Cinta Pada Istri Urakan - Bab 159 Hadiah Dari Ayah

Di kediaman Gavin, setelah makan siang, saat Laras berencana untuk beristirahat sebentar, dia menerima telepon dari Manda.

Di telepon sebelah sana Manda terus meratap dengan sedihnya, "Laras, dia sama sekali tidak mau melihatku, dia bahkan tidak mau memberikan nomor ponselnya kepadaku dan menegaskan kalau dia tidak tertarik padaku, huhuhuhu, aku patah hati."

Saat mendengarnya, Laras sebenarnya ingin tertawa, namun karena rasa persaudaraannya, dia akhirnya menahan dirinya, "Patah hati kepalamu, kamu bahkan belum mulai berpacaran, sudah patah hati apaan?"

"Huhuhuhu, ini adalah cinta pertamaku."

"Sudahlah, kalian memang tidak cocok, karena dia sudah berkata seperti itu, sudah kamu menyerah saja."

"Laras, kenapa kamu bisa berkata seperti itu, kamu itu adikku bukan?"

"Justru karena kamu kakakku makanya aku baru menyarankanmu dengan tulus agar kamu jangan lompat ke dalam lubang api ini, karena lubang ini tidak menerimamu, kalau begitu kamu segera keluar saja dari sana."

"Aku sudah tidak bisa keluar lagi, huhuhuhu, kamu kemari dong, temani aku."

Laras menoleh dan menatap Gavin yang sudah berbaring di atas ranjang dan sedang menunggunya dengan sedikit tidak sabar, mereka mau tidur siang bersama, "Nanti sore aku mau pergi bertemu dengan ayahku."

"Huhuhuhu......."

"Sudahlah, cepat pulang dan ganti baju sana, aku merasa kalau pakaian itu semakin menonjolkan dadamu yang rata itu."

"Ukuranku B, ukuranku B."

"Emm, ukuranmu B kecil."

"Laras, aku mau putus hubungan denganmu."

Laras melihat ponselnya, ternyata Manda sudah mematikan sambungan teleponnya, dia menggeleng dan menghela nafas dalam-dalam.

Gavin bertanya : "Ada apa?"

"Manda akhirnya menyadari kenyataan kalau dia tidak punya harapan untuk bersama dengan kakakmu, dia merasa sangat sedih."

Gavin memutar bola matanya, dia tidak tertarik kepada hal-hal seperti ini, dia melambaikan tangannya dan berkata : "Cepat kemari, aku mau memelukmu."

Laras yang menerima panggilan dari dewa tampan itu seketika itu juga merasa sangat bahagia, dia seperti anak kucing, segera melepaskan sandalnya lalu memanjat naik ke atas ranjang.

Laras bersandar di dadanya, lalu jari-jari tangannya berkeliaran di atas otot dadanya sambil berkata dengan lembut : "Kita sudah janji ketemuan sama papaku jam 2, kamu hanya punya waktu 1 jam loh."

Gavin meliriknya dari samping dan melihat tatapan matanya yang nakal, membuat hatinya serasa digelitik, "Karena waktunya tidak banyak, maka dari itu ayo kita segera melakukannya."

Gavin memutar tubuhnya yang kekar ke atas tubuh Laras dan menekannya ke atas ranjang, kemudian dia langsung membungkamnya dengan ciuman yang panas.

Tempat yang familiar, dengan wangi yang familiar serta posisi yang familiar, namun setiap kalinya mereka selalu merasa seperti baru melakukannya untuk yang pertama kalinya, terasa segar, baru dan juga penuh dengan gairah.

--------

Tempat tinggal Romo saat ini tidak jauh dari kediaman Gavin, kediaman Gavin berada di Kemang 7, sedangkan kediaman Romo di Kemang 1, mereka berada di area perumahan yang sama, hanya berbeda 2 blok saja.

Gavin mengendarai mobilnya, mereka lurus terus lalu belok setelah melewati dua kali persimpangan, hanya butuh waktu 5 menit untuk sampai disana.

Romo merasa sangat gembira, dia sendiri yang menyambut mereka di depan pintu, "Laras, akhirnya bisa bertemu denganmu kembali."

"Pa."

"Ya." saat mendengar putrinya berinisiatif untuk memanggilnya papa, Romo merasa sangat senang, dia bahkan hampir menangis mendengarnya.

Romo memanggil semua pembantu yang ada di rumah lalu berkata di depan mereka semua : "Ini adalah nona besar dan tuan muda."

"Halo nona besar, halo tuan muda."

Wajah Laras seketika itu juga langsung memerah, wajahnya memang mudah sekali memerah, begitu dia merasa bersemangat, wajahnya akan langsung memerah, sangat jelas sekali.

Gavin diam saja, dia hanya menggenggam tangannya dengan erat lalu memberi isyarat kepada Laras dengan tatapan matanya--"Tenang sedikit, kamu harus bersikap sedikit lebih berwibawa."

Laras menarik nafas dalam-dalam lalu berkata dengan alami dan santai : "Halo semuanya, silahkan melanjutkan pekerjaan kalian kembali."

Para pembantu bubar dan melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing, Romo mengeluarkan hadiah yang dari awal sudah dipersiapkannya untuk Laras, "Laras, papa sengaja memilih hadiah ini untukmu, papa harap kamu menyukainya."

Hanya melihat dari kotaknya saja, Laras kira-kira sudah bisa menebak apa isinya, kotak persegi yang cukup besar dan terbuat dari beludru yang berwarna emas, itu sama persis dengan kotak cincin yang Gavin keluarkan saat melamar dirinya, namun kotak beludru ini berkali-kali lipat lebih besar dibandingkan dengan kotak cincin Gavin waktu itu.

Laras merasa ragu dan tidak berani mengambilnya, dia merasa sedikit tersanjung dan juga tidak berani membayangkannya.

Romo membuka kotak beludrunya, di dalamnya berisi satu set perhiasan berlian, termasuk sebuah kalung berlian dan juga sebuah cincin berlian yang sangat mahal.

Laras seketika itu juga langsung tertegun, bahkan Gavin yang sudah terbiasa melihat barang-barang mewah seperti itu juga merasa sedikit terkejut.

Kalung berlian itu terbuat dari 7 buah berlian merah muda, berlian merah muda itu dikelilingi oleh banyak berlian putih yang tak terhitung banyaknya, berlian merah muda paling besar yang ada di tengah-tengahnya berbentuk tetesan air, benar-benar sangat menyilaukan mata, berat 1 berliannya itu saja mencapai 15 karat, setiap butir berliannya adalah barang dengan kualitas terbaik.

Cincin berliannya juga sangat menyilaukan mata, sama seperti kalungnya, terbuat dari berlian merah muda, berbentuk persegi, dikelilingi oleh berlian putih, beratnya juga sama, mencapai 15 karat.

Ini adalah satu set koleksi perhiasan berlian merah muda yang bernilai sangat tinggi, cukup untuk menunjukkan ketulusan Romo.

"Perhiasan ini mempunyai nama yang sangat indah, dia bernama 'Kekasih yang manis', ini cocok untuk menjadi hadiah pernikahan kalian, Laras, ini adalah ucapan selamat dari papa untuk pernikahan kalian, kamu suka tidak?"

"........" Laras diam-diam bergeser selangkah ke arah Gavin berada, lalu dia berkata dengan takut-takut, "Pa, hadiah ini terlalu mahal, aku tidak berani menerimanya."

"Kenapa tidak berani menerimanya, ini adalah hadiah yang papa berikan untuk putri papa sendiri."

Laras menggeleng dengan sekuat tenaganya, "Aku tidak mau, benar-benar tidak mau."

"Anak ini yah, bukankah ini hanyalah beberapa batu saja, ada apa disini, kenapa kamu tidak berani menerimanya?!" setelah itu Romo menarik tangan Laras dan langsung menjejalkan kotak itu ke dalam tangan Laras, "Bawa yang benar, jangan sampai jatuh."

"........" OMG, kotak ini berat sekali, Laras menoleh dan menatap Gavin dengan tatapan meminta pertolongan.

Gavin malah berkata : "Karena itu adalah hadiah dari papa, maka kamu terima saja, cepat ucapkan terima kasih ke papa."

"Hah?"

"Cepat bilang."

"Oh, terima kasih pa."

Romo tersenyum bahagia, dia berkata : "Sebenarnya ada pesan di balik hadiah yang aku berikan kepadamu ini, berlian yang paling besar di tengah-tengah kalung dan juga berlian yang ada di cincin ini semuanya adalah 15 karat, papa sudah meninggalkanmu selama 15 tahun, ini juga merupakan permintaan maaf papa terhadapmu."

Laras berpikir di dalam hatinya, alamak, orang kaya memang benar-benar tidak peduli akan uang, 15 karat, ini berapa harganya?

Dia seketika itu merasa kalau bukan perhiasan yang dia terima, melainkan seluruh kerajaan.

Romo kembali berkata : "Laras, papa menyiapkan sebuah kamar untukmu disini, jika....hehe, aku berkata jika yah, jika kalian bertengkar atau ribut-ribut antar suami istri, kamu jangan pergi ke sembarang tempat, datang ke tempat papa saja, jadi hal itu juga akan memudahkan Gavin."

Gavin : "........" pengandaian yang seperti ini tidak akan pernah terjadi selamanya.

Laras : "........" memang papalah yang terbaik.

"Selain itu, bibimu juga akan datang kemari beberapa hari lagi, dia mungkin akan bersikap tidak begitu ramah terhadapmu, jika nanti dia mempersulit dirimu atau apapun itu, kamu jangan masukkan ke dalam hati, tentu saja papa pasti akan melindungimu. Mengenai adikmu, dia masih sekolah, jadi tunggu dia lulus dulu baru bisa kemari, kalian sepantaran, tapi dia masih seperti anak kecil, nanti kalian berdua harus saling mengenal satu sama lain."

"Pa, tidak apa-apa, aku tidak akan membuatmu merasa sulit, aku kan sudah menikah."

"Aku tahu, karena itulah aku memberitahumu terlebih dahulu, kalian adalah orang-orang yang paling penting untuk papa, jadi papa tidak berharap kalian berseteru."

"Iya, aku mengerti."

Novel Terkait

Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu