Cinta Pada Istri Urakan - Bab 811 Pertemuan Kembali

Nana Bobi bermain sampai berkeringat di teman bermain, Laras meminta berkali-kali, dua anak beruang ini baru mau keluar.

Laras sembari membantu mereka mengelap keringat, sembari memarahi: "Apa harus sampai bermain segila ini? Kalian lihat handuk, semuanya sudah basah, begini bisa flu tau tidak?"

Bobi sudah merasakan kesalahan, kemampuan peka sangat bagus, menundukkan kepalanya, dengan rendah berkata: "Mama, lain kali kami tidak akan lagi."

Nana memajukan bibir kecilnya, sepertinya tidak rela kalah, "Mereka yang bilang bentuk grup merebut daerah, apakah kami harus menjadi lemah?"

Laras: "Kamu masih ada alasan, kenapa tidak pergi tawuran saja?"

Nana mengerucutkan bibirnya, "Aku bukan pergi tawuran, pertemanan nomor satu, lomba nomor dua."

Laras: "Perkataanmu banyak sekali, sudahlah, kita bersama nenek, cari tempat untuk makan, kalian mau makan apa?"

Nana Bobi melihat satu sama lain, dengan sangat kontak batin mengatakan: "Ayam goreng."

Makanan seperti ayam goreng, mereka tidak bisa makan dirumah, kakek dan nenek mengontrol mereka terlalu ketat, papa juga tidak mengizinkan mereka makan, hanya mama, memenuhi nafsu makan mereka tanpa rasa takut.

Nana menarik tangan mama, dengan mentel menggoyangnya, berkata: "Mama, hari ini kamu cantik sekali, lebih cantik dari bibi ketiga, pantas saja papa terus melihat mama, matapun tidak berkedip."

Laras: "Kamu dengar darimana perkataan menjilat ini?"

Nana dengan masuk akal mengatakan: "Dari papa, setiap kali papa memujimu cantik, mama sangat lemah lembut."

Laras: "......."

Eli yang di sebelah, sudah tertawa sampai tidak bisa menutup mulutnya, Nana kecil ini benar-benar sangat pintar berbicara, lucu juga pintar.

Kalau Nana hanya bisa menjual imut, maka Bobi sangat mempunyai teknis, dia dengan serius berkata: "Mama, kami tau ayam goreng adalah makanan tidak sehat, anak kecil tidak boleh makan, tapi, pada saat papa mengejarmu, demi menyenangkan kami membelikan ayam goreng untuk kami makan, sekarang dia sudah mendapatkan mama, kenapa tidak mengizinkan kami makan?"

"Ini......" Laras bisa-bisanya tidak bisa membantah, ini harusnya bertanya pada Gavin.

Bobi berkata lagi: "Terakhir kami makan ayam goreng adalah 2 tahun yang lalu, 2 tahun makan sekali, tidak kelewatan kan? Nenek, bagaimana menurut nenek?"

Suasana perasaan Eli sepenuhnya tersentuh oleh anak-anak, dengan tersenyum mengangguk, "Benar, sesekali makan juga tidak apa-apa, yang paling penting mereka senang."

Laras bernegosiasi, "Baiklah, kalau begitu setelah pulang kerumah harus dirahasiakan, kalau tidak, mama kalian yang cantik dan lembut akan dimarahi."

Nana Bobi dengan serentak hormat dan meneriakkan, "Siap, laksanakan!"

Akhirnya, harapan makan ayam goreng kedua anak ini akhirnya terpenuhi, senang sekali, biasanya mereka yang paling suka bersih, makan yang tidak sehat juga tidak peduli.

Eli terus tersenyum, melihat mereka tersenyum, tatapannya sangat lembut, dengan bahagia menikmati kebahagiaan surga.

Saat ini, dia merasa, asalkan Laras dan anak-anak bisa aman dan sehat, meskipun dengan mengurangi umurnya dia juga bersedia.

Jumlah orang di pusat perbelanjaan ini sangat banyak, waktu seperti ini, adalah waktu sibuk, restoran penuh orang, koridor di luar restoran juga sangat banyak orang mengantri.

Sedang makan, handphone Laras yang terletak di atas meja berbunyi, dia melihat nama di layar, reaksi pertama adalah ingin melihat reaksi mama.

Tanpa curiga, Eli juga sudah melihat nama di layar, hanya saja dia pura-pura tidak melihat, pura-pura dengan tenang membersihkan minyak di sudut bibir Nana Bobi.

Laras sangat cepat mengangkat, "Pa, kami sedang makan diluar, papa menelefon di waktu seperti ini, ada apa?"

Romo yang di ujung telepon sepertinya belum memikirkan bagaimana untuk mengatakannya, suaranya sedikit berat, "Kalian......sedang makan dimana?......"

Suara sekeliling terlalu ribut, Laras tidak merasakan keanehan suara Romo, dia berkata: ‘Kami sedang makan ayam goreng, shh......Harus dirahasiakan, jarang-jarang bisa membawa anak-anak keluar makan, Gavin tidak tau."

"Baik," Akhirnya Romo tidak bisa menahan bertanya, "Laras, orang yang duduk disebelahmu, siapa?"

Laras dalam sekejap terdiam, tanpa sadar memutarkan kepalanya melihat keluar.

Dinding restoran adalah kaca yang transparan, bisa melihat semua yang ada di koridor, termasuk Romo yang berdiri terdiam disana.

Laras sedikit senang, mengeratkan handphonenya, matanya melihat Romo, berkata: "Apa kamu tidak mengenalnya?"

Romo dengan sedih mengangguk, "Kenal."

Saat ini, Eli juga memutarkan kepalanya, mengikuti arah pandang Laras melihat kesana, tampak orang itu di kerumunan orang yang berjalanan kesana kemari, seorang pria yang familiar tapi asing berdiri disana.

Detik itu, sangat banyak kenangan muncul di hatinya, beragam rasa, mengisi kekosongan ingatannya itu yang sengaja dia lupakan.

Dua puluh tahun seperti sangat cepat, hanya saja, pengkhianatan dan derita yang pernah ada itu pelan-pelan dilupakan seiring panjangnya waktu.

Romo tidak sengaja melewati sini, dengan beberapa manager divisi sedang mengobservasi disini, mal ini adalah milik real estate Podomoro.

Romo menurunkan handphonenya, membalikkan kepalanya ke arah karyawannya melambai, "Hari ini sampai sini saja, kalian sudah boleh pulang."

Setelahnya, dia masuk ke dalam restoran ayam goreng.

Eli sangat gugup, dia merasa jantungnya sudah malu melompat keluar.

Tahun itu mereka bercerai, mereka ribut sangat hebat, dia hampir masuk ke dalam nyawanya sendiri, dia tidak pernah berpikir mereka masih bisa bertemu.

Romo menegakkan badannya, dengan tenang berjalan kemari.

"Kakek, kakek, kebetulan sekali, kakek juga datang makan ayam goreng ya?"

Romo tersenyum, langsung duduk di sebelah Nana, menggesekkan hidung kecilnya, dengan memanjakan berkata: "Dasar kucing kecil, bibirmu berminyak semua."

Anak-anak yang tidak tau apa-apa sangat senang, Laras sedikit canggung, sedangkan kedua orang terkait, tampaknya sangat tenang, hatinya malah seperti ombak laut.

20 tahun tidak berjumpa, selain sudut mata Eli bertambah garis kerutan, yang lainnya sedikitpun tidak berubah.

Perawatan Romo awalnya bagus, dia yang sudah berumur 40 tahun lebih tampaknya semuda yang berumur 30 tahun lebih, hanya saja setelah melewati sakit dan perubahan pernikahan, dia juga mempunyai pertengkaran dan penuaan di umurnya, sekarang rambutnya sudah memutih.

Romo melihat Eli sangat lama, kalau bukan Laras berdehem menyadarkannya, dia masih akan terus melihatnya.

Setelah sangat lama, akhirnya dia berkata: "Lama tidak berjumpa."

Eli tersenyum tipik mengangguk, "Lama tidak berjumpa."

Romo: "Beberapa tahun ini apa kamu baik-baik saja?"

Eli masih tersenyum tipis dan mengangguk, selain itu, dia tidak tau harus bagaimana menjawabnya.

Romo menunjukkan senyuman lega, "Baguslah begitu, bagaimana kesehatanmu?"

"Bagus juga." Mata Eli tidak berhenti berkedip, sampai sekarang masih tidak berani melihatnya.

Romo tersenyum pahit, berkata: "Tahun itu aku bersalah kepada kalian berdua, sekarang aku juga sudah mendapatkan dosaku."

Eli dengan curiga melirik Laras, dengan tatapannya bertanya------Papa kamu kenapa?

Laras menjelaskan untuk dua orang ini: "Pa, mamaku masih tidak tau permasalahan keluarga Bakrie, dia baru tahun ini kembali ke dalam negri."

Novel Terkait

This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu