Cinta Pada Istri Urakan - Bab 413 Dia Memang Hantu Penghisap darah

Rendra memutarkan kepalanya melihat Tanu, sangat terkejut dia bisa berbicara seperti itu.

"Dan juga, kalian putus, juga karena aku, akulah yang mencari Ariel, rumor kamu dan Ariel juga aku yang buat, tujuannya agar Manda salah paham dan putus asa terhadapmu. Tentu saja, Ariel juga bukan burung yang bagus, untuk kembali, apapun mau dia lakukan, kamu jaga jarak dengannya itu benar."

"Hehe, sampai disini aku baru sadar, kamu memang orang yang benar, walaupun begitu banyak orang yang membicarakan keburukanmu kamu juga tidak takut, karena kamu benar, sedangkan aku, mengusahakan semua hal yang tidak baik dan licik. Kalau aku adalah Maira, aku juga akan memilihmu."

"Rendra, aku sangat mengagumimu, dari kecil sampai besar, aku tidak pernah mengagumi satu orang pun, selain kamu."

Rendra mendengar pengakuan dosanya, hatinya juga tersentuh, kalau dia bisa seperti Tanu melakukan apa saja, mungkin saja, Manda tidak akan meninggalkannya, juga tidak akan terjadi segala setelahnya.

Pria tidak mudah menangis karena belum sampai titik kesedihannya, kali ini, Tanu benar-benar lega, lebih sakit dari bertahan.

Setiap kali dia melihat wajah Manda yang murung, dan ekspresinya yang tidak marah sedikitpun, dia sangat heran, kemana gadis kecil yang ceria itu? Gadis kecil yang suka tertawa dan suka membuat keributan pergi kemana?

Jelas-jelas dia melihat, saat Manda bersama Rendra, ekspresinya begitu aktif dan ceria, tapi saat bersama dengannya, dia malah begitu murung seperti mau mati.

Dia melihat saat Manda putus dengan Rendra, saat di hadapan Rendra mulutnya begitu ngotot, tapi begitu membalikkan badannya, dia langsung menangis, ini adalah gambaran yang dia lihat dengan matanya sendiri, dia membelakangi Rendra dan menangis sejadi-jadinya.

Dia tidak ingin melihat Manda sedih, lebih tidak ingin melihatnya melukai dirinya sendiri seperti hari ini.

"Manda putus denganmu, bukan karena Ariel, tapi takut membebanimu karena masalah keluarga Atmaja, apa kamu tau?"

"Aku sudah tau, salahku juga, tidak memikirkan hal ini."

"Kalau dia bisa selamat dari kejadian hari ini, kamu harus bersikap baik padanya, kalau tidak aku tidak akan segan padamu."

"Tidak perlu kamu bilang."

Tanu mengeluarkan selembar kertas dari sakunya, memberinya pada Rendra, "Surat utang ini, kamu membantunya bayar?"

Rendra menerima surat utang, merobeknya, "Aku bayar, langsung kubayar padamu."

Tanu tersenyum dingin, dia bukan menertawai Rendra, tapi menertawai dirinya sendiri, "Tidak perlu, uang itu di habiskan untuk Nagita dan Maira, tidak ada hubungannya dengan Manda."

Rendra sedikit terkejut.

"Kamu ingat, jangan sampai biarkan Nagita dan Maira mendekati Manda, terutama Nagita, dia memang hantu penghisap darah, unta yang mati kelaparan masih lebih kuat dari kuda, grup Atmaja sudah bangkrut, tapi dia masih menyembunyikan harta miliaran, dia tidak mengeluarkannya untuk menolong, hanya tau menghisap darah Manda."

"Keluarga Atmaja juga pernah menolong keluarga Dibyo saat keluarga Dibyo kesusahan, uang itu anggap saja keluarga Dibyo membalas budi kepada keluarga Atmaja. Terkait Maira, itu memang tanggung jawabku, mana ada alasan membiarkan Manda untuk bertanggung jawab."

"Rendra, aku sekarang dengan ikhlas mengembalikan Manda padamu, aku harap kamu bisa membuatnya berubah menjadi bahagia seperti dulu lagi."

Rendra melihat wajah Tanu yang bengkak, pertama kalinya merasa dia seperti seorang pria.

Setelahnya, kedua orang ini masuk ke dalam penantian yang sangat lama, pintu ruang gawat darurat masih tertutup rapat, orang yang menunggu sangat panik, tapi juga tidak bisa melakukan apa-apa.

Lalu, Laras yang mendapat kabar langsung datang, tau kalau Manda menusuknya sendiri, hatinya sangat sakit dan menangis.

Menjelang senja, lampu ruang gawat darurat akhirnya padam, dokter dengan kelelahan berjalan keluar, semua orang menghampiri dokter.

"Operasi berhasil, sementara pasien baik-baik saja, harus diamati di ruang ICU selama 2 hari dulu."

Semuanya lega.

"Periode pasien diamati juga akan mempunyai berbagai kondisi, kalian semua masih harus mempersiapkan diri. Tuan Pradipta, silahkan tandatangan pemindahan pasien ke ICU."

Rendra mengangguk: "Baik."

-----

Manda sudah melewati masa kritis, lalu di opname selama 2 hari, langsug dijemput pergi oleh Rendra.

Duduk di dalam mobilnya, Manda dengan curiga bertanya: "Kamu mau membawaku kemana?"

"Jalan ini tidak lama ini baru saja dilewati, begitu cepat sudah tidak ingat?"

"Karena aku tidak ingat makanya bertanya, untuk apa kamu membawaku ke rumahmu?"

Rendra bertanya balik: "Kalau begitu kamu bisa pergi kemana?"

"......" Manda membisu, benar, sekarang dia menjadi orang yang tidak punya rumah untuk pulang lagi.

Periode saat dia diopname, bahkan nenek keluarga Pradipta saja datang menjenguknya, tapi Nagita sekalipun tidak datang.

Dengar-dengar hari itu saat dia masuk rumah sakit, kakak Maira juga di bawa ke rumah sakit, dan juga rumah sakit yang sama.

Ruang inap dia dan kakak Maira hanya berjarak beberapa lantai saja, hanya berjalan beberapa langkah saja, tapi Nagita juga tidak datang.

Dia pikir, mungkin Nagita marah padanya karena kakak Maira mendapatkan tekanan.

Tapi, dia juga tidak apa-apa, dari sakit hati menjadi resah, dari resah menjadi mati rasa, tiba-tiba dia mengerti sebuah peribahasa, itu adalah-----Kalau kamu tidak bersedia, tidak ada yang bisa menyakitimu.

Rendra melihatnya tidak menjawab, mengulurkan tangannya mengelus kepalanya, "Sudahlah, mengakui kenyataan tidak begitu sulit, lain kali aku dimana maka kamu juga dimana, oke?"

Manda menggeleng kepalanya dan menepis tangannya, "Aiya, kamu fokus bawa mobil oke?!"

"Manda," Rendra melihat ke depan, wajahnya dengan serius berkata, "Jangan memikirkan hubunganmu dengan keluarga Atmaja lagi, setidaknya mereka adalah orang yang membesarkanmu, lain kali tahun baru pergi berkunjung saja, bagian yang harus berbakti tetap berbakti, tapi, tidak boleh seperti dulu lagi menanggung semua hal, kekacauan keluarga Atmaja itu, bukan tanggung jawab yang bisa ditanggung oleh pundak kecilmu itu, mengerti?"

"Ehn."

"Bahkan Tanu saja sudah mengerti, kamu harusnya belajar darinya, jangan asal-asal menabrak di dalam gua buntu keluarga Atmaja itu lagi."

"Asal menabrak apa, kamu kira aku tikus?"

Rendra tidak bisa menahan untuk tidak mengulurkan tangannya, kali ini, dia mencubit pipi Manda, "Ehn, bukankah kamu tikus kecil yang lucu juga pintar?"

"Awas, kakak, fokus menyetir."

Kali ini, Manda melihat nama komplek dengan jelas, kompleks Radio dan TV.

Tidak disangka terakhir kali datang dengan kali ini, perbedaan kondisi hati dan suasananya sangat jauh berbeda.

Pada saat masuk ke dalam gedung, bertemu dengan tetangga, Pak Irfan lagi, Pak Irfan masih saja membawa anaknya, tangannya membawa ban berenang bergambar kartun.

Begitu Pak Irfan melihat mereka langsung mengejek, "Pak Pradipta, adik perempuan kerabatmu datang ke rumahmu lagi?"

Manda yang sekarang ini belum sembuh total, Rendra menggendongnya masuk seperti tuan putri.

Melihat Pak Irfan , dalam sekejap wajah Manda memerah, menundukkan kepalanya tidak berani bersuara.

Pak Irfan sambil tertawa berkata: "Pak Pradipta, aku lihat adik perempuan kerabatmu umurnya hampir sama dengan keponakanku, wajahnya juga cocok, kalau tidak kita cari waktu, biarkan kedua orang muda ini makan bersama, bertemu?"

Manda: "......."

Rendra masih tenang seperti biasa, berkata: “Kamu kira aku tidak tau kalau keponakanmu masih SMP kelas 1?"

"Hehe, ingatan pak Pradipta bagus sekali, jadi sebenarnya dia kerabatmu atau bukan?"

"Apa aku pernah bilang kalau dia kerabatku?"

"Kalau bukan kerabat, jadi apa?"

Rendra memutar kepalanya melihat Pak Irfan , dengan serius berkata: "Istri."

Manda: "......"

Pak Irfan tidak bisa menahan tawanya, "Pak Pradipta hebat sekali, beberapa hari yang lalu masih kerabat, hari ini sudah menjadi istri, beberapa hari lagi apa akan menggendong bayi?"

Rendra: "Benar, lain kali sama denganmu, pulang kerja kembali kerumah langsung dikelilingi oleh istri dan anak."

Manda akhirnya tidak bisa menahan, dengan pelan mencubit dadanya, "Apa yang kamu katakan?"

Rendra dengan sombong menarik sudut mulutnya, sengaja berkata: ”Aduh, kacau, rencanaku tahun depan jadi ketahuan."

Manda: "......."

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu