Cinta Pada Istri Urakan - Bab 494 Jendral Pradipta Kembali

Laras masih belum sempat bereaksi, sudah dikelilingi di tengah, tidak mungkin bilang tidak takut.

Sinar api memancar wajahnya, dia dengan malu-malu bertanya: "Ini siapa?"

"Hanya preman, ada aku, tidak perlu takut."

Laras menahan nafas, dengan tidak sadar mengangkat kepala melihatnya.

Ada aku, tidak perlu takut.

Perkataan ini membuat hatinya yang panik dalam sesaat menjadi tenang, tapi apakah dia masih boleh mempercayai perkataan ini, apa boleh mempercayainya?

Gerakan lebih cepat dari perkataan, ketujuh orang itu sudah mengangkat pisau dan tongkat mendekati kearah mereka.

Membicarakan kekuatan, Gavin tidak pernh kalah, kedua tangannya melindungi Laras, hanya menggunakan kakinya menendang mereka sampai berteriak kesakitan.

Melihat perkelahian ini, pria botak itu marah dan benci, melempar helm yang ada ditangannya ke arah Gavin.

Bagaimana juga orang mereka banyak, Gavin hanya fokus melindungi Laras, ceroboh dengan bahaya di belakang badannya.

Tapi Laras melihat dengan matanya pria botak itu melempar helm kearah mereka, tanpa berpikir, seperti naluri, memeluk Gavin langsung berputar berganti posisi.

"Ergh......" Helm itu mengenai bahunya dengan keras, dia mendengar suara retakan tulang, kemudian rasa sakit yang sangat hebat datang, dia kesakitan sampai hampir pingsan.

Gavin mengerutkan keningnya, mengarah tepat ke pria botak itu, lalu menendang helm ke arahnya.

Pria botak itu saat berlari kabur terjatuh dan duduk ke lantai, helm itu hampir mengenai kepalanya.

"Laras......" Gavin memeluk Laras, melihat wajahnya yang sangat kesakitan, dia hampir mau gila.

Sangat cepat, polisi sudah datang, preman kecil yang dengan cepat sadar langsung menaiki motor besar mereka cepat kabur, yang lamban maka ditangkap oleh polisi.

Pemadam kebakaran juga sudah datang, segera memadamkan api, motor yang terbakar itu hanya meninggalkan kerangka.

Gavin menggendong Laras, berlari dengan dokter ke unit gawat darurat.

Setelah diperiksa, bahu kiri Laras retak karena terkena pukulan kuat, ototnya juga memar serius, setidaknya harus beristirahat selama 2 bulan.

Keretakan tulang adalah cidera keras, tidak ada cara lain selain merawatnya.

Laras memikirkan ayah yang masih koma, dan juga kedua anaknya yang harus dijaga, hatinya merasa sangat depresi dan gagal.

Untuk sekali lagi waktu keluar dari rumah sakit, di luar sudah gelap sepenuhnya, Gavin tidak memikirkan pandangan orang lain, bersikeras menggendongnya dan berjalan.

"Kamu turunkan aku saja, aku bisa jalan sendiri."

"Kamu tidak bisa." Ucapnya tegas, sambil melihat wajahnya yang kurus.

Laras ingin tapi tidak berdaya, dia bergerak sedikit saja langsung merasakan sakit, bahkan menarik nafas dalam sedikit pun bisa merasakan sakit, apalagi memberontaknya.

Gavin sambil berjalan sambil berkata: "Kamu terluka karenaku, aku pasti bertanggung jawab sepenuhnya, menjagamu sampai kamu sembuh."

Kedua matanya bercahaya, nada bicaranya tidak seperti berdiskusi, tapi seperti memberitahu.

"Naik mobilku saja, besok aku akan menyuruh Pandu datang membawa mobilmu, kamu dan anak-anak tinggal di kediaman Gavin, aku akan mencari orang untuk menjaga anak-anak, kamu tidak perlu khawatir."

"Siapa yang mau tinggal di kediaman Gavin......" Laras baru mau protes, memutarkan sedikit kepalanya saja membuat ototnya yang memar kesakitan, lalu seluruh bahunya juga ikut kesakitan, dia hanya bisa diam menunggu rasa sakit pelan-pelan menghilang.

Gavin dengan tidak tega menegurnya: "Kamu jangan bersikeras denganku lagi, sebelum kamu sembuh, semuanya turuti sesuai perintahku."

"Aku tidak pergi ke kediaman Gavin......" Ucapnya dengan lemas.

Gavin berhenti di sebelah pintu mobil, tatapannya tulus dan tegas, dia berkata: "Aku beri kamu pilihan, aku tinggal di apartemenmu, bibi, guru les, supir, pelayan, koki semuanya tinggal di apartemenmu, atau kamu ikut denganku tinggal di kediaman Gavin."

Laras membisu, ini yang katanya memberi dia pilihan?

"Untuk masalah ini tidak ada ruang untuk berdiskusi, aku tidak langsung menarikmu pergi mendaftar pernikahan tandanya aku sudah mengalah."

"......" Laras tidak berkata-kata sepenuhnya, tapi dia tidak ingin semua hal sesuai dengan keinginannya, "Pulang ke apartemen, aku mau pulang ke apartemen." Jangan mengira beberapa kalimat ancaman itu akan membuatnya tenang, dia sudah bukan Laras yang dulu yang polos dan tidak tau apa-apa lagi.

Gavin sedikit tak berdaya, mengira kalau beberapa perkataan itu akan membuatnya patuh, tapi dia masih saja kalah.

Langkahnya berhenti, dengan lekat menatapnya, "Apa kamu yakin?"

"Kalau kamu berani menggendongku ke kediaman Gavin, berani membawa anakku ke kediaman Gavin, aku berani membawanya kabur saat tengah malam.

"......" Laras, aku salut, kamu adalah wanita sejati.

Di bawah desakan Laras, akhirnya Gavin juga dengan patuh mengantarnya pulang ke apartemen.

Fanny terus menunggu kabar di apartemen, pertamanya paman Atmaja tiba-tiba kritis butuh di operasi, lalu bahu Laras terluka serius, dia juga tidak bisa membantu Laras apa-apa, hanya bisa menjaga kedua anak di apartemen dengan baik.

Begitu mendengar suara pintu terbuka, Fanny langsung menghampiri, tapi begitu melihat Gavin, dia sedikit terbodoh.

"Jendral Jendral Jendral Pradipta?" Fanny terkejut sampai dagunya hampir terjatuh, di telepon Laras tidak mengatakan kalau dia sedang bersama dengan Gavin.

Laras sedikit malu, pipinya yang pucat tiba-tiba ada memerah, wajahnya memerah dengan sangat jelas.

Gavin menggendong Laras masuk, dengan natural bertanya: "Anak-anak sudah tidur?"

"Ehn, mereka patuh sekali, sudah tidur dari tadi."

"Baik, terimakasih, ini juga sudah larut malam, kamu cepat pulang, hati-hati di jalan."

"Ergh......" Fanny melihat kearah Laras, dengan tatapan bertanya-----Apa aku sungguh boleh pergi?

Laras dengan cepat berkata, "Orang yang harusnya pergi adalah kamu, hari ini Fanny tinggal disini."

"Kamu terluka karena menolongmu, aku harus menjagamu dan anak-anak, ini adalah tanggung jawabku."

"Kamu juga sudah menolongku, jadi, aku tidak butuh tanggung jawabmu, kamu pergi saja."

"......" Diusir dihadapan orang lain, harga diri Gavin sedikit menurun.

Orang yang paling canggung adalah Fanny, dia bertanya-tanya, pantas saja akhir-akhir ini Randi selalu mengirimkan kata-kata tentang putus cinta di lingkaran pertemanannya, rupanya jendral Pradipta sudah kembali.

Karena hubungan Jino, Fanny juga tau beberapa waktu selama mereka menjadi mata-mata itu seberapa bahaya dan lelah, dia saja bisa memaafkan Jino dan menikah dengannya, dia percaya, Laras memaafkan jendral Pradipta hanya karena masalah waktu.

Oleh karena itu, Fanny yang mengerti situasi berkata: "Tuan muda Laras, sebenarnya......sebenarnya aku tidak memberitahu padamu, hari ini Jino istirahat, jam sekarang ini dia masih menungguku dirumah."

"Ha? Kenapa kamu tidak bilang daritadi?" Laras sangat merasa bersalah, karena alasan pekerjaan, Jino tidak seperti Gavin yang boleh pulang ke rumah setiap hari, Jino bertugas tetap di pasukan, hanya bisa pulang ke rumah sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan, mereka pasangan baru menikah tapi malah tinggal secara terpisah, tentunya akan lebih menghargai waktu kebersamaan dibandingkan dengan suami istri biasanya.

"Fanny, aku sudah pulang, kalau begitu kamu cepat pulang, sesampainya dirumah beritahu aku, hati-hati di jalan."

Fanny mengangguk, dia memakai mantelnya, menyandang tasnya, "Tuan muda Atmaja, besok aku datang melihatmu lagi."

"Baik, hari ini sudah merepotkanmu."

"Tidak apa-apa, kita ini siapa, aku pergi dulu." Sambil berkata, Fanny memberikan kode dari tatapan kepada Gavin.

Gavin mengerti, "Fanny, terimakasih, hati-hati di jalan."

Dia mengerti maksud Fanny, jika ingin memutuskan bantuan Laras dari luar, besok harus memberikan libur untuk Jino.

Novel Terkait

Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu