Cinta Pada Istri Urakan - Bab 525 Sebuah Senyuman Menghilangkan Rasa Dendam

Perkataan Jenny ini membuat Laras terkejut juga terharu, "Apa Gavin yang menyuruhmu datang berbasa-basi?"

"Bukan, dia malah berpikir sangat lama karena khawatir kamu akan marah, aku lihat kalau dia juga sudah berubah, dulu dia tidak seperti itu, seorang pria mau berubah untukmu, tandanya dia sungguh sangat mencintaimu."

Laras tanpa sadar melihat ke arah area bermain, seorang pria dewasa dengan tinggi 190 cm, menggandeng dua anak kecil yang tingginya 100 cm lebih, terkadang juga harus membungkuk dengan sabar berbicara dengan mereka, terkadang juga harus meluruskan badannya menghilangkan rasa pegal pinggangnya, wajahnya tidak lagi dingin yang tidak membiarkan orang lain mendekatinya, tapi senyum keayahan yang hangat dan juga lembut.

"Kamu tidak perlu mencurigai ketulusanku, aku datang untuk meminta maaf padamu, tentangku dan Darius aku hanya asal mengungkitnya, karena......" Pandangan Jenny mengarah ke bawah, dengan tidak berdaya berkata, "Sejujurnya, aku tidak ada teman untuk berbicara, aku merasa bercerita kepada teman yang dulu, mereka sama sekali tidak mengertiku, aku sangat benci pandangan mereka yang curiga dan kasihan."

"Yang paling aku benci, mereka selalu bertanya padaku, apa kamu sungguh memutuskan untuk bersama Darius? Masa depan Darius tidak jelas, kalian pasti akan sangat kesulitan."

"He, aku juga tidak ingin menjelaskan apapun pada mereka, karena tidak peduli aku mengatakan apa mereka tidak akan mengerti, kalau begitu lebih baik aku tetap tenang. Sebenarnya, mereka hanya melihat kesulitan kami, tapi tidak melihat kebahagiaan kami, benar tidak?"

Laras mengangguk, "Mulut orang lain, tidak perlu peduli bagaimana ucapan orang."

"Benar, aku juga berpikir seperti itu......" Jenny berhenti sebentar, bertanya lagi, "Apa kamu ingin bertanya padaku, apa masih memiliki perasaan terhadap Gavin?"

Laras terdiam, menampilkan senyuman yang canggung tapi tidak kehilangan sopan.

"Bilang tidak cinta itu membohongimu, aku mencintai Gavin begitu lama, tidak mungkin mau lupa langsung dilupakan, hanya saja......aku mendapatkan pria yang lebih aku cintai, dan juga beruntungnya, dia juga mencintaiku, dia bersedia menukarkan nyawanya untuk mencintaiku, aku sangat bersyukur."

Sebenarnya Jenny adalah orang yang selalu terang-terangan, dulu berani mengatakan mencintai Gavin dihadapannya, sekarang juga berani mengatakan curhatan hatinya padanya.

Kalau bukan karena mencintai pria yang sama, mereka juga tidak akan bermusuhan.

"Kamu juga sangat banyak berubah, membuatku sadar kalau semua hal akan berubah." Laras mengangkat gelasnya, berkata, "Aku menggunakan air menggantikan bir, bersulang, semoga kamu dan kakak Darius bahagia selamanya."

"Terimakasih."

Sebuah senyuman menghilangkan rasa dendam, mungkin ini maksudnya.

"Oh iya, bagaimana dengan luka di bahumu?" Tanya Jenny.

Walaupun Laras menutupi bahunya dengan selendang, tapi masih bisa terlihat gips tebal yang ada di bahu kirinya.

"Luka tulang harus tunggu 100 hari, dirawat pelan-pelan saja."

"Semoga cepat sembuh."

"Terimakasih."

Makan bersama itu ramai sekali, ada dua orang anak di tempat, selamanya tidak akan tenang.

Jenny sungguh sangat menyukai anak-anak, melihat dua orang anak kecil yang cantik dan putih, matanya tidak beralih dari mereka.

Kesempatan di hidup memang sangat aneh, dia juga tidak menyangka, akan bersama dengan Laras seperti sekarang ini.

Setelah makan malam, langit juga mulai gelap, lampu neon jalanan membuat kota ini terang seperti siang hari, dimana-mana ada kerumunan orang ramai, ada yang keluar bermain, ada yang baru pulang kerja, ada yang baru mau pergi kerja.

Malam hari memberikan kota ini sebuah pemandangan yang unik, membuat kota ini seperti memiliki kehidupan, begitu ramai.

Jenny tidak ingin menjadi obat nyamuk lagi, langsung memanggil taxi dan pergi.

Gavin mengambil tugas penting supir, sepanjang jalan berbicara dan tertawa, sangat bersemangat, juga bersikeras menyanyikan lagu militer untuk anak-anak.

"Aku bisa menyanyikan 'prajurit angkatan laut kecil'," ucap Nana dengan berani, lalu mulai bernyanyi, "Aku adalah prajurit angkatan laut kecil, membawakan kapal perang kecil, tidak takut angin dan ombak, dengan berani maju kedepan......"

Dia sambil bernyanyi, sambil memperagakan, Bobi yang terkena pengaruhnya, juga ikut bernyanyi bersama.

Laras terus bersembunyi ke belakang menghindar, Gavin yang melihatnya, dengan tersenyum berkata: "Jangan sampai memukuli mama."

"Tidak apa-apa, guru bilang hari anak-anak nanti ada kegiatan, mereka mau ikut upacara bendera, sudah benar lagu ini, Nana dan Bobi adalah pemimpin kecil, harus berdiri di depan untuk menari."

"Benarkah, apa orang tua boleh ikut?"

"Boleh."

"Benarkah?!" Wajah Gavin sangat gembira, "Kalau begitu aku tidak boleh melewatkannya, tanggal 17 Agustus bukan?"

"Ehn."

Sangat cepat sudah sampai mansion Atmaja, Gavin membawa mobilnya masuk kedalam.

Nana menarik tangan Gavin masuk, melihat Romo, dia berkata: "Kakek, paman Dita sudah datang, dia mau membantu kami membuat kue liat berwarna."

Romo sengaja bertanya: "Oh, kalau begitu apa mau nginap?"

Laras masih di belakang, pura-pura tidak mendengar.

Gavin segan menjawab, tapi hatinya malah sudah berbunga, hampir saja mengatakan-----"Terimakasih pa."

Baru saja diam-diam bahagia, perkataan Romo tiba-tiba berputar, memerintahkan bawahan: "Bersihkan kamar tamu di lantai tiga."

"Baik."

Wajah Gavin terdiam, kenapa kamar tamu, bahagianya sia-sia.

Laras tidak bisa menahan tawanya, dengan cepat mengalihkan pembicaraan, "Cepat pergi cuci tangan, bersihkan dulu tangan hitamnya baru bentuk, kalau tidak nanti play dohnya warna hitam semua."

Tidak lama, empat orang duduk melingkar sama-sama membentuk play doh, Gavin bertanggung jawab atas kue, Nana dan Bobi bertanggung jawab mengembangkan, Laras bertanggung jawab mengawasi.

Bermain senjata dia sangat ahli, membuat playdoh dia baru pertama kalinya.

Kepala jendral pasukan khusus serigala, bisa-bisanya duduk disini melengkungkan bunga anggrek membentuk play doh, pemandangan seperti ini sedikit lucu, Laras tidak bisa menunggu langsung memotonya dengan handphonenya.

Gavin sadar kalau Laras sedang memfoto, malah tidak mengizinkanya, "Sekarang jangan foto, belum apa-apa, setelah selesai baru di foto."

Awalnya asing, tapi makin lama makin tau, setelah percobaan dan penelitian berulang kali, akhirnya Gavin menyelesaikannya.

"Bagaimana? Bentuknya bagus kan?"

Nana dan Bobi senang sekali, mulut Nana manis sekali, matanya berbinar, "Wah, cantik sekali, sangat ingin kumakan."

Gavin bertanya pendapat Bobi, "Bagaimana menurutmu?"

"Cantik sekali."

"Sama-sama, lain kali kalau di TK adalah pekerjaan tangan, serahkan semuanya padaku."

Bobi dengan sopan berkata: "Terimakasih paman Dita."

Nana melihat kuenya, dia sangat menyukainya, kedua tangan gemuknya melingkari leher Gavin, langsung mencium pipinya, "Terimakasih paman Dita."

Kue liat berwarna ini, Gavin menundukkan kepalanya membentuknya selama dua jam, lehernya sampai pegal, tapi, ciuman gadis kecil ini, ditambah juga pengakuan Bobi, membuatnya melupakan semua rasa lelahnya.

Sesusah apa, selelah apa, asalkan bisa melihat senyuman mereka, dia merasa semuanya pantas.

Dia mengeluarkan handphonenya dan memfotonya, juga menarik anak-anak untuk selfie, setelah difoto membagikannya ke timelinenya, pamer, tidak ada bedanya dengan anak-anak.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu