Cinta Pada Istri Urakan - Bab 235 Ini Adalah Ciuman Pertamanya

Mendengar suara Sandra, Manda langsung panik berlari ke ruang tamu.

Tak disangka, kursi makan yang dia duduk pun dia buat jatuh.

Terdengar suara "pheng" sangat kuat, saat dia setengah jongkok untuk mendirikan kursi itu, tiba-tiba terkejut.

Sandra sampai tidak berani mengedipkan matanya, takut salah lihat.

Melihat Manda memakai kemeja laki-laki, hanya memakai kemeja laki-laki, pahanya terpampang jelas, dan memakai sandal yang ukurannya sangat besar, muncul di rumah Rendra.

Dia dengan geram berkata kepada Rendra: "kakak Rendra, kamu sudah menjadi mangsanya, jangan sampai tertipu olehnya."

Lalu dia menunjuk Manda dan berkata: "Manda, kamu tidak tau malu, aku dari awal sudah tau kalau kamu suka dengan kakak Rendra-ku, kamu...... kamu memang tidak tau malu!"

Manda menyadari kesalahannya, juga tidak ingin membantahnya, dia memang suka Rendra, dia memang tengah malam berada dirumahnya, dia juga menggunakan barangnya, tidak ada yang bisa dibantah.

Kalau perbuatan seperti ini namanya tidak tau malu, maka dia memang sangat tidak tau malu.

Seseorang yang bahkan tidak jelas akan status sendiri, untuk apa malu?!

Sebaliknya Rendra, dengan agresif berkata: "Sandra, ini adalah urusan pribadiku, kamu tidak berhak untuk ikut campur."

"Kamu...... kakak Rendra, kamu terlalu kacau, kamu seperti ini bagaimana menjelaskannya kepada kak Ariel? Apa kamu tidak merasa bersalah dengan kak Ariel? Kak Areil tidak akan memaafkanmu."

Perkataan ini membuat Rendra yang tidak pernah marah dengan adik sepupu menjadi marah, tapi, didikan yag baik dari kecil membuatnya tidak akan berbicara terlalu keras dengan adik sepupu.

Dia hanya berkata: "Aku dan kakakmu sudah putus 3 tahun, aku tidak berpikir kalau aku harus menjelaskan sesuatu kepadanya."

Sandra menunjuk Manda sambil berkata: "Tapi dia, bagaimana bisa dia pantas dibandingkan dengan kak Ariel?"

Rendra hanya bisa menggelengkan kepalanya, berbicara dengan orang yang memiliki pandangan yang tidak sama benar-benar membuang tenaga, tidak katakan juga tidak apa-apa.

"Aku katakan untuk terakhir kalinya, aku adalah aku, dia adalah dia, kamu jangan campur adukkan lagi."

Sandra menunjuk seberang pintu rumah Rendra, berkata:"Kak Ariel pindah ke depan rumahmu, apa masih tidak jelas juga? Bukankah karena ingin balikan denganmu? Dia setiap hari syuting film begitu sibuk, tapi masih meluangkan waktu untuk pulang pindah rumah. Dia berusaha agar bisa pindah kesini lebih cepat, karena memikirkan kamu sekarang terluka, jadi dia bisa menjagamu lebih dekat."

Ketika berbicara, pintu di sebrang terbuka, Ariel mendengar suara dari luar.

Untuk sesaat bertatapan 4 mata dengan Rendra, dia melihat wajah Rendra yang tidak senang, "Ada apa?"

Kening Rendra berkerut, dengan tidak senang menyesap bibirnya, tiba-tiba mundur selangkah, langsung menutup pintunya.

"Aih....." Sandra memukul pintu dengan kuat, sambil berteriak, "kakak Rendra, buka pintu, setidaknya kamu harus berikan kesempatan kepada kak Ariel, kak Ariel benar-benar tulus kepadamu, apa kamu tidak peduli sedikitpun?"

Ariel menghampiri bertanya: "Apa yang terjadi? Kamu membuatnya tidak senang?"

"Manda ada didalam rumahnya."

Langit yang cerah menjadi mendung, mata Ariel membesar, sangat tidak dapat dipercaya.

"Bahkan Manda memakai kemeja kakak Rendra, benar-benar tidak tau malu."

"Kak Ariel, jangan nangis, ayo kita masuk dulu."

Keributan diluar, didalam samar-samar bisa mendengar suara melengking Sandra.

Manda sangat malu, tidak ada alasan yang bisa dikatakan.

Dia dengan linglung mengangkat kursi makan yang terjatuuh tadi, berdiri dengan lemah disana, berkata: "Itu..... Aku bisa bantu kamu menjelaskannya."

"Tidak apa-apa, " Rendra duduk diatas kursi roda dengan pelan berjalan kemari, "Tidak perlu memperdulikan mereka."

Manda dengan bersalah berkata: "Bagaimanapun juga tidak boleh membuat mereka salah paham, memang aku yang kurang sopan, aku tidak seharusnya mengganggumu, aku pergi ganti baju, lalu keluar menjelaskan kepada mereka."

Rendra yang awalnya mau berhenti, mendengarnya mau pergi, tidak menekan tombol berhenti, membiarkan kursi roda berjalan kesana.

"Tidak mengganggu, kamu tinggal saja disini, aku bersedia kamu tinggal disini, mau tinggal berapa lama juga tidak apa-apa."

Tampilannya yang panik membuat Manda diam-diam merasa senang, bukankah ini maksudnya, dia menyukaiku?

Rendra mengangkat kepalanya melihatnya, kali ini, pandangannya sama sekali tidak menghindar.

Emosinya, ada rasa gelisah yang biasanya tidak pernah ada, namun dia tetap dengan sabar dan lembut berkata: "Tahun ini aku sudah berumur 31 tahun, lebih besar 10 tahun dari kamu, pernah mempunyai hubungan itu sangat normal, putus nyambung juga sangat normal, aku bilang sudah putus ya sudah putus, untuk apa aku membohongimu?"

Manda sedikit bingung, "Aku......Aku tidak bilang kamu membohongiku."

"Mulut kamu memang tidak bilang, tapi hatimu pasti curiga."

"......"Benar, benar, benar, kamu adalah cacing diperutku.

"Aku kira aku bisa mengendalikan semuanya dengan sangat baik, tapi Manda, perilakumu padaku kadang baik, kadang buruk, kadang dingin, kadang ramah, aku sampai bingung kamu buat, apa kamu tau hatiku seberapa kacau?"

Manda menggigit bibirnya tidak berbicara, hanya bisa merasakan bahwa jantungnya berdetak sangat cepat.

"Bukannya kamu dulu......bukannya kamu suka sama aku?"--ketika mengucapkan kalimat itu, wajah Rendra langsung memerah, rasa malu tidak habis-habisnya.

"Eumh, tapi kamu tidak menyukaiku."

"Kalau aku tidak menyukaimu apa mungkin tengah malam begini bawa kamu pulang kerumah? Kalau aku tidak menyukaimu apa aku akan membiarkanmu memakai bajuku? Apa semua yang kulakukan ini tidak jelas? Masih harus dikatakan?"

Manda mengedipkan matanya beberapa kali, menggulung lidahnya dengan suara pelan berkata: "Kalau kamu tidak bilang, bagaimana aku tau."

Rendra menggenggam pergelangan tangannya, menariknya dengan kuat hingga mendekat padanya, dia tidak terbiasa untuk mengekspresikan dengan kata-kata, tetapi bisa menggunakan cara lain dengan mulut juga untuk mengekspresikannya.

"Eumh......" Manda terdiam, ketika bertemu dengan bibirnya, dia merasa seperti disengat listrik, sebuah perasaan kebas menyapu seluruh tubuhnya hingga ke otak.

Ini adalah ciuman pertamanya.

Sebenarnya dia bisa menutup rapat bibirnya, tidak berkontak lebih banyak lagi dengannya.

Tapi, tidak peduli apa itu badannya atau kesadarannya, selalu mengharapkan serangan selanjutnya darinya.

Saat tengah malam, dia sangat sering membayangkan, kalau suatu hari dipaksa cium oleh pria yang memiliki hormon meledak-ledak seperti Rendra, langsung mati disaat itu, juga seimbang.

Tapi saat ini, dia tidak ingin mati.

Rendra menghisap kedua bibir lembutnya, semanis madu, membuat gila seperti aroma wangi.

Masih dalam posisi berciuman, dia tidak puas dengan ciuman dangkal tanpa lebih dalam.

Setelah sendirian begitu lama, naluri pria yang dia tahan akhirnya meledak saat ini, lengan panjangnya menggenggam lebih kuat, seperti takut kehilangan akan aroma wangi ini.

"Kamu......" Dipeluk terlalu erat, Manda yang setengah berjongkok berusaha keras, namun ketika dia membuka mulutnya, Rendra langsung meraup seluruh bibirnya.

"......" Manda sedikit panik, apakah ini sedang melakukan kontak fisik lebih dalam? Apa ada perlakuan seperti ini? Dia hampir tidak bisa bernafas.

Ketika dia hampir kehabisan oksigen, pelukan Rendra melonggar, langsung merangkulnya duduk diatas pahanya, langsung meraup bibirnya lagi.

"Luka luka... lukamu......"

"Tidak apa-apa." Tangan Rendr menahan punggungnya, satunya lagi memegang belakang kepalanya, membuat Manda lebih dekat lagi kedirinya.

Novel Terkait

Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu