Cinta Pada Istri Urakan - Bab 282 Membunuh Orang

Parto tertembak di belakang, dan pegangan pada tangan anak perempuannya semakin melemah, "Mon, jadilah patuh," dia tergelincir dan jatuh ke bawah, "Ayah... di kehidupan mendatang berharap kembali menjadi ayahmu."

"Ayah, ayah..." Mon berjongkok di atas jembatan, dengan satu tangan memeluk adiknya, mengulurkan tangan yang satu lagi, dia berpikir ingin meraih ayahnya.

Parto tergelincir ke bawah, Minah juga berpikir untuk mati, dia melompat ke bawah jembatan bersama suaminya.

Pada waktu bersamaan, helikopter menambah kecepatan dan terbang dengan cepat ke arah Selatan.

Gavin dan Sonny telah menembak beberapa tembakan, tapi tidak ada yang berhasil mengenai helikopter, jaraknya telah melewati batas pandang penembak jitu.

Tembakkan Darius hampir pada jarak terjauh untuk menembak, seperti Gavin, dia hanya menembak satu tembakkan.

Beberapa tahun yang lalu, ketika Gavin masih seorang tentara biasa, Darius adalah penembak jitu utama.

Kemudian Darius memilih Gavin dari ratusan orang, yang kemudian menjadikan Gavin menapaki jalan sebagai penembak jitu.

Mereka saling melengkapi, tidak pernah kehilangan tangkapan.

Bagi Gavin, Darius bukan hanya sekedar teman dalam berperang, tetapi juga mentornya.

Di hari ini dari beberapa tahun kemudian, kedua pihak menjadi bermusuhan, dan pertukaran sesaat dalam tembakkan menyadarkan kedua pihak terhadap kekuatan masing-masing, Gavin meskipun dia telah mengurangi pekerjaan di garis depan, tembakkannya masih tetap akurat, dan Darius juga belum hilang kemampuannya.

Melihat pada helikopter yang kian mengecil, Gavin merasakan ketakutan sesaat. Jika Darius menjatuhkan bomnya, konsekuensinya tidak akan terbayangkan. (bom di Gunung Sumbing)

"Sonny, ikuti helikopter sekarang juga. Yang lainnya akan turun ke bawah untuk menyelamatkan orang. Sebelum pasti mati coba selamatkan."

Parto dan Minah telah menyesal, tetapi Darius masih ingin membunuh orang.

Jelas sekali, ini adalah pembunuhan yang sudah direncanakan.

Tim perahu motor masih di area yang sangat jauh, Weiner langsung melompat ke bawah dari atas jembatan.

Dia adalah pria yang dalam hal apapun dia selalu menjadi yang pertama dalam memulai. Ketika Weiner melompat dari tempat yang sangat tinggi, dia bahkan tidak mengedipkan matanya, dia tidak ragu sama sekali.

Para prajurit di belakang juga ikut melompat ke bawah.

Demi banyaknya para saudara yang mati, demi banyak keluarga orang yang hancur dan kehidupan mereka yang rusak karena narkotika, demi menghukum para kriminal, para anggota Tim Pasukan Khusus tidak memiliki keraguan.

Di atas jembatan, Mon dan adiknya langsung dibawa masuk ke dalam mobil oleh anggota Tim Pasukan Khusus. Tangisan para anak-anak membuat semua orang gelisah.

Gavin berdiri di jembatan, memberi isyarat pada tentara yang ada di bawah, memberi tahu para tentara lokasi tepat mereka jatuh di air.

Awalnya, Parto dan Minah masih mengambang, tapi setengah menit kemudian, jejak mereka sudah tidak terlihat lagi di sungai.

Melihat ke sungai yang deras, dia jadi sangat khawatir.

"Perhatikan keamanan sendiri!" Dia menasehati.

Tim perahu motor datang mendekat dan segera mereka tiba di area penyelamatan.

Gavin terus memandangi sungai, Weiner telah menyelam selama dua menit tanpa memunculkan kepalanya.

Tiba-tiba, dari jarak 10 meter lebih dari tempat jatuh, Weiner menyelamatkan seseorang, adalah Minah.

Minah lalu ditolong oleh tim perahu motor, Weiner kembali menyelam ke dasar sungai.

Menurut titik tempat jatuh dan perhitungan arus air sungai, posisi Parto harusnya tidak jauh dari posisi Minah, Weiner tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan dekat ini untuk menemukan Parto.

Seiring dengan jalannya waktu, angin di atas jembatan bertiup semakin kencang, sungai di bawah jembatan menjadi semakin berbahaya, para anggota tim penyelamat dengan seragam oranye juga semakin banyak, harapan juga semakin meredup.

Minah telah bangun, di sungai yang luas, terdengar suara tangisannya, "Parto, Parto, kamu pulanglah..., jika kamu pergi bagaimana denganku? Parto, kamu tidak bisa memintaku secara kejam menghadapi ini semua sendiri. Kamu telah meninggalkanku, biarkan aku mati, biarkan aku mati..."

Tim penyelamat menolong Minah dengan gigih, takut jika dia berpikiran pendek.

.....

Kali ini, Minah ditangkap hidup-hidup, dan dia lebih kooperatif.

Namun, keberadaan Parto masih belum diketahui.

Tim penyelamat mengerahkan tenaga kerja yang lebih banyak, mencari sampai ke hilir, bahkan jika hanya mayatnya, harus ditemukan.

Di gedung medis milik Tim Pasukan Serigala, Minah dikurung dalam penjagaan ketat dalam bangsal.

Baginya, disini adalah tempat paling aman.

Minah setengah duduk di ranjang, menatap ke depan, pandangannya kosong, bibirnya tertutup rapat, tidak mengeluarkan suara.

Semuanya sangat tenang, jadi saat Gavin dan kelompoknya datang ke bangsal, dia bisa mendengar suara langkah kaki, dan wajahnya perlahan menjadi gugup.

"Jangan pukul aku... Jangan pukul aku... Jangan kesini... Jangan..."

Minah berteriak dan memeluk kepalanya, seperti orang gila.

Gavin dan yang lain tiba-tiba mendengar teriakkan, buru-buru membuka paksa pintu.

Minah semakin gila, dengan panik ia merangkak turun ranjang, secara tidak sengaja jatuh ke lantai, lalu dia dengan mudah berguling ke bawah kasur.

Dia meringkuk dengan lutut di pelukkannya, seluruh tubuhnya bergetar, sambil bergumam mengatakan, "Jangan datang... Jangan pukul aku... Jangan... Jangan..."

Gavin mengambil satu langkah maju, secara blak-blakkan, "Jangan kira kamu bisa bebas dari hukuman pemerintah dengan berpura-pura sakit mental, di tempatku, meski kamu orang gila, aku dapat membuatmu sehat kembali. Aku menyarankanmu untuk bekerja sama, jika tidak, saat ini akan menjadi waktu paling nyaman bagimu."

Suara Gavin sangat tenang, bahkan terkesan tidak peduli, seperti seorang raja dari neraka, tanpa tersisa kehangatan.

Mungkin dia takut pada temperamen Raja Neraka ini. Secara instan Minah menjadi tenang, tapi dia bahkan lebih ketakutan.

Secara perlahan dia merangkak keluar dari bawah kasur dan duduk di sampingnya.

Para prajurit laki-laki muda yang berdiri berjejeran di depan pintu, mereka berbeda dengan para pencandu yang ada di sarang narkoba, Minah merasakan sangat dalam dengan apa yang dimaksud kejujuran.

Dia pernah merasakan, juga pernah terkagum pada keberanian dari seorang Parto.

Gavin secara blak-blakan mengatakan, "Beritahu aku, tentang rencanamu, dan juga, kenapa kamu dan Parto ingin melarikan diri, kenapa mereka ingin membunuh orang."

Minah menundukkan kepala, memikirkan Mon yang bijak, memikirkan lagi hidup dan mati suaminya yang tidak jelas, air matanya lalu jatuh.

"Narkoba membahayakan orang. Jika saja kami tau apa yang akan terjadi hari ini, kami tidak akan menyentuhnya bahkan jika dibunuh sekalipun."

Ini adalah kalimat pertama yang diucapkan Minah, dan itu juga kebenaran yang dia sadari dari setengah hidupnya.

Pertama Gavin menanyakan masalah yang paling mengkhawatirkan, "Apakah kalian terlibat dalam rencana tanah longsor di gunung Sumbing?"

"Ya, itu adalah ledakkan yang disengaja oleh aku dan Parto yang ingin membebaskan diri dari organisasi, tapi kami tidak menyangka bahwa itu mengakibatkan tanah longsor di semua bagian belakang gunung, atau merusak sekolah anak-anak, atau membunuh banyak teman, tetapi hanya tidak membunuh Paman keempat seorang."

"Kenapa?"

"Paman keempat sama seperti vampir. Kami bekerja untuk dia, tapi dia memperlakukan kami layaknya hewan. Dia mengkontrol kami dengan narkoba dan tidak menganggap kami seperti orang. Aku dan Parto sudah muak dengan hari-hari seperti itu, jadi kami rencanakan ledakkan itu bersama. Kami ingin meledakkan obat-obat berbahaya itu bersama dengan Paman keempat, tapi kami tidak mengira bahwa...."

"Aku bermimpi buruk setiap hari, abang angkat, Dek Karim, Pak Slamet .... Dalam beberapa tahun terakhir, kami sangat akrab satu sama lain setiap harinya demi mendapatkan banyak uang dan menjalani kehidupan normal secepat mungkin. Tapi mereka semua mati di ledakkan itu..."

Novel Terkait

Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu