Cinta Pada Istri Urakan - Bab 467 Memindahkan Batu dan Menjatuhkannya Di Atas Kaki Sendiri

Gavin masuk ke dalam kamar, semua pemandangan dan barang masih seperti dulu, rak di sebelah kepala tempat tidur masih terletak buku yang terakhir kali Laras baca, di meja dandan juga ada sangat banyak barang Laras, dan juga ruang ganti, bajunya, sepatunya, tasnya, masih ada.

Ini semua karena Gavin sengaja menyuruh pelayan Dewa harus disimpan.

Dimeja dandan, juga terletak sebuah surat, begitu melihat dia langsung mengenalinya, itu adalah surat wasiat yang dia tinggalkan sebelum dia pergi bertugas.

Surat perceraian di dalam amplop masih ada, dia melihat tempat dimana Laras tandatangan tertulis "Gavin jahat", dia langsung tertawa.

Diikuti dengan airmatanya, dia tertawa.

Dia menyentuh pelan huruf itu dengan jarinya, itu adalah bekas tulisannya juga diiringi dengan kemarahannya.

Pohon Ginko yang ada di halaman, daunnya sangat besar dan tidak sedikit, begitu ditiup oleh angina malam, dedaunan akan saling menggesek dan menimbulkan suara. Dia teringat lagi gambaran Laras sedang bermain dengan senangnya dibawah pohon Gingko.

Kehidupannya selama dia “gugur”, kesulitan dan bahaya tugas adalah nomor dua, luka dibadan lebih lagi bukan apa-apa, yang paling sulit dia tahan adalah kerinduan.

Kerinduan tidak berbentuk, tapi malah masuk ke tulang-tulang, setiap malam yang hening, membuatnya berputar kesana kemari sulit tidur, begitu memejamkan mata semua adalah gambarannya.

Dia teringat lagi ketika di pesawat waktu akan pulang, Jino berkata padanya kalau dia sangat senang juga sedikit takut, bagaimana mungkin dia tidak?

Orang tua dan saudara selamanya tidak akan berubah, tapi pasangan belum tentu, siapa yang akan menunggu 4 sampai 5 tahun hanya demi orang yang mati?

Itu adalah penantian kosong yang sama sekali tidak aka nada hasilnya.

Apalagi, dia juga memberikan sebuah surat perceraian kepada Laras.

Maksudnya adalah dia tidak ingin Laras selamanya sendirian, dia berharap setelah dia meninggal, Laras masih bisa mendapatkan kebahagiaan.

Tapi sekarang kalua dilihat, yang dia lakukan adalah memindahkan batu dan menjatuhkannya diatas kaki sendiri.

Hanya ada satu kata.

Sakit.

Aaron memberitahunya, saat itu ketika rumah mendapatkan kabar dia meninggal, Laras bagaimanapun tidak ingin menerima kenyataan ini, juga menghentikan acara peringatan kematian, mamanya mengusir Laras dari kediaman Gavin dengan alasan membawa kematian untuk suami dan juga tidak baik.

Perceraian ini dipaksa, tapi harta malah tidak diberikan sesuai dengan surat perceraian, Laras tidak membawa barang apapun, mamanya tidak mengizinkannya membawanya, dia juga tidak sudi membawanya.

Setelah mengurus peringatan kematian, mamanya membawa papanya pergi ke Hainan untuk perawatan, tidak lama setelahnya Laras juga keluar negri, tidak berkomunikasi dengan siapapun.

Sekarang Gavin memikirkan, saat Laras pergi, seberapa resah dan putus asanya dia.

Dia membuka laci di meja dandan, cincin pernikahan mereka terletak disana, bahkan cincin pernikahan pun tidak dia bawa.

Dia pasti sangat membenci keluarga Pradipta.

……

Setelah Laras menidurkan kedua anaknya, mulai menyusun mainan dan buku yang berserak di atas lantai.

Ketika sedang membersihkan, tiba-tiba dia melihat buku harian kakek, dia sangat senang, dia mengira sudah hilang, rupanya diambil anak-anak untuk bermain.

Ini dia ambil pada saat tukang bersih membersihkan kamar kakek, ini adalah semacam kerinduannya terhadap kakek.

Bersandar di kepala tempat tidur, tidak bisa tidur, dia memilih untuk membaca buku harian kakek.

Dulu kakek sering menulis catatan harian, hanya saja beberapa tahun terakhir ini badannya tidak memungkinkan, maka dia tidak melanjutkannya lagi.

Laras membuka halaman pertama, melihat tanggal dan juga waktu sedang berada di Komplek Lippo, dia ingat kalau ini adalah saat kakek berulang tahun ke 70.

Membaca tulisan kakek, dia mengungkit Gavin beberapa kali, dan juga menggunakan intonasi yang sangat bangga setiap kali mengungkitnya.

Laras yang sedang membaca tanpa tersadar dia tersenyum, kakek yang pada saat itu, badannya masih sangat sehat, keluarga Atmaja masih sangat berjaya, semua tulisannya terdapat rasa puas dan bangga terhadap anak dan cucunya.

Belakangnya lagi, Laras tidak begitu berani melihat, dengan cepat membuka dan membaca beberapa dia bias membaca kak Maira gila, Manda diusir dari keluarga Atmaja, grup Atmaja bermasalah, paman dan bibi masuk penjara, setiap halnya membuat hati kakek sangat hancur.

Oleh karena itu, dia langsung membuka halaman terakhir.

Tiba-tiba, Laras terduduk dari tempat tidurnya, kedua tangannya menggenggam erat catatan harian, menghadap ke lampu, membaca dengan hati-hati.

Dia membuka matanya besar-besar, takut kalau dirinya salah membaca, di halaman itu, tulisan kakek yang tidak bertenaga dan tidak rapi------“Reni ingin membunuhku.”

Di tengah kepanikannya, ada sebuah barang kecil jatuh diatasnya.

Laras dengan hati-hati memungutnya, itu adalah sebuah pil obat putih yang bulat.

Dia teringat, pada saat mengambil catatan harian ini, juga mengambil sebuah plastik zipslock, didalamnya ada sebuah botol obat kecil, dan juga jatuh dari tumpukan baju, kakek menyembunyikannya dengan baik.

Dia menyibakkan selimutnya, dengan kaki telanjang turun dari tempat tidur, membongkar raknya mencari plastik zipslock itu.

Akhirnya, dia mendapatkan plastik itu di laci meja paling bawah.

Dia mengeluarkan botol kecil itu, membuka tutupnya, mengeluarkan sebutir obat dari dalam.

Botol obat begitu kecil, tapi pilnya malah begitu besar, dan juga Laras melihat obat ini sangat mirip dengan pil vitamin.

Di botol obat tidak terdapat tulisan, tapi botol obat begitu kecil, tidak seharusnya tempat untuk pil obat yang begitu besar kan?! Malah pil obat kecil yang jatuh dari catatan harian, dengan botol kecil ini lebih cocok.

Wajah Laras sangat tidak bisa mempercayai, jangan-jangan obat kakek ditukar?

Hari kedua pagi-pagi sekali, Laras membawa dua jenis obat ini ke rumah sakit, hanya diperiksa saja akan langsung tau.

“Maaf nona, rumah sakit kami tidak menyediakan fasilitas zat yang terkandung didalam obat, anda kalau mau periksa harus pergi ke departemen pemeriksaan obat yang professional.” Ucap apoteker.

“Obat ini adalah resep dari rumah sakit kalian, apakah kamu bisa membantuku melihatkan, botol obat kecil ini apakah isi di dalamnya seharusnya pil obat kecil ini? Pil obat kecil ini apakah untuk mengobati kepikunan orang tua? Dan juga, yang besar ini apakah vitamin?”

Tapi hanya berdasarkan besar kecilnya bentuk pil obat, apoteker tidak bisa menjawab pertanyaannya, dan juga dibelakang masih ada orang mengantri, dia juga dengan sedikit terganggu berkata: “Nona, obat apa itu harus diperiksa dulu oleh departemen professional, aku hanya melihat saja tidak bisa membedakannya, maaf, mohon biarkan orang di belakang mengambil obat.”

“Hais……”

“Orang dibelakang, berikan nomor pengambilan obat padaku.”

“……” Laras hanya bisa menyingkir, perkataan apoteker itu benar, hanya saja dia terlalu tergesa-gesa.

Pada saat dia dengan suram ingin pergi, sebuah suara yang familiar menghentikannya, “Kakak ipar.”

Sudah sangat lama tidak ada orang yang memanggilnya seperti itu, dia dengan terbingung memutarkan kepalanya, melihat Anis Tata dengan jubah putih keluar dari apotek.

“Kakak ipar apakah ada yang bisa dibantu?”

Laras mundur selangkah, berkata: “Dokter Anis, kamu lebih baik memanggil namaku saja, aku sudah bukan kakak ipar kalian lagi.”

Anis tersenyum dangkal, “Baik.”

Dia menunduk melihat barang yang ada ditangannya, “Kamu?”

Laras sangat panik, juga tidak bisa memikirkan begitu banyak, “Dokter Anis, kebetulan sekali bertemu denganmu, aku disini ada dua jenis obat, apa kamu bisa membantuku memeriksa zat yang ada didalam dua obat ini?”

“Bisa, pekerjaan mudah.” Anis mengambil botol obat dan plastic zipslock, “Hanya satu butir saja?”

“Iya, pil yang kecil hanya ada satu, pil yang besar yang didalam botol ada banyak.”

Anis membuka botol obat itu, hanya melihat dan menciumnya, dia dengan pasti berkata: “Bukankah ini vitamin?”

“Kamu yakin?”

“Tidak salah lagi.”

Tatapan Laras menjadi terkejut dan ketakutan, obat kakek memang ditukar.

Dia dengan serius memohon: “Dokter Anis, tolong periksakan zat yang ada di dalam obat, aku ingin tau ini adalah obat apa, untuk mengobati penyakit apa, semakin cepat semakin baik.”

“Tidak masalah, begitu ada hasil aku akan langsung beritahu padamu.”

“Baik, terimakasih.”

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu