Cinta Pada Istri Urakan - Bab 214 Apa Hubungannya Denganmu

Rendra sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit, satu bulan lagi dia harus kembali untuk dicek kembali apakah sudah boleh dilepas gipsnya.

Meskipun Rendra sudah menjelaskan dengan sangat tegas kalau dia tidak akan mungkin kembali bersama dengan Ariel, namun Ariel masih saja datang ke rumah sakit.

Tentu saja Sandra juga ikut datang bersama dengannya.

"Kak Rendra, sebenarnya kak Ariel sedang ada syuting di Tokyo, tapi saat mendengar kalau kamu mau keluar rumah sakit, dia segera meminta minta izin kepada kru yang lain lalu bergeas kemari, malam ini kak Ariel masih harus terbang kembali ke Tokyo."

Rendra sudah mengganti pakaiannya, bukan jas seperti yang biasanya dia kenakan, hari ini dia berpakaian kasual.

Dia duduk di atas kursi roda dengan mengenakan atasan kemeja lengan pendek berwarna krem berbahan katun, terlihat sederhana dan juga bersih, tidak terlihat terlalu serius seperti biasanya, dia terlihat lebih hidup.

Dia yang berpakaian seperti ini terlihat jauh lebih muda dibandingkan dengan dirinya yang biasanya sering mengenakan jas.

Ariel tidak bisa menahan dirinya untuk tidak terus menatapnya lurus-lurus, dia yang seperti ini bukankah sama seperti dia waktu masih kuliah dulu.

Saat itu dia sangat terkenal di seluruh kampus, dia adalah pangeran berkuda putih di mata gadis-gadis di kampus.

"Kak Ariel?" Sandra mendorong Ariel dengan sikunya lalu memandangnya dengan tatapan minta dipuji karena sudah membantunya berbicara.

Ariel kembali dari lamunannya lalu tersenyum tipis, "Oh, iya, aku naik pesawat nanti malam."

Rendra : "Karena kamu sangat sibuk, jadi tidak usah sengaja datang kemari, aku akan merasa tidak enak hati."

Alexa yang sedang merapikan barang di samping berkata : "Iya Ariel, terlalu merepotkanmu, ada aku yang merawat Rendra, tidak apa-apa."

Ariel : "Tidak tidak, tidak ada hal apapun yang lebih penting dibandingkan dengan dirimu, Rendra, asalkan kamu bersedia sebenarnya aku....."

"Tok tok tok!" Suara ketukan pintu yang tiba-tiba terdengar sudah memotong perkataan Ariel, hal itu juga menarik perhatian semua orang yang ada di situ.

Semua orang tertegun, termasuk Rendra.

Dia melihat Manda muncul di depan pintu sambil membawa sebuah panci besar yang terbuat dari tanah liat, Manda membelalakkan kedua matanya, mulutnya juga terbuka, saat dia melihat orang-orang yang ada di dalam, dia juga membeku di tempat.

"Eeee....sepertinya aku sudah salah kamar, maaf sudah mengganggu." dia ingin segera pergi, benar-benar memalukan sekali.

"Manda." saat melihat dia baru saja datang namun sudah mau pergi lagi, Rendra segera memanggilnya, dia juga mendorong kursi rodanya ke arah pintu depan.

Duh, jangan memanggilku, jangan menghentikanku, biarkan aku pergi.

Rendra mendorong kursi rodanya mengejar Manda, "Kenapa kamu lari, sudah membawa panci sebesar itu kenapa masih lari-larian?"

Manda merasa sangat malu, sejujurnya panci ini berat dan juga panas, dia bahkan salut sama dirinya sendiri karena bisa langsung mengangkatnya dari atas kompor dan membawanya kemari.

"Apa yang ada di dalam panci?"

Rendra mengejarnya, Manda malah merasa malu untuk memperlihatkannya kepada Rendra, "Bukan....bukan apa-apa."

"Bukankah itu mau kamu berikan untukku?" dia berhenti di hadapan Manda lalu meluruskan punggungnya untuk melihat panci itu, dia mengulurkan tangan untuk mengambilnya.

Manda menggeser tangannya ke samping, lalu dia mundur 2 langkah ke belakang, "Aku tiba-tiba tidak ingin memberikannya lagi kepadamu, aku membuatnya untuk Laras, aku....aku salah masuk kamar, aku...." wajahnya memerah, apalagi saat dia melihat Ariel dan Sandra ikut keluar.

Sandra berlari beberapa langkah untuk menghentikan Manda, dia bertanya : "Manda, kamu membawa barang apa sampai sebesar itu?"

"Bukan apa-apa, aku salah masuk kamar, aku membawakannya untuk adikku."

"Hei, jangan pergi......" Sandra menghentikannya dan berkata, "Mana mungkin nyonya Pradipta membutuhkan sesuatu untuk kamu bawakan? Pembantu di rumahnya sangat banyak, apapun yang dia inginkan pasti ada bukan?"

Sandra melihat kakak sepupunya yang ada di depan pintu kamar pasien, lalu dia teringat pada malam itu, saat kakaknya mabuk dan menangis lalu berkata kepadanya kalau dia tidak mampu melupakan Rendra, karena itulah dia ingin membantu kakaknya.

Di matanya, kak Rendra-nya dan kak Ariel-nya lah yang merupakan pasangan yang paling serasi, mereka adalah pasangan yang diciptakan untuk bersama.

Begitu memikirkan hal itu, Sandra langsung mengulurkan tangannya untuk membuka tutup pancinya.

"Hei, apa yang kamu lakukan?!" Manda tidak berani terlalu memberontak, dia takut pancinya jatuh, kuah yang ada di dalamnya sangat panas.

Gerakan Sandra sangat cepat, dia langsung membuka tutupnya.

Uapnya keluar, wanginya menyebar ke seluruh ruangan, dia berteriak dengan nada mengejek : "Wow, ternyata sup kaki kambing, hahahaha, kamu kira kaki kak Rendraku adalah kaki kambing? Wanita yang baru melahirkan dan menyusui baru minum sup kaki kambing, kamu malah membawa panci sebesar ini kemari, kamu bodoh sekali, tahu tidak? Hahahaha."

"........." Manda merasa sangat malu dan juga marah, saat itu dia tiba-tiba merasa ingin membuatkan sesuatu untuk Rendra, jadi dia tidak berpikir sejauh itu dan datang membawa panci ini kemari, dia mana menyangka kalau akan bertemu 2 orang ini.

Sekarang dia merasa kalau dia bertindak terlalu sembrono, ditambah dengan perkataan Sandra yang semakin membuatnya merasa malu.

Namun dia tidak akan membiarkan dirinya dipermalukan seperti ini.

"Letakkan kembali, dia memelototi Sandra dengan marah, "Jika kamu masih tidak meletakkannya, percaya atau tidak kalau aku akan menaruh panci ini di kepalamu?!"

Sandra memutar bola matanya lalu langsung melemparkan kembali tutup pancinya sambil cemberut.

"Klontang", Manda hampir saja tidak bisa menangkapnya.

Panci yang penuh berisi sup itu akhirnya tumpah sedikit karena pancinya bergoyang.

Kedua tangan Manda sedang memegang panci, meskipun di bagian luar pancinya dilapisi dengan tas kain penahan panas, namun dia dapat merasakan dengan sangat jelas kalau tas kainnya sudah basah, walaupun sup yang berminyak itu tidak sampai membakar tangannya, namun tetap saja sangat panas.

"Sandra, apa yang sedang kamu lakukan?" Rendra bertanya dengan suara yang keras, kemudian dia menatap Manda dengan khawatir, "Kamu tidak apa-apa bukan?"

Manda menggeleng.

"Kak Rendra, kenapa kamu memarahiku? Hari ini kamu keluar dari rumah sakit, dia malah datang kemari dengan membawa satu panci besar berisi sup kaki kambing, apakah dia datang untuk melawak?"

Namun tanpa diduga Manda dan Rendra dengan serempak berkata : "Apa urusannya denganmu?!"

Nada bicara dan juga ekspresi mereka yang terlihat marah saat mengatakan hal itu bisa dibilang hampir sama.

Sandra : "........"

Ariel yang berdiri diam di belakang : "......."

Setelah berkata seperti itu, mereka berdua langsung saling bertatapan lalu tersenyum satu sama lain.

Ariel tidak tahan untuk terus melihatnya, dia menoleh untuk berpamitan dengan Alexa yang ada di dalam kamar pasien, setelah itu dia langsung pergi dari sana.

"Kak Ariel, kamu mau pergi begitu saja? Hei hei......kamu.....aku....bibi, kami pergi dulu ya, kak Ariel tunggu aku....." Sandra bergegas mengejarnya.

Biar bagaimanapun Ariel adalah artis internasional yang sudah terbiasa dengan dunia akting, sesakit dan sebenci apapun hatinya, dia tetap bisa berpura-pura murah hati dan juga bersikap tenang.

Dia berjalan di depan dengan mengenakan sepatu hak tinggi dan juga kaca mata hitam untuk menutupi wajahnya, dia berjalan dengan ringan, stabil dan juga mengagumkan.

Di dalam lift Sandra bertanya dengan terengah-engah : "Kak, apakah orang yang sekarang disukai oleh kak Rendra adalah Manda, si gadis busuk itu? Mereka berdua tidak mungkin sudah berpacaran kan?"

Ariel terdiam, mata yang berada di balik kaca mata hitamnya itu memancarkan tatapan iri yang menusuk.

Alih-alih menjawab Sandra, dia malah mengambil ponselnya untuk menelepon asistennya, "Sudah menemukan orangnya belum?"

Dari sebelah sana terdengar suara asisten yang sedang berbisik, "Aku baru saja ingin meneleponmu, coba tebak dimana aku menemukan mereka, di pintu depan bagian obstetri dan ginekologi, mereka sudah mau pergi, kamu cepat kemari."

Saat mendengar hal itu Ariel segera memencet tombol lift satu lantai di bawah mereka dengan keras, dia berpikir di dalam hatinya, Manda, kamu ingin merebut priaku bukan, aku akan membuat seluruh keluargamu tidak dapat hidup dengan tenang.

"Kak Ariel? Ada apa?"

"Jangan banyak bertanya, nanti kamu jangan mengatakan apapun, jika tidak kita pisah saja, kamu tidak usah mengikutiku."

"Tidak tidak, aku tidak akan mengatakan apapun."

Asisten Ariel datang bersama dengannya, namun dia tidak naik naik ke atas, dia hanya menunggu di lantai bawah gedung rumah sakit.

Saat di dalam lift dia secara kebetulan melihat Luna Maya menggandeng seorang pria sambil menunggu di depan lift, mereka sedang berada di lantai 3.

Pria ini kira-kira berumur 50an, dia memakai arloji seharga 1 miliar dan berpakaian sangat bagus.

Ariel segera teringat dengan direktur Grup Atmaja, jika dibandingkan seperti ini, alis Manda dan pria ini sangat mirip sekali.

Jadi dia segera menghubungi asistennya untuk pergi ke lantai 3 mencari mereka.

Lantai 3 adalah bagian obstetri dan ginekologi, untuk apa lagi seorang pria menemani seorang wanita pergi ke bagian itu jika bukan untuk mengecek kehamilan?

Semakin dipikirkan, Ariel semakin merasa kalau hal ini sangat menarik.

Novel Terkait

Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu