Cinta Pada Istri Urakan - Bab 286 Menikah Dengan Pria Yang Tidak Memberi Makan

Setelah menemui Bobi, Gavin sementara dia tidak akan menghiraukan masalah ini, dia adalah orang yang memisahkan jauh-jauh masalah pribadi dan pekerjaan, hanya saja kadang-kadang akan terjadi hal seperti hari ini.

Belakangan ini pekerjaan semakin sulit, tidak seharusnya orang membawa emosi dalam pekerjaan ke kehidupan sehari-hari, jika sampai tercampur maka efek kepada orang sekitar tidak akan baik.

Sudah terselesaikan, sudah selesai, suasana hatinya pun membaik.

Hari ini adalah peringatan hari mereka menikah secara resmi, jarang untuk mereka punya kesempatan tidak pulang ke rumah dan minum sup dari nene, dua orang ini sungguh bersemangat, rasanya seperti baru mulai liburan.

Laras melihat ekspresi Gavin sudah jauh lebih rileks daripada sebelumnya, dan bertanya: “Sepertinya posisiku dihatimu tidak lebih tinggi daripada Bobi.”

“Yang benar saja, masih saja cemburu dengan anak kecil?”

“Benar, aku sangat lapar dan haus sampai-sampai tidak bisa berpikir jernih.”

Gavin mengulurkan tanganya untuk mengusap perut Laras, : “Mari kuraba-raba dalam perut ini ada apa saja, Oh, ternyata di dalamnya kosong.”

“……Apa kamu sangat menikmati ini, awas!” Laras mengenyahkan tangan Gavin, “Kalau aku sedang lapar aku sangat gampang marah loh, hati-hati kamu.”

Gavin menambah kecepatan mobil, “Sudah tahu mau makan apa?”

Tanpa berpikir Panjang Laras menjawab, “Spicy hotpot!”

“Anniversary kali ini sungguh mau makan itu?”

“Benar, Merah dan berapi-api, sungguh bermakna loh.”

Begitu mendengarnya ingin makan spicy hotpot, kedua mata gavin pun berkilat dan berkata: “Baiklah, istriku yang rajin dan pintar, sebuah kehormatan bisa menurutimu.”

Sampai di kota sudah pukul hampir 9 malam, sampai di restoran hotpot paling terkenal di Jakarta, jam segini jam sibuk makan malam belum berakhir, dalam restoran masih penuh dengan orang, dan antrian di luar masih sangat panjang.

Melihat antrian yang begitu Panjang Laras tampak kecewa, “terlalu ramai, aku sudah terlalu lapar dan tak bisa lagi menunggu.”

Gavin menunduk mengutak-atik handphonenya, kemudian melihat kearah luar dan berkata: “Kita pergi ke tempat lain saja.”

“Ha? Di sekitar sini restoran hotpot hanya ada satu, kalau tidak kita makan saja di restoran sebelah, bertahan hidup lebih penting.”

“Tidak makan sekali tidak mungkin mati.”

Ekspresi Laras langsung cemberut kemudian menangis: “Huhuhu, menikah dengan pria yang tidak memberiku makan, hidupku sungguh menderita.”

“……”

Tak ingin berhenti semakin lama, Gavin membelokan mobilnya masuk ke suatu gang.

Gang ini berada di daerah pinggiran dan agak gelap hanya ada lampu jalan di kedua sisi jalan, membuat perasaan pun jadi was-was.

Gavin berhenti di depan taman bambu kecil, Laras mengangkat kepalanya dan melihat ke papan di depan tertulis “Apa Hayo”.

“Wah, nama ini sungguh elegan, jual makanan apa ya? Lunpia?”

Gavin pun tergelak, “Turun dulu, habis ini kita langsung makan.”

Turun dari mobil, Gavin dan Laras langsung masuk kedalam restoran, malam yang sejuk angin semilir berhembus, berjalan masuk melalui taman bambu kecil suasana pun semakin asri dan sejuk.

Melalui taman bambu kecil, masuk ke ruang utama, terdapat halaman terbuka dan hangat, penuh dengan suasana kota tua. Sejauh ini suasana taman terbuka seperti in sudah sangat jarang.

