Cinta Pada Istri Urakan - Bab 462 Mimpi Yang Asli Atau Palsu

Bona Planning akhir-akhir ini menyelesaikan beberapa proyek besar, lalu memperkerjakan puluhan orang baru, perusahaan berkembang lebih baik, demi menghargai kerja keras semua orang, juga demi lebih cepat berbaur dengan tim, oleh karena itu, Fanny memutuskan setiap bulannya mengadakan sekali makan bersama, anggap untuk kesejahteraan karyawan.

"Tuan muda Laras, hari ini makan bersama pertama kali karyawan, kamu harus ikut."

"Kamu pergi saja, aku tidak ikut, beberapa karyawan magang yang baru dikerjakan, dan juga Deki dan Sinsin beberapa pria tampan perencana utama itu, semuanya masih sendiri, kamu harus mempertahankannya baik-baik."

"Lupakan saja karyawan magang itu, semuanya lebih kecil dariku, mengenai Deki dan Sinsin , awalnya aku sedikit tertarik pada mereka, tapi bersama begitu lama sudah menjadi teman, tidak punya perasaan lagi. Tuan muda Laras, kamu adalah bos kami, kamu adalah pusat jiwa kami, acara begitu penting, anda mana boleh izin?"

"Aku harus pulang kerumah menemani anak-anak."

"Ckckck, setiap hari menemani anak-anak, kamu baru 26 tahun sudah mau menjauhkan diri dari dunia ya? Apa tidak memberikan diri sendiri liburan?”

"Tapi......"

"Jangan tapi lagi, Mansion Atmaja bukannya tidak ada orang, apakah kamu mau di umur segini menjadikan diri sendiri menjadi baby sister?"

"......"

"Ayolah, kali ini saja, sesekali saja."

Laras sungguh tidak bisa melawan dari Fanny, hanya bisa menyetujuinya.

Sejak dia hamil, dia sudah kehilangan acara hiburan, keluar negri merawat janin sampai melahirkan, kedua anaknya sudah mengambil seluruh hidupnya, sampai hari ini sudah 4 tahun lebih.

Sekarang datang mendirikan perusahaan, dia tidak pernah mengikuti makan bersama dan minum bersama pelanggan, tapi ini adalah acara makan bersama karyawan, pergi sekali saja.

Malam harnya, mereka pergi makan lalu pergi karaoke, jarang-jarang bisa bersantai, mereka makan dan minum sepuasnya, banyak yang mabuk.

Setelah bubar, semua orang masing-masing pulang, Laras juga memanggil taxi pulang kerumah.

Mobil melaju dengan stabil, melihat pemandangan jalanan yang cerah di luar jendela, Laras sedikit pusing, tanpa sadar dia juga minum tidak sedikit, sekarang ini zat alkohol sudah naik ke kepalanya, sedikit sulit membuka matanya.

Supir masih melaju kedepan, sesekali mengangkat pandangannya melirik kebelakang dari kaca.

Kepala Laras sedikit berat, udara di mobil sedikit pengap, lama kelamaan, perutnya menjadi tidak enak.

Dia menahan dadanya sedikit ingin muntah, memaksa membuka matanya, melihat sudah sampai mana, apakah sudah mau sampai rumah.

Tapi, saat dia tersadar, waktu melihat keluar, dia sadar kalau pemandangan jalan yang sibuk berubah menjadi kegelapan, ini adalah jalanan yang sama sekali tidak dia kenal.

"Supir, salah jalan."

Begitu supir mendengar, dia menyetir mobilnya lebih cepat.

Laras tiba-tiba terbangun, pantatnya hampir melambung, dia berteriak: "Berhenti, kuperintahkan berhenti, berhenti."

Tapi, semakin dia berteriak, supirnya melajukan mobil semakin cepat, tetap menyetir ke jalanan kecil yang gelap.

Melihat situasi tidak baik, dia berusahan menarik pintu, tapi, pintu mobil dikunci, dia tidak bisa membukanya.

"Abang, kamu begini melanggar hukum, jalanan ini dimana-mana ada cctv, kalau kamu melakukan hal yang melukaiku, pasti tidak akan bisa kabur."

"Abang, kamu lepaskan aku sekarang, aku tidak akan mengeksposmu, kalau kamu berani melukaiku, maka kamu berjalan di jalan yang tidak bisa kembali."

"Abang, dirumahmu apa ada orang tua dan anak? Aku ada dua orang anak yang berumur 3 tahun lebih, aku tidak boleh kenapa-kenapa, tolong lepaskan aku."

Laras sudah berkata panjang lebar, supir tetap tidak berhenti.

Diluar sangat gelap, dia tidak tau dia sekarang ada dimana, mobilnya tiba-tiba mengerem kuat, dia dengan waspada membuka pintu.

Siapa tau, supir lebih cepat darinya turun dari kursi supir, mencekiknya memaksanya kembali ke kursi belakang.

Terdengar suara hantaman, pintu mobil tertutup kuat, Laras dengan kuat menahan zat alkoholnya, dia semakin tidak berdaya, kesadarannya semakin mengabur.

Disaat dia mengira kalau dia akan mati, ditengah keolengannya, dia mendengar suara jendela mobil dipecahkan, lalu pintu mobil terbuka, supir jahat yang menjijikkan juga ditarik keluar.

Laras berbaring di kursi belakang meraup nafas sebanyak-banyaknya, keinginan untuk hidup yang kuat membuatnya memaksa dirinya untuk tidak menutup matanya.

Di tengah rasa linglung, dia samar-samar mendengar orang meneriaknya, "Ras, Ras, kamu bangun, Laras kamu tidak apa-apa kan?"

Laras, Ras......Ras?

Hanya Gavin yang akan memanggilnya seperti itu, pada saat marah dan panik akan dengan kuat memanggil "Ras", pada saat senang nadanya meninggi memanggil "Laras", dan juga pada saat berhubungan juga dengan lembut memanggilnya "Laras".

Laras mengerahkan sekuat tenaganya, berusahan membuka matanya, dia hanya melihat sebuah bayangan hitam.

Laras merasa dirinya sedang bermimpi, dalam mimpi ada polisi yang menangkap supir, dalam mimpi digendong oleh seorang pria yang sangat mirip dengan Gavin, memeluknya sangat sangat erat, perasaan yang nyaman itu membuatnya sangat cepat tertidur.

Tidak tau sudah lewat berapa lama, dia tiba-tiba terbangun oleh suara kuat yang mengagetkan, dia dengan cepat membuka matanya, dia melihat dirinya dipeluk masuk ke sebuah kamar.

"Siapa?" Dia berteriak kaget, ingatan di otaknya masih berhenti dimana dia dipaksa diperkosa di mobil, "Brengsek, lepaskan aku!......Aku peringatkan kamu, aku bisa karate!"

Pria itu tertawa, dan juga mengeluarkan suara tawanya.

Mata Laras satu terbuka satu tertutup, efek alkohol masih belum pergi, dia masih dalam keadaan mabuk.

Dia merasa dirinya diletakkan diatas tempat tidur, dengan kemampuan untuk menolong dirinya, tiba-tiba membangunkan setengah tubuh bagian atasnya, kedua tangannya menarik tepat kerah baju pria itu.

Pria itu ditarik mendekat, kedua wajah mereka hampir bertabrakan, keempat mata itu bertemu.

Mata bulat Laras melototi pria itu, didalam pupil hitam itu dia seperti menggosok seluruh bintang, hanya saja saat ini, bintang itu tertutup awan.

"Gavin!"

Pria itu menahan nafasnya, tidak bergerak, waktu seperti berhenti.

"Gavin, ini kamu? Apa aku sedang bermimpi? Kamu......Akhirnya kamu datang ke mimpiku......" Laras menyipitkan matanya, air matanya mengalir deras.

Dia menarik kerah pria itu tidak melepaskannya, sambil menangis dan berkata: "Dasar kamu manusia tidak berhati nurani, aku membencimu, aku paling membencimu, kuberitahu padamu, aku sudah melupakanmu, aku mau memulai hidup baru, siapa suruh kamu mati begitu cepat......"

"Tidak berhati nurani, sudah mati malah ingin bercerai denganku, kamu begitu kejam, aku tidak akan menangis demimu, aku akan hidup dengan baik, membuktikan kepada semua orang, aku Laras Atmaja, tanpamu pun tetap akan hidup dengan baik......"

Pria itu memeluk Laras agar tidak terjatuh, melihatnya yang menangis juga sambil memarahi, dia merasa Laras masih belum sadar.

Laras menangis sampai tidak bersuara, dia tertidur lagi, bulu matanya semuanya basah.

Di tepi ranjang, hanya terdengar suara helaan nafas pria itu.

------

Keesokan harinya, Laras akhirnya bangun. tertidur dalam mabuk membuat kepalanya seperti akan pecah.

"Ah!" Dia berteriak kaget, dengan cepat terduduk dari tempat tidur.

Dia melihat kiri kanan, jelas sekali ini adalah kamar hotel, tapi bagaimana caranya, dia malah tidak tau apa-apa.

Matanya melotot dengan perasaan takut, dengan cepat menyibakkan selimut, untungnya, baju dan celananya masih ada.

Novel Terkait

Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu