Cinta Pada Istri Urakan - Bab 664 Mendingan Mati

Suami istri tua mendengar harus 1 miliar, terbengong, dan saling menatap.

Suli melihat sepertinya ada kesempatan, dengan tulus berkata :”Kalian melepaskan aku, aku langsung bayar uangnya ke kalian, aku jamin tidak akan melapor polisi, ada lagi, aku menjamin akan membayar kalian uang tunai, uang tunai 1 miliar.”

Bapak tua mendengar akan dibayar 1 miliar, dalam hatinya sudah sedikit tergoda, tetapi ibu tua tidak begitu gampang untuk dibicarakan.

Tanpa mengatakan apapun dan langsung memukul punggungnya dengan tongkat, dia merasakan kesakitan dan hampir muntah darah, “Hek...Sakit sekali... ...”

“Heh, masih tahu sakit, benar kalau masih terasa sakit, kamu menganggap kami orang bodoh ya ? Sekali melepaskanmu, kamu bakalan lari, hanya duduk di mobil saja kamu sudah banyak ulah, apalagi kalau melepaskan kamu, tidak mungkin.”

Setelah memarahi Suli, ibu tua sekalian menoleh kepala dan menjelaskan kepada pasangannya :”Jangan mendengar godaan dia, dia hanya ingin lari, sekali dia pergi, masih ada jalan hidup buat kita ?”

Bapak tua mendengarkannya, langsung mengangguk terus kepalanya, “Benar Benar Benar, aku mendengarkan kamu, jadi sekarang harus bagaimana ?”

“Letakkan saja kendaraan disini, kita lewat jalan dekat, setelah mengantar orang ini ke rumah kepala desa, kita langsung pergi setelah mengambil uangnya, belakangan bagaimana bukan urusan kita lagi.”

“Baik.”

Sambil berkata, bapak tua langsung menarik tali yang ada di belakang Suli, dengan gampang menarik dia ke bawah kendaraan.

Meskipun tinggi badan bapak tua ini kelihatan pendek, dan juga telah berlanjut usia, tetapi tenaganya sangat kuat, dengan mudahnya mengangkat Suli bagaikan mengangkat ayam kecil.

Suli mulai panik, dan berteriak, “Paman bibi, aku tidak ada dendam apapun sama kalian, mengapa kalian menculik aku ? Tindakan kalian telah melanggar hukum.”

Bapak tua tidak berbicara dan hanya bekerja, malahan ibu tua, masih tertawa ringan dan membualkan beberapa kata, “Melanggar hukum ? Heh, kalau sudah memasuki ke dalam pegunungan ini, polisi juga tidak berdaya, berbicara tentang peraturan juga tidak ada gunanya.”

Suli percaya dengan kata – katanya, dalam cerita Ran Ran, polisi dalam desa itu yang paling pertama menemukan Ran Ran, juga bersekongkol dengan warga di desa itu.

Dia dikeluarkan dari bagasi mobil, hutan yang lebat menutupi sebagian cahaya matahari, di bawah pepohonan terasa udara yang dingin dan sejuk, pada saat inilah dia dapat melihat dengan jelas wajah pasangan tua ini.

Umur bapak tua kelihatannya lebih tua daripada perkiraannya, rambut putih yang bertebaran, kulit hitam gelap, keriput di wajahnya kelihatan banyak, tanpa ekspresi saja sudah beberapa lapis, dia kurus kering, bibirnya yang hitam, menampakkan gigi yang dipenuhi bekas rokok apabila berbicara.

Dibanding dengan bapak tua, ibu tua terkesan lebih muda, rambut panjang berkilau, mengikat lingkar diatas kepala, dia memiliki sepasang mata yang cerdik, alis yang pernah di sulam kelihatannya tipis dan panjang, tulang pipi yang tinggi, bibir yang tipis, kelihatan jelas sebagai orang yang mata duitan, pada tubuhnya mengenakan jaket pendek berwarna merah, dalam kekasaran juga mengandung sedikit keindahan.

Beberapa tahun ini dia berakting di luar, telah banyak mengetahui trik - trik yang dikarenakan terlalu banyak menghafal naskah, dia lebih menonjol dalam segi ingatan, tiba – tiba dia merasa, pada saat tertentu tatapan mata dari ibu tua ini, ada sedikit kemiripan dengan abang kurir yang menculik dirinya.

Dia tidak mengetahui siapakah abang kurir sebelumnya, mungkin saja dia bukan kurir yang sebenarnya, namun ada satu hal yang dapat diyakinkan adalah, Tasya yang menginstruksikan orangnya, untuk kejadian ini, pasti ada hubungannya dengan Tasya.

“Berapa yang dibayarkan Nona Rope ?” Suli mendapatkan ide pada saat panik, bertanya, “Paman bibi, berapa yang dibayarkan Nona Rope pada kalian ? Aku membayar sepuluh kali lipat untuk kalian, atau kalian kasih satu nominal, aku bisa membayar kalian.”

Ketika bapak tua ingin membuka mulut, ibu tua langsung memukul mulutnya dengan tongkat kayu, “Diamlah kamu, kecuali kamu bayarkan uangnya sekarang juga, atau aku tidak akan menerimanya.”

“.......”Suli juga tidak berdaya, namun, sepertinya mereka tidak mengenal dengan Nona Rope, sehingga tidak bereaksi apapun.

Bapak tua berjalan di depan sambil menarik tali kasar, kedua tangan Suli terikat dibelakang punggung, terpaksa harus ikut berjalan, ibu tua berjalan membelakanginya, mengangkat tongkat kayu sambil mengawasinya, apabila dia tidak berjalan, akan memukul dia.

Seluruh tubuh Suli terasa sakit, barusan tongkat yang memukul mulutnya, dia sudah merasakan bau darah, bibirnya juga pecah karena pukulan.

Semakin berjalan, semakin ke dalam hutan, semakin berjalan, semakin juga terasa dingin.

Warna pada langit menetap seperti ini, pepohonan menutupi sinar matahari, sehingga cahaya tidak dapat menyinari ke dalam.

Perjalanan di kawasan pegunungan berliku – liku, dibangun dengan melingkari gunung, mungkin saja mengendarai mobil dua tiga jam, masih belum secepat warga setempat berjalan di jalan potong beberapa menit.

Suli sangat tidak berdaya, karena untuk tempat seperti ini, tidak dapat membedakan arah barat utara, meskipun dia berhasil melarikan diri, namun juga belum mengetahui dimana jalan yang benar.

Sambil berjalan, tiba – tiba bapak tua menghentikan langkahnya, dia mendengar dengan teliti, mengerutkan alis dan berkata :”Bahaya, ada yang mengejar kesini.”

Suli mendengar, langsung mengangkat kepalanya, berteriak dengan sekuat tenaga, “Tolong, tolong, to......”

Ibu tua langsung memukul kepalanya dengan tongkat, pada detik itu juga, dia merasa matanya tidak dapat melihat apapun, hanya merasakan aliran darah yang mengalir dari kepalanya, melewati bulu mata, dan langsung bergantung pada ujung bulu matanya.

Ibu tua mengangkat tongkatnya sambil mengancam :”Diam, percaya tidak aku akan memukulmu sampai mati dengan tongkat ini kalau kamu teriak lagi ? Palingan aku tidak terima bisnis ini !”

Melihat ekspresi ibu tua yang kasar dan sengit, Suli tidak berani berteriak lagi, dia menutupi luka darah yang mengalir diatas kepalanya, mencoba menginjakkan langkah ke depan, kakinya langsung lemah, dan langsung terjatuh dibawah.

“Bangun, “ Ibu tua sedikit berteriak, sambil menusuk kedua kakinya dengan tongkat, “bangun, kalau tidak bangun akan aku tendang kamu ke bawah !”

Di samping Suli, ada sebuah tebing yang curam,hanya terlihat kehijauan yang berderai, akan sangat bahaya apabila terjatuh kebawah, semak berduri dimana saja memiliki kemungkinan menjadi kuburan kamu.

“Cepat bersembunyi.” Bapak tua langsung mengangkat Suli, berlari dengan cepat bagaikan kelinci, bergegas dan langsung memasuki ke dalam hutan yang lebat.

Ibu tua mengikuti dari belakang, sesekali dengan kuatnya memukul Suli dengan tongkat, “Kamu membawa celaka, beberapa tahun ini aku melakukan apapun selalu lancar, tidak pernah terjadi masalah, kamu mengira hanya dengan beberapa polisi ini dapat menangkapku ? Muntah, kamu terlalu gampang pemikirannya, bapak tua, cepat, kaki kamu sudah lemas ya?”

Bapak tua sambil berlari, sambil mengangkat dia ke atas bahunya, dan semakin mempercepat langkahnya.

Suli tidak dapat menahan guncangan, terlalu cepat bapak itu berlari, apalagi dia tidak asing dengan jalan di pegunungan ini, orang yang mengejar dibelakang belum tentu polisi, meskipun iya, juga tidak berdaya menghadapi mereka.

Seandainya ini kesempatan terakhir bagi dirinya, seandainya dia akan berpapasan dengan orang yang menolongnya begitu saja, seandainya tragedi Ran Ran terjadi pada dirinya, kalau begitu, dia memilih mati.

Sambil berpikir, dia melepaskan kedua tangan yang sedang menutupi luka diatas kepalanya, membiarkan darahnya mengalir begitu saja, tetesan darah menetes pada tanah dan daun di pohon, meninggalkan bau darah yang sangat tajam.

Pada intinya, tenaga wanita pada dasarnya lebih lemah dibanding lelaki, apa gunanya meskipun dia rutin berlatih, apa gunanya dia berlatih jurus demi perannya, hanya jurus dasar saja, bertemu dengan orang yang benar – benar berniat jahat, tenaga wanita tidak akan dapat mengalahkan tenaga lelaki.

Orang yang dibesarkan dalam pegunungan, sudah dapat mengelilingi gunung dengan mengangkut kayu yang ratusan kilogram, apalagi hanya mengangkut orang yang beratnya tidak lebih dari ratusan kilogram.

Ibu tua berlari dengan terengah–engah, berteriak dibelakang :”Sudah bisa bapak tua, istirahat dulu, istirahat dulu.......Aduh kakiku ini, capek sekali ......, kita memasuki tempat ini, sudah cukup untuk membuat mereka berkeliling dibagian itu setengah hari, kamu coba dengar lagi.”

Bapak tua juga ikut berhenti, namun, dia juga hanya manusia biasa, baru saja berlari dengan waktu yang lama, dia hanya dapat mendengar suara detakan jantung dirinya, dia menggeleng – geleng kepala dan berkata :”Tidak ada suara tidak ada suara lagi, hantu kalau mereka dapat mengikutinya.”

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu