Cinta Pada Istri Urakan - Bab 949 Menunggu Teleponmu

Dirga tidak ada SIM dalam negri, yang dia katakan mengantarnya pulang, juga hanya menemaninya saja.

Yuka melajukan mobilnya dengan pelan, sedang memikirkan perkataan Laras, dia dengan mencari tau bertanya: "Apa kamu tinggal bersama dengan temanmu?"

"Tidak, aku dan keluargaku tinggal di rumah paman Atmaja, mereka tinggal di hotel, segan merepotkan paman Atmaja lagi, dan juga temanku juga tidak suka terikat, tinggal di hotel lebih bebas."

"Apa kamu sekarang masih bisa beradaptasi dengan semua ini?"

"Aku merasa sangat baik, sungguh seperti pulang ke rumah, dulu waktu aku berumur 6 tahun besar di gang, rumahnya juga bangunan segi empat, saat itu kakek, nenek, papa dan mama semuanya sangat sibuk, tidak sempat menjagaku, jadi aku pergi makan numpang sana sini. Aku masih ingat sedikit, saat itu begitu jam makan akan ada orang menyuruhku makan, aku besar karena makan nasi dari ratusan keluarga."

"Kamu sudah ingat?"

"Sangat sedikit, pulang jalan sekali, melihat jalanan yang familiar, bisa teringat sedikit, bagaimana juga waktu itu masih kecil, hal yang bisa kuingat juga tidak banyak."

"Kamu kembali, orang tua pasti sangat senang."

"Benar, hari itu ketika aku pulang, nenek terus memelukku, ingin sekali tidur bersamaku waktu malam hari."

Yuka tertawa, "Hahahaha, aku bisa mengerti perasaan nenek, hari itu ketika pulang kerumah, aku juga ingin sekali tidur bersempitan di tempat tidur bersama papa mamaku, tapi mamaku menendangku keluar dari kamar."

"Papa kamu sudah mulai bekerja belum?"

"Dia mau bekerja, tapi dihentika oleh semua keluarga kami dan juga pemimpin rumah sakit, menyuruhnya bagaimana juga harus beristirahat setengah tahun baru mulai bekerja. Sekarang dia setiap hari berkomunikasi dengan di Miami sana, takut kalau proses farmasi disana ada kesalahan."

"Papa kamu benar-benar hebat sekali."

Membicarakan papa, Yuka juga dengan tulus merasa bangga, "Benar, aku juga merasa seperti itu."

Hujan semi terus turun, membuat malam kota ini seperti ditutupi selapis kabut, membuat jalanan di depan menjadi kabur.

Kedua orang tidak berbicara, di dalam mobil tiba-tiba berubah hening, suasana sedikit menjadi dingin.

Yuka: "Nanti kamu bawa mobilku pergi saja, besok aku pergi ambil mobil." Dengan begini, dia mempunyai alasan untuk menemuinya.

Dirga tersenyum, berkata lagi: "Tadi bukannya sudah bilang, aku tidak ada SIM dalam negri."

"Oh oh oh, bear benar." Yuka mengertakkan giginya kuat, di dalam hati tidak berhenti memarahi dirinya bodoh.

"Kalau begitu selanjutnya kamu berencana pergi kemana?"

"Pergi ke Inggris dengan papaku dulu, bisnisnya semua ada di Inggirs, aku ikut belajar dengannya dulu."

"Aku dengar dari Laras.......Bukannya kamu ada pemikiran untuk tinggal di dalam negri?"

"Benar, kakek dan nenek sudah tua, ingin kembali, papaku juga ada maksud demikian, dan juga bibiku, yang juga mamanya Laras, bibi sakit parah belum sadar, tunggu dia sadar harusnya ingin tinggal bersama anak dan cucunya. Tapi bisnis keluarga semuanya ada di Inggris, bukannya bilang mau pulang bisa langsung pulang, butuh waktu."

Mendengar dia berbicara seperti itu, hati Yuka lebih tenang sedikit, dia menjawab dengan pelan, "Oh, baguslah kalau begitu."

"Apa? Kamu bilang apa?"

"Tidak, tidak ada......hehe, semoga semuanya lancar, semoga bibimu cepat sadar."

"Terimakasih."

Tidak bisa lanjut mengobrol lagi, obrolan canggung seperti ini membuat Yuka sedikit runtuh.

Sudah mau sampai ke rumah, lain kali tidak ada kesempatan untuk berjumpa lagi, memikirkan ini, dia langsung sedih sekali.

"Kalau begitu apakah temanmu akan bersama denganmu?"

"benar, mereka adalah orang kasihan yang tidak ada rumah untuk bisa berpulang, juga tidak ada orang tua, setelah kelompok dibasmi, sebenarnya mereka tidak ada tempat untuk pergi. Karena memang mereka mau mengikutiku, tentu saja aku harus bertanggung jawab dengan mereka."

Yuka tidak bisa menjelaskan perasaan di hatinya, hanya saja, dia semakin tidak ada keberanian untuk menanyakan hubungannya dengan Amanda lagi.

Akhirnya sudah sampai ke rumah, hujan diluar juga sudah berhenti, tapi suhu masih sangat dingin.

Mobil berhenti, Yuka melihat tubuhnya yang basah kuyup, menyarankan: "Kamu mengantarku pulang, tapi badanmu basah begini, aku sungguh tidak tenang membiarkanmu pulang sendirian seperti ini, kalau tidak, kamu ikut aku naik, keringkan baju dulu baru pergi."

Ini adalah alasan satu-satunya yang bisa dia pikirkan untuk membuatnya tinggal.

Dirga berpikir pun tidak, dengan cepat langsung menolak, "Tidak perlu, sungguh tidak apa-apa, sudah malam sekali, bisa mengganggu orangtua mu istirahat." Sambil berkata, dia ke belakang mengambil jasnya yang basah, lalu mau turun dari mobil.

Yuka panik sekali, otaknya dengan cepat berputar, "Kamu sudah menolongku, aku masih belum berterimakasih kepadamu, lain hari, lain hari aku mentraktirmu makan, spesial mentraktirmu makan."

"Kamu juga sudah menolongku, kalau bukan kamu, aku pasti sudah tenggelam di dalam kolam, jadi kita ini anggap sudah impas, kamu tidak perlu mengingatnya."

"......"

"Kamu.......mau mengatakan sesuatu kepadaku?"

Yuka tersedak, wajahnya memerah, untungnya malam gelap ini melindungi warna wajahnya.

Pria lurus akhirnya menyadari kalau dia mempunyai banyak curhat, bertanya: "Kamu ingin mengatakan apa?"

"......"

Dirga sampai bisa melihat kalau Yuka malu, "Kamu jangan panik, mau mengatakan apa, pelan-pelan katakan, tunggu kamu selesai, aku baru pergi."

"......Tidak ada kok hanya saja.......hanya saja merasa malu sekali........hehehehehe........"

"Sungguh?"

"Ehn, sungguh."

"Kalau begitu aku pergi ya?"

Begitu Dirga mengatakannya, dia langsung menjulurkan tangannya berpura-pura membuka pintu, Yuka langsung menghentikannya, "Weh!"

Dirga memutarkan kepalanya, bibirnya tersenyum, menatap wanita itu dengan lekat.

Yuka begitu melihat tatapannya yang seperti itu, hatinya langsung berdetak sangat cepat, gugup sekali sampai bernafas berubah menjadi tergesa-gesa, "Aku aku aku......kamu......." Dia menggertakkan giginya membenci dirinya sendiri juga tidak berguna, beberapa pertanyaan sederhana saja tidak bisa menanyakannya, ini kali pertama dia merasa kalau dirinya tidak berguna sekali.

Dirga melihat dia yang gugup sampai tidak bisa berkata-kata, menghiburnya: "Kamu jangan panik, begini saja, hari ini sudah malam sekali, kalau kamu masih tidak pulang, papa mama kamu pasti akan khawatir, kamu pulang dulu, kalau mau mengatakan sesuatu kepadaku, tunggu kamu nanti sudah siap, sudah ingin mengatakannya, baru telfon aku saja, oke?"

Yuka mengangguk, dengan pelan bertanya: "Apa hanya boleh berbicara dari telepon?"

Dalam hati Dirga mempunyai rasa manis, "Kalau itu terserah kamu, bisa bicara dari telepon, bisa dari wechat, bertemu juga boleh, lagipula aku beberapa hari ini di Jakarta."

"Kalian kapan pergi?"

"Tidak tau, sebelum pergi aku akan memberitahumu."

"Benarkah?" Wajah Yuka memerah, bunga di hatinya bermekaran, "baik."

"Aku disini hanya ada kalian sebagai temanku, kamu, Laras, dan Gavin mereka."

"......" Sebuah kalimat yang tidak sengaja, membuat kesenangannya menjadi kesedihan, jadi, dimatanya, keberadaannya dengan Laras sama saja.

Menyukai seseorang dengan diam-diam benar-benar sebuah siksaan, bisa karena kalimatnya menjadi senang, juga bisa karena kalimatnya menjadi sedih, tapi, ekspresinya masih saja pura-pura santai.

Mumpung dalam kegelapan, Yuka menggunakan kesempatan ini melihat wajahnya baik-baik, meskipun pengalamannya dulu sangat berantakan, tapi, dia malah mempunyai sepasang mata yang jernih dan cerah.

Tatapannya, ketika kejam bisa membuat orang takut, ketika santai bisa membuat orang merasa hangat.

Yuka merasa, sepasang mata itu, adalah mata yang paling cantik diantara semua pria yang pernah dia temui.

"Baiklah, aku turun dulu, kamu cepat masuk, sampaikan salamku kepada paman dan tante."

"Oh......" Dia tetap kebingungan, seperti seorang idiot.

Dirga tersenyum, juga tidak bisa mengatakan apa-apa, "Sampai jumpa, kutunggu teleponmu."

"Baik, sampai jumpa."

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu