Cinta Pada Istri Urakan - Bab 69 Siapa Yang Tidak Ada Pasangan (1)

Pulang ke kediaman Gavin sudah pukul 2 dini hari, juga setelah kembali, Gavin baru menemukan bahwa sandal bermaterial katun Laras basah, kaki wanita itu terus tertutup di dalam sandal yang dingin basah.

Sekali jantungnya pria itu tertarik, lebih sakit lagi, “Kamu sudah pakai sandal, kenapa masih basah lagi?”

“Aku tidak sengaja menendang terbalik ember air, airnya lah hitam-hitam sangat kotor, yah jadi seperti ini.” Laras memandang sejenak baju tidur dan celana tidur yang ada di dalam keranjang baju, hanya bisa bersedih karena terkena musibah.

“Kamu kenapa tidak pakai baju banyak sedikit baru pergi keluar ?”

Menyebut sampai ke tingkat ini, Laras merapatkan mulut, agak sedikit bersedih, “Sekali kedengaran ayahmu terjatuh tidak sadarkan diri, aku ya jadi gelisah, kamu juga tidak bisa dihubungi, kalau memang terjadi apa-apa, kalau begitu aku sebagai menantu mau mengambil keputusan? Walaupun tidak akan sampai giliranku mengambil keputusan, aku juga berpikir saat-saat seperti ini juga harus menemami ibumu, benar tidak?”

Gavin memijat kaki kecilnya, mengangkat kepala melihat wanita itu, berkata: “Iya, yang kamu pikir tidak salah.”

Meski tidak mau berpikir ke arah yang negatif, tapi pengalamannya bertahun-tahun menangani kasus, membuatnya berpikir dilihat dari sisi manapun ini akan menimbulkan masalah

Dengan air yang agak panas merendam sepasang kakinya, baru Laras perlahan-lahan merasa hangat lagi, ditambah tangan Gavin yang digunakan untuk memegang pistol dengan lembut dan ringan kini giliran memijat sepasang kakinya, wanita itu secara keseluruhan menjadi hangat.

Tapi dia masih saja sedikit cemburu, sekali teringat akan Jenny yang seakan mengalahkan posisinya sebagai tuan rumah, dan pria itu masih berpakaian seperti berpasangan dengan Jenny, dia pun tidak senang.

“Kamu gimana, benarkah kamu pergi bersama Jenny?”

“Benar.”

Gavin tidak mengelak, ini membuat Laras langsung dengan sekuat tenaga mengangkat bibir kecilnya, rasa cemburu pun menyelimutinya .

“Jangan buru-buru cemburu, dengarkan aku dulu.”

“Hei, air cuci kakimu kena ke mukaku!”

“Masih jijik dengan air cuci kaki sendiri?”

“Air cuci kaki sendiri itu tetap air cuci kaki, memangnya tinja yang kamu keluarkan sendiri tidak bau? Kamu sendiri yang memilih untuk tidak sensitif terhadap baunya, kamu juga tidak boleh memaksaku untuk menyetujuimu.”

Bibir Gavin tertarik, dengan sangat sadar diri membelokkan topik pembicaraan, menghilangkan dulu rasa cemburu wanita itu baru membahas tentang yang lain, “Aku sedang rapat, Jenny tiba-tiba masuk untuk mengatakan bahwa ayahku jatuh, kebetulan rapatnya juga sudah mau selesai, teman-teman juga mengerti semua, aku pun pergi bersama dengan Jenny ke rumah sakit tentara, Jenny bersikeras mau ikut denganku tidak mau pergi.”

“Ibuku tidak menemukanku lalu menemukan dia, kebetulan sekali begitu dia ada di unit, lalu ke sana memberitahuku.”

“Di tengah jalan kita pun menerima telepon, mengatakan bahwa ayahku hanya terkilir kakinya saja. Saat itu dokter pribadi ayahku sudah pergi ke sana melihat, takut ada apa-apa dengan tulangnya jadi pergi ke rumah sakit tentara untuk ronsen. Hasil ronsennya tulang tidak terluka, hanya kaki saja yang terkilir. Dan juga ada sedikit pengeroposan, sudah berusia lanjut memang bisa ada.”

Ini baru lah cerita yang sesungguhnya, ini baru lah cerita yang sesuai dengan realita, Laras agak marah, kalau dari awal mengatakannya dengan jelas, dia juga tidak perlu pergi buru-buru seperti itu, atau mungkin, malah tidak perlu pergi sama sekali.

Dia seakan sama seperti seorang yang bodoh, dia mengenakan baju dan celana tidur seperti ini lalu langsung pergi, sudah dingin ketakutan lagi, masih tidak mendapatkan sedikit keuntungan lagi, sudah mempermalukan muka keluarga Pradipta, masih dikucilkan oleh mertua pula.

Pantas saja Gavin bisa bilang dia bodoh, dia itu bukannya bodoh, tapi idiot.

“Aku tidak ada hubungan dengan Jenny, andai dengan dia bisa, dari awal juga sudah bisa, tidak perlu menunggu sampai sekarang? Aku akan pergi menyelidiki dengan jelas, berhubungan dengan kekeliruan informasi mengenai masalah ini.”

Laras merapatkan mulut, “Baiklah, melihat penjelasanmu masih terbilang masuk akal, aku orang yang berlapang dada, tidak ada perhitungan lagi dengan kamu.”

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu