Cinta Pada Istri Urakan - Bab 1 Membuka Pintu Air Untuk Membuang Air Bah

Bab 1 Membuka Pintu Air Untuk Membuang Air Bah

Saat pria itu menindihnya Laras Atmaja sudah merasakannya, tetapi apa daya kaki dan tangannya tidak bertenaga untuk melakukan perlawanan. Sakit yang teramat sangat membuat dia merasakan arti dari mati lebih baik dari pada hidup, kesucian yang sudah dia jaga selama 20 tahun direbut begitu saja oleh pria tua menjijikkan itu.

Tidak disangka, demi uang yang tidak seberapa, paman menjualku kepada seorang pria tua.

Terlebih lagi dia adalah paman kandungnya sendiri.

Dia tidak seharusnya percaya begitu saja kepada mereka, dia sangat membenci mereka.

Tidak tahu sudah berlalu berapa lama, pelan-pelan kesadaran Laras kembali, dia membuka mata, langit di luar sudah sedikit terang, dia mencoba menggerakkan jarinya, ternyata dia sudah dapat bergerak.

Laras duduk dengan menahan tubuh yang remuk redam, rambut pendek yang indah itu pada saat ini berantakan dengan mengenaskan, anak-anak rambut menutupi mata, dia merapikan rambut yang ada di dahinya, pelan-pelan mengangkat kepala, garis dagu yang lembut membungkus dagu yang indah, wajahnya cantik seperti porselen.

Rambut yang pendek, bahu dan leher yang indah, di bawah cahaya remang-remang, ternyata adalah anak remaja yang tampan, bukan, lebih tepatnya perempuan yang cantik.

Laras menggunakan selimut yang tipis untuk menutupi dadanya, di bawah selimut tipis itu adalah tubuhnya yang halus dan polos.

Di dalam kamar yang remang-remang sepasang matanya terlihat bercahaya, setelah melihat ke sekeliling ruangan, di sini dipenuhi dengan berbagai macam bau, bau arak, parfum, rokok dan juga bau seorang pria..., bau yang menjijikkan baginya.

Nyeri dan sakit terasa di seluruh tubuhnya, terutama bagian di antara kedua kakinya, saat bergerak sakitnya seperti daging yang dirobek.

Pria di sampingnya masih tertidur nyenyak, dia tidur dengan bertelungkup, hanya terlihat bagian belakang kepalanya saja, cahaya remang-remang membuat dia hanya dapat melihat bagian belakang kepalanya dengan tidak begitu jelas.

Nafas pria itu yang stabil tidak begitu terdengar, harus didengarkan dengan seksama baru dapat terdengar.

Dasar pria tua tidak tahu malu, tunggu aku pulih, kau pasti akan sangat menyesal.

Laras membuka selimutnya dengan hati-hati lalu pelan-pelan turun dari atas ranjang, memungut baju-bajunya yang berserakan di lantai dan segera memakainya dengan gemetar. Dia sudah tidak peduli lagi apakah bajunya sobek atau tidak, dia harus kabur sebelum pria itu bangun. Iya, dia harus kabur!

Akan tetapi, keinginannya tidak terkabul, saat dia baru saja ingin berdiri dan lari ke depan pintu, kaki kanannya tiba-tiba terasa lemas, seluruh tubuhnya jatuh ke atas lantai.

"brak" barang apa yang dijatuhkan oleh dia? Ternyata adalah celana pria itu, di atas celananya diikatkan ikat pinggangnya, kepala ikat pinggangnya terbuat dari logam, jatuh ke lantai dan membuat suara berisik.

Pria di atas ranjang itu terbangun, sepasang tangannya menahan tubuhnya dan ingin bangkit dari ranjang, Laras panik, tangan kanannya memegang ikat pinggang, tangan kirinya memegang celana, dengan sekuat tenaga dia memukul belakang kepala pria itu dengan ikat pinggangnya.

Pria itu menjerit tertahan lalu jatuh kembali ke atas ranjang.

Laras tanpa berpikir lagi segera membuang celananya dan lari keluar dari kamar. Harus kabur!

Langit sudah terang, Damar Rizaldi menekan bel kamar majikannya, tetapi tidak ada orang yang menjawabnya jadi dia langsung masuk menggunakan kartu.

Begitu dia masuk dan melihat keadaan di depannya, hati Damar mulai gemetar, "tuan, tuan, anda kenapa?"

Gavin Pradipta mengerutkan alisnya, mabuk semalaman membuat kepalanya pusing dan sakit, kepalanya seperti ditutupi oleh sesuatu.

Damar yang jelas-jelas seorang lelaki merasa kaget sampai hampir menangis, "tuan, untung saja anda akhirnya sadar, apakah anda baik-baik saja? Beri tahu saya apa yang terjadi?"

Kemarin malam tuannya minum arak, waktu dia mengantar tuannya kembali ke kamar, tuannya jelas-jelas masih sadar, bahkan menyuruh dia segera kembali ke kamar untuk istirahat, kalau dia tahu hal ini akan terjadi, dia pasti mengantar tuannya masuk ke dalam kamar terlebih dahulu, setelah yakin tidak ada masalah barulah dia pergi.

Damar memapah Gavin untuk duduk, Gavin melihat jejak darah di atas bantal, dia juga merasa samping telinganya juga ada darah, dia merabanya, sakit.

Lalu dia melihat celana yang ada di tangan Damar, mukanya berubah murka dalam sekejab, siapa yang menutupi mukanya dengan celana?

Damar memperhatikan kepala ikat pinggangnya dengan teliti, di atasnya terdapat noda darah yang sama, dia bertanya dengan sangat tidak percaya : "tidak mungkin, apakah anda sendiri yang memukul diri anda?"

Gavin melihat dia dengan tajam "aku bukan orang bodoh!" matanya dengan diam-diam melihat ke sampingnya, di atas ranjang yang putih bersih terdapat noda darah, ternyata seperti yang sudah kuduga!

Saat menyadari diserang oleh orang lain Damar segera berkata : "tuan, saya segera menghubungi rumah sakit dan kepolisian."

Di ruangan VIP rumah sakit, Gavin berdiri di depan jendela, badannya yang tinggi berdiri dengan elegannya, alis dan matanya bagaikan tinta, wajahnya yang tenang menampakkan wibawa yang besar.

Tingginya yang hampir mencapai 190 cm cukup membuatnya menjadi pusat perhatian, sosoknya yang mahal menunjukkan kemandirian.

Kejadian kemarin malam dia mengingatnya dengan sangat jelas, anggur merah yang sedikit itu tidak akan membuatnya mabuk. Waktu dia melepaskan baju ingin mandi, tiba-tiba dia menyadari di atas ranjang terbaring seorang remaja yang memakai baju putih, cahaya bulan di luar jendela dengan jelas menyinari wajah remaja itu, wajah anak itu bagaikan peri yang turun ke dunia fana.

Gavin saat itu sangat marah, ranjangnya bahkan tidak boleh disentuh oleh ibunya, apalagi oleh orang asing.

Selain itu dikarenakan dia tidak pernah dekat dengan wanita manapun, banyak orang yang menggosipkan karena terlalu lama di dalam pasukan tentara membuatnya menjadi menyukai laki-laki, pada saat ini, dia bahkan curiga kalau orientasinya memang bermasalah.

Tanpa berbicara lagi, dia langsung mencengkram kerah baju remaja itu, ingin membuktikan dengan tindakan bahwa dia tidak menyukai laki-laki.

Tetapi, tunggu... Kenapa bisa lembut?

Saat itu, dia bagaikan tersambar petir, berdiri kaku di tempatnya.

Melihat dari jarak yang dekat, dia dapat melihat dengan jelas, dia bukan anak laki-laki, tetapi seorang gadis muda, gadis yang harum, gadis yang sangat lembut saat disentuh, gadis yang sangat menarik.

Tidak tahu apakah benar disebabkan oleh mabuk, atau demi membuktikan kalau orientasinya tidak bermasalah, amarah di dalam hatinya dalam seketika berubah menjadi gairah, dia sedikit demi sedikit melepaskan kewaspadaannya, selangkah demi selangkah mendekati gadis itu.

Saat berpikir sampai di sini, Gavin mengerutkan dahinya, wajahnya yang tenang menunjukkan sedikit amarah, kontrol diriku kenapa bisa begitu buruk?!

Waktu bertugas, bukannya tidak ada wanita yang berusaha menggodanya, ada wanita yang lebih tua, ada loli, berbagai macam jenis perempuan, tetapi baginya semua hanyalah bagaikan permainan, tidak berpengaruh padanya, tetapi gadis yang tidak seperti seorang gadis semalam, baik dari tubuhnya yang masih muda maupun posturnya saat ingin menolak tapi ingin menerimanya juga itu, semuanya sangat pas dengan selera dia.

Langkah kaki yang tergesa-gesa mematahkan pikiran Gavin, Damar membawa laporan dan berbicara dengan gembira : "tuan, belakang kepala anda hanya ada luka luar, tidak ada yang serius, di tubuh anda juga tidak ada luka lainnya."

Gavin dengan dinginnya berbicara, " kau yang terlalu panik, dari awal aku sudah bilang kalau aku tidak apa-apa."

Damar berbicara dengan gemetar : "tuan, masalah anda adalah masalah yang besar, bagaimana mungkin saya tidak menganggap serius? Untung saja diperiksa dengan menyeluruh, jika tidak, tidak akan diketahui jika darah anda mengandung 'liu ye chun'."

"liu ye chun?"

"benar sekali, itu adalah sejenis...obat perangsang."

"omong kosong, aku tentu tahu artinya." mata Gavin menajam, sebenarnya siapa yang berusaha menjebakku? Dia beralih bertanya : "orang yang kuminta untuk diperiksa, sudahkah kau memeriksanya?"

Damar berkata : "sudah diperiksa, lewat tes DNA, informasi pribadinya semua ada di sini."

Gavin menerima data itu lalu dengan cepat melihatnya, sepasang matanya yang tajam tiba-tiba memperhatikan sesuatu, "kau yakin itu dia?"

"yakin." tuan, apakah itu dia anda masih belum tahu!

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu