Cinta Pada Istri Urakan - Bab 1041 Kamu Harus Kuat

Semakin dipikirkan Laras merasa semakin sulit untuk menerimanya, dia berbaring, menarik selimut menutupi dirinya, menangis tersedu-sedu di dalam selimut.

Beberapa tahun ini, dia jarang menangis, seberapa sulit seberapa capek seberapa menderitapun, ia biasanya menghadapi dengan tersenyum, akan tetapi dalam menghadapi kenyataan lima orang meninggal lima orang mengalami luka parah ini, dia benar-benar sulit untuk menerimanya.

Gavin mengerti apa yang dipikirkannya, ia merasa lebih tenang apabila Laras dapat mengungkapkannya dengan menangis keluar itu malah lebih baik.

Ia menepuk-nepuk punggung Laras yang sedang berada dibalik selimut, dengan suara kecil menenangkannya, “Kita akan mempertanggungjawabkan apa yang menjadi tanggung jawab kita, yang bukan menjadi tanggung jawab kita juga tidak perlu disimpan dalam hati, semuanya diserahkan kepada hukum saja, hukum akan memberikan semua orang sebuah keadilan.”

Laras yang berada di balik selimut tidak mengatakan apa-apa, ia hanya terus menangis.

Ini juga pertama kalinya bagi Gavin melihatnya menangis begitu keras begitu mendalam.

Akan tetapi bagus juga menangis keluar daripada tersimpan di dalam hati.

Karena dia merasa begitu lebih baik, oleh karena itu dia tidak lagi membujuknya, hanya dengan tenang duduk di samping ranjang menemani Laras.

Disaat bersamaan, terdengar suara tangisan di dalam rumah duka, Hendrico Sinos dan Marsel Tatum serta beberapa orang kerabat dekat, baru saja berjalan keluar dari dalam ruang jenazah.

Marsel telah jatuh pingsan, teman dan kerabat yang memampahnya keluar, Hendrico yang selalu lebih tenang, sekarang kelihatannya juga butuh orang untuk memapahnya agar tidak terjatuh.

Bagaimana bisa mengenalinya lagi, itu adalah mayat yang hangus terbakar.

Jelas-jelas kemarin pagi anak perempuannya masih terlihat begitu ceria untuk pergi bekerja, saat sore telah meninggal dunia, dan meninggal dengan begitu mengenaskan, siapa yang sanggup menerima pukulan seperti ini?!

Dengan pertolongan tenaga medis, Marsel perlahan-lahan sudah siuman, setelah siuman ia menangis tersedu-sedu, setelah melihat abang kandung dan kakak iparnya yang sedang berdiri di sudut, dia melepaskan tangan orang-orang yang sedang memeganginya, seperti orang gila menerkam ke arah kakak iparnya Masida dan mencekiknya, dengan marah berkata: “Ini semua gara-gara anak perempuanmu, anak perempuanmulah yang telah mencelakai anak perempuanku, aku mau kamu mengganti nyawanya, aku mau kalian sekeluarga mengganti nyawanya.”

Masida yang tercekik tidak dapat mengeluarkan suara, dengan sekuat tenaga Boy Tatum menarik tangan Marsel, dan berkata “Kalau ada apa-apa bicarakan baik-baik, tidak perlu main tangan.”

Marsel tidak melepaskan tangannya, memutar kepala menatap abang kandungnya Boy dengan tatapan kejam, dan berkata “Bang, bagaimanapun Sandra juga adalah keponakanmu, saat tahun baru ia bahkan memikirkanmu paman kandungnya ini, sejak kecil ia sudah mengikuti kakaknya itu Ariel, tetapi bagaimana dengan Ariel kalian? Mengapa hatinya bisa begitu kejam?”

(Boy Tatum = Ayah Ariel, Masida = Ibu Ariel)

Tangan Marsel berhasil dilepaskan oleh Boy, yang lainnya dengan segera menarik Marsel yang kondisinya sedang tidak stabil itu.

Masida menjelaskan dengan berkata : “Marsel kamu jangan berkata sembarangan, kami tahu kamu sekarang sangat menderita, akan tetapi hingga saat ini kami juga belum bisa menghubungi Ariel, kami juga sedang cemas.”

Marsel sama sekali tidak dapat menerimanya, ia hanya terus berteriak dan marah-marah, “Aku juga menganggap Ariel seperti anak kandung sendiri, bagaimana dia bisa begitu kejam dan sadis? Dia sanggup mencelakai adik sendiri, kedepannya adalah giliran kalian berdua! Dasar binatang, aku yang sudah buta membiarkan Sandra bersama iblis seperti itu, aku yang salah….”

Setelah Masida mendengar perkataannya, ia ingin membela anaknya dan berkata, “Ariel menghilang, hidup atau mati juga tidak tahu, kami juga sangat mencemaskannya, akan tetapi setelah mendengar kabar buruk tentang Sandra kami juga langsung menuju kemari, apakah kami tidak menganggap Sandra seperti anak kandung sendiri? …. Marsel, kamu berbicara juga coba lihat hati nuranimu, apakah pernah saat Sandra mengalami kesulitan Ariel kami tidak membantunya? Setiap kali karena masalah Sandra, Ariel harus mengeluarkan uang dan tenaga, kamu mana boleh saat ada masalah langsung menyalahkan Ariel. ”

Marsel menangis gila, dengan benci menunjuk ke arah abang dan kakak iparnya, sambil menangis berteriak keras, “Apanya yang demi Sandra, cuihh. Sandraku dungu, ia dijadikan tempat pelampiasan oleh Ariel, saat ia senang ia memberikannya sedikit barang, saat tidak senang melampiaskannya kepada Sandra, anakku mengalami berapa banyak penderitaan ditempat anakmu, kamu tidak tahu, aku tahu! …. Sekarang dia mencelakai Sandra sampai seperti ini, menyembunyikan dirinya entah dimana, aku kasih tahu kamu, bahkan apabila dia bersembunyi di ujung dunia, aku tetap akan mencarinya untuk membuat perhitungan.”

Setelah Masida mendengarnya, merasa sangat marah, saat masih ingin membantu Ariel untuk berbicara, lalu suaminya menghalanginya, “Tidak usah ribut lagi, tidak melihat ini ada dimana?”

“Kamu sebenarnya ayah kandung siapa? Adik perempuanmu memfitnah anak kita, kamu juga tidak peduli?”

“Sudah sudah.”

“Apanya yang sudah, dia berkata sembarangan, anak sendiri sudah meninggal juga tidak boleh sembarangan memfitnah anak kita!”

Marsel semakin marah, “Fitnah? Kamu masih tidak punya malu mengatakan ini fitnah? Kamu bilang tidak dapat menghubungi Ariel, apakah dia benar-benar hilang? Mana tahu sedang bersembunyi dimana, aku kasih tahu kamu, kalau berani jangan sampai anak perempuanmu keluar, jika tidak aku pasti akan memukulnya hingga mati.”

“Kamu, apakah kamu sudah gila?!” Masida juga menjadi semakin marah, akan tetapi setelah terpikir kematian Sandra mengenaskan, dia akhirnya menahannya. “Karena memandang Sandra maka aku tidak ribut lagi, akan tetapi kamu juga jangan kelewatan, Ariel kami…. Aku juga tidak tahu keberadaannya sekarang, tidak tahu apakah dia baik-baik saja…..”

Sambil berkata Masida juga menangis keras.

Boy menarik istrinya, saudara-saudara menarik Marsel, kondisi disana begitu kacau.

Terakhir, karena sedih dan tenaga yang sudah habis, Marsel pingsan kembali, ia terpaksa di angkat ke dalam ruang istirahat.

Setelah Hendrico melihat jenazah anaknya, suasana hatinya juga menjadi tidak stabil, setiap napasnya terasa begitu menyakitkan, itu adalah anak kandungnya satu-satunya, bagaimana tidak sakit hati? Bagaimana menyuruhnya untuk melepas?

Tidak lama sebelum itu, Ariel menempuh salju lebat membawa barang ke rumah mereka, melihat tekadnya, meminta mereka untuk membujuk Sandra agar kembali membantunya, dia bahkan berjanji untuk membantu perusahaan Keluarga Sinos untuk bangkit kembali.

Hendrico merasa menyesal, sangat menyesal, menyesal karena saat itu hatinya lunak dan menyetujui Ariel, jelas-jelas Sandra sudah terlepas dari Ariel, karena mereka berdua yang membujuk anaknya untuk mengikuti kakak sepupunya, juga mendorong anaknya masuk ke dalam bahaya.

Hendrico berjongkok di sudut ruangan, menangis sambil memegangi kepalanya.

Allen Pradipta terus menemaninya, saat ini, dia juga cuma bisa menenangkannya dengan berkata, “ Pak Sinos, kamu harus kuat.”

Di kantor polisi, setelah melewati proses pemeriksaan awal, pihak kepolisian segera menargetkan Ariel, saat pagi, langsung menangkapnya di apartemennya.

Diluar dugaan, Ariel sama sekali tidak melawan, malah setelah mendengar berita Sandra mati mengenaskan, ia menangis sedih.

Saat itu Ariel masih memakai baju tidur, tidak mencuci muka juga tidak berdandan, saat pihak kepolisian mengatakan agar ia mengikuti mereka kembali ke kantor polisi untuk melakukan pemeriksaan, dia bekerja sama dengan baik, “Baik baik, tidak masalah, apabila aku diperlukan, maka aku akan membantu, tetapi… tetapi….apakah aku boleh mencuci muka dan mengganti baju terlebih dahulu?....... Hanya perlu sepuluh menit, sepuluh menit saja.”

Walaupun Ariel sudah mendekati umur empat puluh tahun, akan tetapi uang yang dihabiskannya untuk wajahnya tidaklah sedikit, setiap bulan menghabiskan ratusan juta, kondisinya tidak buruk, walaupun tanpa riasan, juga terlihat cantik.

“Kalau begitu lima menit, aku pergi mengganti baju, bagaimana?”

Dia terus menerus memohon, lagipula permintaannya juga tidak keterlaluan, polisi menyetujuinya, “Cepat, cepat.”

“Terima kasih, aku segera bersiap.”

Novel Terkait

Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu