Cinta Pada Istri Urakan - Bab 451 Apa Yang Dimaksud Anak Haram?

Perkataan Lana baru saja keluar dari mulutnya, Romo mendekat kearahnya, langsung menamparnya.

"Itu adalah keponakan kandungmu, anak haram apanya, perkataan seperti ini kamu juga sanggup mengatakannya?!"

Tamparan ini, membuat Lana kesakitan juga terdiam, dia memegang pipinya, dengan tidak percaya melihat Romo, "Pa, kamu memukulku?......Dari kecil sampai besar kamu tidak pernah memukulku, hari ini karena dua anak haram itu kamu......Ah......"

Romo mengangkat tangannya ingin memukulnya lagi, dia langsung bersembunyi.

"Kamu bilang lagi!"

Keributan ini, membuat Nana menangis semakin kuat, langsung bersembunyi kebelakang Bobi, Bobi juga sedikit takut, tapi tangan kecilnya masih terbuka melindungi adik perempuannya.

Lana keluar dari kamar bermain, setelah memastikan tidak akan kena pukul lagi, dia memegang pipinya yang kesakitan, dengan kuat berteriak: “Kenapa tidak boleh bilang, bahkan ayah kandung saja tidak tau siapa, bukankah mereka adalah anak haram?!"

"Tutup mulutmu!!"

"Kamu menyuruhku tutup mulut tidak ada gunanya, kalau kamu bisa suruh semua orang yang diluar sana tutup mulut, pa, seluruh kota Jakarta sedang menertawakan keluarga Atmaja, Laras membawa sial pada suaminya membuatnya meninggal, ditinggal mati suami dan tidak menikah lagi malah melahirkan dua orang anak, kamu tidak merasa malu, tapi aku masih merasa malu, kamu malah memuja mereka bertiga seperti dewa, kamu ini kalau bukan pilih kasih lalu apa?"

Reni yang di lantai kedua mendengar suara ribut di bawah, cepat turun kebawah, melihat Lana yang dengan wajah merah bengkak, kemarahannya langsung meningkat.

"Ma, papa memukulku......" Lana mengaduh kepada mamanya dengan sedih.

Bekas tamparan di wajah Lana dengan tajam menghidupkan api di mata Reni, dengan marah melototi Romo, bertanya: "Kenapa kamu memukulnya? Kenapa?"

Romo sangat marah sampai tidak ingin menjelaskan, mendengar suara tangisan anak-anak, hatinya hancur, langsung berjongkok dan menghibur kedua cucu haramnya.

Reni semakin marah, dengan kuat berkata: "Romo, kamu berani memukul putriku, aku bertarung denganmu!"

Begitu kata-kata itu keluar dari mulutnya, Reni langsung berjalan kearah punggung Romo dan memukulnya, dia sungguh memukulnya tanpa ampun.

Nana terkejut sampai menangis, anak kecil menangis meraung, diikuti dengan suara teriakan.

Bobi melihat nenek yang datang memukul kakek, juga terkejut, matanya langsung berair, sangat ingin maju dan menghentikannya.

Romo sangat marah, berputar dan mendorong Reni.

Reni yang berdiri tidak stabil langsung terkapar ke samping, keningnya langsung terbentur ke dinding, kali ini benar-benar tidak bisa diampuni, dia lebih menggila lagi memukul orang.

Romo menahan lengan Reni, "Kamu sudah gila?"

"Kamu memukul anak, juga memukulku......Dulu kamu tidak pernah bermain tangan......"

"Kamu yang masuk akal bisa tidak?!"

"Itu bukankah karena kamu duluan memukul orang? Dia adalah anak perempuan kita yang paling berharga, dia tersandung saja aku merasa sangat sedih, kamu malah memukulnya seperti ini."

Lana disamping malah menambah api, "Ma, aku hanya menyuruh dua anak haram itu diam, papa langsung memukulku."

Romo begitu mendengar, langsung berteriak: "Kamu sebut kata anak haram lagi, aku akan memukulmu lagi!"

Reni dengan marah berteriak: "Anak haram, anak haram, mereka berdua adalah anak haram, apa kamu pun ingin menamparku?"

"Kamu......Reni, dihadapan anak-anak, aku tidak ingin ribut denganmu, tapi aku memperingatkanmu, Bobi dan Nana adalah anak Laras, juga cucu kandungku, aku tidak memperbolehkan kalian memarahi mereka anak haram."

"Dia bahkan sudah berani melahirkan, maka harus bersiap untuk dimarahi, Romo, anakmu melakukan perbuatan yang begitu kotor, kamu sudah tidak mengurusinya, malah membawa pulang anak ini, orang yang paling ditertawai adalah kamu."

"Jangan ribut lagi disini, kamu tau apa."

"He, Laras membawa kesialan pada Gavin membunuhnya, kehilangan kamu dan keluarga Pradipta, apa mungkin dia tidak cepat melahirkan anak untuk mengikat hartamu? Romo, keserakahan Laras itu, kenapa kamu tidak bisa melihatnya?"

"Cukup, apa tidak mendengar anak-anak sedang menangis?Kalian berdua semuanya keluar."

Sikap Romo membuat Reni sangat sakit hati, "Jangan menggunakan cara ini untuk mengusir kami lagi, kalau mau pergi juga harusnya dua anak haram itu."

Disaat ini, dari pintu terdengar suara Laras, "Sedang marahi siapa anak haram?"

Reni langsung terang-terangan, "Sedang memarahi kalian."

Laras tertawa dingin, "He, makin sadar diri ya."

"?" Reni mengerutkan keningnya, lewat dua detik baru bereaksi, "Kamu......kamu menghinaku anak haram?"

"Aku tidak berkata seperti itu." Laras langsung berlari kearah dua anak kecilnya, "Jangan takut, mama disini, Nana jangan menangis lagi, mama sudah pulang."

Laras melihat Nana menangis begitu hebat, jangan ingatkan seberapa sakit hatinya, walaupun Nana memang cengeng, tapi menangis tidak pernah lebih dari 2 menit, biasanya dia sering tertawa meskipun masih ada air mata di wajahnya, tapi kali ini, dia menangis sampai sulit bernafas, menangis tersedu-sedu, dia tidak pernah seperti ini.

Bobi juga, dia begitu masuk langsung masuk kepelukannya, sifat Bobi lebih dingin, tidak suka berbicara, tidak manja, sangat jarang menangis, kali ini juga sama, bibirnya tidak berhenti bergetar, malah menahan air matanya sampai sekarang.

Lana tidak bisa menerima, sambil menangis dan bertanya, "Papa, apa kamu sudah tidak mencintaiku dengan mama lagi?......"

"Lana, papa mencintaimu selamanya, tapi tidak berhubungan dengan kejadian hari ini, kamu sudah sebesar ini, kamu adalah senior mereka, kamu mana boleh perhitungan dengan anak kecil?" Romo mengangkat wajahnya, dengan disiplin dan serius berkata: "Sudahlah, jangan ribut lagi, hari ini aku katakan disini, mulai hari ini, jangan sampai aku di mansion Atmaja mendengar kata anak haram lagi, juga jangan sampai aku mendengar kalian berdua menyebut kata anak haram dimanapun, siapa yang menyebutnya, keluar saja."

Sikap Romo sangat keras, nada bicaranya juga sangat kejam, membuat Reni dan Lana tidak berani menjawab.

Reni memang sangat keterlaluan, tapi menjadi suami istri begitu lama, dia tau dimana batas kesabaran Romo, kalau dia ribut lagi, takutnya tidak mendapatkan keuntungan apapun.

Laras sebelah tangan menggendong Nana, sebelah tangannya lagi menarik Bobi, dengan cepat kembali ke kamar mereka.

Lana ingin menghentikannya, tapi begitu dipelototi Romo, dia langsung menarik tangannya.

"Ma......"

"Jangan katakan lagi."

"......Heh!"

Sekembalinya ke kamar, Nana karena menangis begitu hebat, membuatnya muntah, semua makanan pagi tadi dimuntahkan habis, wajah kecilnya memerah, dengan tersendak bertanya: "Mama......Apa......Apa yang dimaksud......Anak......Anak haram?......"

Hatinya bergetar.

Bobi langsung menutup mulut adik perempuannya, berkata: "Kita bukan anak haram, kita dilahirkan oleh mama."

Rupanya, anak-anak bukan tidak mengerti sepenuhnya, walaupun mereka masih kecil, tapi apa yang baik, apa yang tidak baik, mereka mengerti.

Hati Laras itu, berdenyut dengan hebat, rasanya sakit sekali.

Tapi, dia hanya bisa memaksa menelan kembali air matanya, tidak bisa seperti dulu mau menangis langusng menangis, dia membelai wajah kecil anaknya, tiba-tiba tersenyum, dengan nada bicara yang sangat santai berkata: "Benar, Bobi benar, Nana, kamu dan kakak keluar dari perut mama, melompat dua kali, langsung keluar."

"Nana, kamu tau tidak kenapa kakak adalah kakak, sedangkan kamu malah adik?"

"Kenapa?" Nana melupakan tangisannya, hanya saja masih sesenggukan.

"Karena......" Laras tersenyum, "Kamu terlalu bandel, kamu menendang kakak keluar duluan."

Nana langsung tertawa, airmatanya masih mengalir, tapi langsung tertawa, dan juga tertawa terbahak.

Begitu Nana tertawa, Bobi juga ikut tertawa, lalu Laras juga tersenyum dari dalam hatinya, seperti ketidak senangan tadi sama sekali tidak terjadi.

Novel Terkait

Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu