengatasinya, Gavin sudah mati, dia juga seperti ikut mati juga.

Makan, minum, bernafas, bahkan tidurpun, hatinya tidak berhenti sakit, air matanya bisa mengalir kapanpun, penderitaan seperti ini, tidak mengalaminya sendiri siapapun tidak akan mengerti, siapapun tidak akan bisa membantunya untuk menanggungnya.

Beberapa waktu ini, Manda, Fany, Vero datang melihatnya, Romo juga dari tengah kesibukannya mencari waktu menemaninya, terlebih dari tidak sedikit teman yang bertanya kabarnya dari wechat, tapi, itu semua tidak bisa membuat penderitaannya berkurang, kapanpun mau menangis akan menangis, kepikiran suatu hal maka akan menangis beraung-raung, itu adalah semacam rasa sakit yang sudah menulang, bahkan dia sendiri pun tidak bisa mengatasinya.

Yang paling susah ditahan adalah pada saat tengah malam yang hening, begitu Laras menutup matanya, semuanya adalah gambaran Gavin di dalam kobaran api, dia berpikir, Gavin terbakar dikobaran api begitu besar, pasti sangat kesakitan.

Hari itu, peringatan kematian Gavin diadakan dengan terhormat, Allan yang memimpin upacara besar ini, tempatnya dipenuhi dengan papan bunga, dan juga ada begitu banyak petinggi militer yang datang memeringati.

Diluar aula peringatan, tentara pasukan khusus serigala berbaris rapi, satu per satu pria sejati, satu per satu kakak tentara yang berteriak berdarah berkeringat tapi tidak menangis, semuanya menangis sampai mata merah.

Dan juga warga yang sangat ramah, juga datang untuk memperingati kematian Gavin, mengantarkan Gavin untuk terakhir kalinya.

Gavin mati dalam kebakaran, terbakar sampai sedikitpun tidak bersisi, didalam peti mati hanya diletakkan barang peninggalannya, itu adalah satu set seragam tentara, didepan dadanya ada medali tentara yang tak terhitung, medali tentara itu sama-sama menampakkan kilau emas, seperti sedang mencerutakan sebuah cerita pahlawan yang sangat hebat.

Laras maish belum datang, ini membuat semua orang bertanya-tanya.

Anna sudah menangis untuk waktu yang lama, dia menyemangati dirinya, bertanya: "Dimana Laras? Di hari begini penting kemana dia?"

"Nyonya, nyonya muda sudah dalam perjalanan, sebentar lagi akan sampai."

"Benar-benar keterlaluan, semasa hidup Gavin begitu baik padanya, di peringatan kematiannya juga bisa terlambat!"

Baru saja dibicarakan, sebelah pintu tiba-tiba terbuka dengan kuat, suara dorongan pintu sangat kuat, memancing semua tamu melihat kesana.

Tampak Laras membawa kemarahan yang tidak kecil masuk kedalam, begitu masuk langsung berteriak: "Peringatan kematian apanya, tidak boleh diadakan, peringatan kematian hanya diadakan untuk orang mati, dia tidak mati, kenapa mengadakan peringatan kematian."

Semua orang menganggapnya terlalu sedih, menariknya, menegurnya, "Nyonya muda, jangan seperti ini, tuan muda sudah meninggal."

"Mati apanya, apa kamu sudah melihat mayatnya? Kalian siapa yang sudah melihat mayatnya?" Laras dengan yakin berkata: "Kalau mati harus tampak mayat, tidak tampak mayatnya, aku tidak akan percaya dia sudah meninggal, peringatan kematian ini tidak boleh diadakan."

Walaupun tubuh Laras kurus dan kecil, tapi suaranya tidak kecilm dia mendorong sangat banyak papan bunga, dan juga dengan marah berkata: "Dia tidak mati, dia tidak mungkin mati, kenapa kalian begitu tidak percaya padanya?"

Begitu banyak pemimpin yang datang, dan juga ada pemimpin penting di pemerintahan,ada juga jendral militer, berbagai macam pejabat senior, dan juga orang yang berstatus dan tidak berstatus begitu banyak, mana mungkin memperbolehkan Laras disini mengacau.

Allan maju dan memarahinya: "Laras, berhenti, ini bukan waktunya kamu mengacau."

Laras tidak mendengar, masih saja mendorong papan bunga, papan bunga ada begitu banyak, kiri kanan didorong jatuh, sudah menjatuhkan sebagian, masih ada begitu banyak papan bunga lagi.

"Kamu jangan mengacau!" Allan marah, dengan tongkatnya mengetok lantai, "Hentikan dia, hentikan dia."

Awalnya Manda dengan Vero menghentikannya, tapi tidak disangka tenaga Laras begitu kuat, mereka berdua sama sekali tidak bisa mengentikannya.

Allan berteriak kepada pria muda di keluarganya: "Cepat hentikan dia, kalau mau mengacau pulang kerumah saja, jangan malu-maluin disini."

Lalu Rendra dan Aaron, tapi mereka tidak bisa mengerahkan tenaga mereka sepenuhnya terhadap Laras, maka juga tidak bisa menghentikan Laras.

Laras sambil menangis sambil berteriak: "Pa, kenapa kamu tidak percaya padanya, dia adalah anakmu, kenapa kamu tidak percaya padanya kalau dia akan bebas dari bahaya? Walaupun terbakar hidup-hidupm pasti akan meninggalkan bekas, sedikit bekas pun tidak ada apakah kalian sedikitpun tidak curiga?"

"Pa, bisa jadi dia menunggu kita pergi menolongnya, kita tidak pergi menolongnya, malah mengadakan peringatan kematian disini untuknya, bukankah sedang menyia-nyiakan waktu? BIsa jadi ini sungguh sedang menunda waktu yang paling bagus untuk menolongnya, pa!"

Allan emosi sampai hampir pingsan, untungnya Anna sempat menopangnya, Anna dengan kejam memarahi: "Laras, kamu jangan ribut lagi, kamu semua sudah terima, kamu masih ribut apa, dia adalah anakku, apa aku akan lebih senang darimu? Rendra, bawa dia masuk, bawa masuk."

Beberapa orang menggabungkan tenaganya, menarik Laras masuk kedalam, peringatan kematian baru diadakan ulang lagi.

Tapi, walaupun sudah ditarik kedalam aula, Laras masih saja meberontak, "kakak, adik ipar, apa kalian juga percaya Gavin sudah mati?"

Rendra dan Aaron, tentu saja tidak ingin percaya, tapi, tidak percaya bisa berbuat apa? Kenyataan adalah kenyataan, bukannya akan berubah hanya karena mereka tidak percaya.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu