Cinta Pada Istri Urakan - Bab 98 Kebiasaan Christian Menghalangi Orang Disekolah Masih Belum Berubah? (2)

Anak muda tidak mau duduk terlalu lama, ada yang bermain kartu, ada yang pergi karaoke, pergi mencari kegiatan sendiri.

Sebagai raja pesta Aaron tentu saja harus berperan menjadi pemimpin, memesan meja yang paling mewah di hotel untuk dinikmati semua orang.

Laras adalah pendatang baru di keluarga, kecuali tiga bersaudara keluarga Pradipta dan Christian, dia tidak kenal dengan yang lain, tidak bisa bermain bersama.

Dia sendirian duduk diam di sudut, makan biji bunga matahari, minum minuman, melihat ponsel, memikirkan sesuatu.

Setelah minum terlalu banyak, dia bangkit dan pergi ke toilet, tetapi ketika dia keluar dari toilet, terlihat Christian bersandar di dinding, menghalanginya di lorong yang tidak luas.

“Kenapa, apakah kebiasaan Christian menghalangi orang disekolah masih belum berubah? Atau lebih parah? Atau sudah sampai dihukum berdiri di depan toilet menjadi penjaga.”

Mulut Laras, semakin beracun mengatakan kata-kata pedas.

Christian telah terbiasa dengan ketrampilannya, tidak mengganggu, hanya rindu dan kasih sayang yang telah lama tersimpan, akhirnya tidak bisa menahan diri untuk tidak teringat kepadanya, dengan tatapannya menyampaikan kepada Laras.

Laras tertegun, mundur selangkah, tidak mau menatapnya, “Ingat identitasmu.”

Christian menghela nafas panjang, tatapan yang terlihat ketidakberdayaan, dia menatapnya lama sekali, rambutnya telah sedikit panjang, kulit lebih putih, wajah sedikit lembut, aura wajah yang terlihat bagus, kelihatan kehidupannya menjadi nyonya di kediaman Gavin sangat baik.

Laras baik-baik saja, tetapi hatinya baik, namun juga tidak baik.

“Aku naik pesawat malam, sekolah di sana sangat sulit untuk meminta cuti, dengan bersusah payah akhirnya mendapat cuti tiga hari, baru datang sudah harus pergi.”

“Oh, selamat jalan.”

Christian berhenti bicara, dia tahu bahwa dia harus membuang rindu ini, jarak tidak mengizinkan, status mereka lebih tidak mengizinkan, tetapi orang yang telah disukainya dari sekolah menengah, menyukainya selama empat tahun, tidak mungkin disuruh melepaskan langsung dilepaskan.

“Paman kedua ku tidak ada, tidak bisakah kita berbincang-bincang?”

Laras tertawa terpaksa, “Boleh saja berbincang-bincang, ada paman kedua kamu juga boleh berbincang-bincang, tapi kamu lihat tatapan matamu, menganggap aku bodoh?”

Christian tersenyum dan mengangguk-angguk kepala, “Tidak salah, sekarang sudah pintar, masih bisa melihat tatapan mataku, lalu mengapa dulu kamu tidak bisa melihat kalau aku menyukaimu?”

“Hei, sekarang mengatakan ini masih bisa?” teringat dia dipaksa cium olehnya, juga dipukul oleh Gavin, hatinya tidak bahagia.

“Memang tidak bisa…” Christian merasa seperti terpukul, dalam sekejap berubah menjadi panik, dia mengambil sebatang rokok dari saku, dengan gaya yang telah terlatih memetik korek api, menyalakannya, menghirup sedikit untuk menyalakan rokok.

“…..” Laras melihatnya seperti ini, sangat mengejutkan, Christian yang dulu tidak merokok, “Sejak kapan kamu belajar merokok?”

“Merokok itu tidak harus dipelajari, bisa dengan sendirinya.”

Melihat dia merokok seperti ini, suasana hati Laras sangat kacau, akan tetapi tidak dapat mengatakan apa-apa, juga menghela nafas mengganti permintaan maaf.

Sejak keluar negeri sampai sekarang, hanya dalam waktu beberapa bulan, Christian berubah cukup banyak, terbuka terhadap semua orang, sampai bisa merokok.

Harus tahu, dia adalah seorang pangeran bangwasan yang elegan, jangankan soal merokok, bau asap rokok saja tidak bisa tercium.

Peraturan asrama pria tidak boleh merokok, banyak anak pria bersembunyi dan mengisap rokok di toilet, dalam hal ini, Christian keluar dari asrama karena tidak tahan dengan asap rokok.

Sekarang, dia bersandar di dinding, leher menunduk sedikit ke depan, matanya menyipit, tangan memegang sebatang rokok, menghisap dan menghembuskan nikotin, tidak seperti pangeran yang tahan dengan bau rokok sebulan sebelumnya.