Terdapat empat meja di halaman. Ada jarak cukup panjang di samping tiap meja. Dan terdapat payung disamping bambu yang bisa dibuka jika hujan atau terlalu panas

Ruang utama dan ruang sayap Timur-Barat semuanya berubah menjadi restoran, yang dipisahkan menjadi kamar elegan kecil, tiga sisi terhubung.

Meja di halaman semua kosong. Ada beberapa tamu di kamar yang elegan, tetapi mereka masih sepi pada umumnya.

Pada saat ini Laras baru menyadari bahwa ini adalah sebuah restoran.

Dari sudut pandang Restoran, Restoran ruang terbuka ini sangat kecil, walaupun kecil tapi terdapat 5 ruangan dengan nuansa yang berbeda.

Laras menyenggol lengan Gavin dan berkata: “Kayaknya sepi banget, jangan yang terlalu mahal dan tidak enak ya.”

“Percaya saja kepadaku, tak masalah, pasti akan memuaskan keinginanmu makan hotpot.”

Mereka pun berjalan masuk, seorang wanita dengan cheongsam hijau menghampiri mereka, “Hei, ada angin apa membuat tuan muda datang kesini?”

Dilihat-lihat sepertinya dia adalah bosnya, tapi dari nada bicaranya dan gayanya tidak seperti menyambut tamu tetapi lebih ke menyambut teman lama.

Perasaan Laras terasa aneh, melihat pandangan wanita itu terpaku di wajah Gavin, dia merasa tidak nyaman.

Apalagi wanita ini memakai cheongsam ketat dan dia memiliki bentuk tubuh yang di idam-idamkan semua wanita.

“Mendengat kabarmu menikah, aku masih tidak percaya, apa kamu sengaja membawanya kesini untuk aku lihat?” Canda wanita itu sambil melirik Laras.

Laras merasa sangat tidak nyaman, mengerucutkan bibirnya dan hanya diam dibelakang Gavin.

Umur dari wanita ini seharusnya tak beda jauh dengan Gavin, gestur dan kelakuanya tampak sangat elegan, dengan makeup yang tebal wajahnya tampak kaku dan tidak alami, sekali melihat make-upnya tampak mempesona .

Seorang wanita muda memiliki restoran sebesar ini, dia yakin latar belakang wanita ini tidak sembarangan.

Gavin tidak pernah mengenalkan wanita ini sebelumnya, jadinya Laras semakin penasaran.

“Istriku ini ingin makan Spicy hotpot, restoran diluar antrinya panjang, setelah ku-cek ternyata tak jauh dari tempatmu sini, merepotkan?”

“repot-pun juga harus mempersiapkannya untukmu kan?”

Wanita itupun langsung tertawa, dari pandangan dan nada bicaranya, sungguh membuat Laras semakin was-was.

Gavin menarik Laras untuk duduk, dan berkata pada wanita itu: “Ini harusnya cukup, kalau kamu yang atur aku tenang.”

Asap hotpot mulai mengepul, warna sup merah dan berminyak tampak menggugah selera.

Tak disangka, wanita itu juga ikut duduk bersama.

Dan dia duduk di seberang Gavin.

Laras sudah ingin marah.

“Maaf, aku lupa memperkenalkan diriku sendiri, namaku Vero Ridwansyah.”

Laras berkata pelan, “Namaku Laras Atmaja, salam kenal.”

Vero memandang Laras dan bercanda: “Kelihatanya kamu ini introvert ya, sudah umur berapa? Gavin tidak mungkin menggoda wanita dibawah umur.”

Gavin: “……”

Laras: “……”

“Kok diam? Apa tebakanku benar? Jadi kalian berdua masih belum menikah, hanya pacaran? Jadi aku masih ada kesempatan dong?”

Sebenarnya Laras sangat tidak senang mendengar kalimat ini.

Wanita bernama Vero Ridwansyah yang duduk dihadapannya saat ini, tak peduli seberapa elegan dandanannya, ingin rasanya meludah ke mukanya, apalagi kelihatanya dia sangat akrab dengan Gavin, tampaknya ada aura hangat seperti sepasang kekasih? Apakah dia wanita single yang sengaja ingin menggoda Gavin?

Laras sangat penasaran, penasaran sampai-sampai selera makanya pun hilang.

Novel Terkait

Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu