Cinta Pada Istri Urakan - Bab 113 Keluarga Atmaja Bangkrut

Belum lama setelah tahun baru, sebuah krisis moneter melanda seluruh Asia, yang pertama diserbu adalah beberapa perusahaan kecil dan juga perusahaan yang sudah mau tumbang, sekali krismon melanda, semuanya bangkrut.

Sayangnya perusahaan Atmaja juga ada di daftar perusahaan bangkrut.

Keluarga Atmaja yang tahun lalu baru saja mengadakan pesta ulang tahun dengan semarak, belum sebulan sudah kosong melompong, di dunia banyak sekali hal yang sulit ditebak.

Villa keluarga Atmaja, pagi sekali sudah dikepung banyak orang, semua adalah penagih hutang yang datang untuk menagih hutang.

Perusahaan keluarga Atmaja sudah berhenti beroperasi, beberapa rumah milik keluarga Atmaja sudah digadaikan ke bank, tidak berapa hari lagi akan dilelang.

Dalam waktu semalam keluarga Atmaja seperti dari ujung gading gajah terjatuh ke tingkat dasar, sekarang ini tempat tinggal saja tidak ada.

“Bayar, bayar, bayar!” Para penagih hutang menarik spanduk, meneriakkan slogan, memblokir parah beberapa jalan, takut keluarga Atmaja melarikan diri.

Rama, Nagita, Maira, Manda dan juga kakek, sekelurga berlima kumpul di ruang tamu, terkejut sampai muka pucat.

Manda awalnya di sekolah, mama meneleponnya bilang pembantu di rumah mencuri barang, baru dia segera pulang, siapa yang tahu, sekali dia masuk, tidak bisa pergi lagi.

Penagih hutang di luar mengumpul semakin banyak, suara menagih semakin besar, hingga polisi juga datang.

Nagita menarik dengan erat kopernya, semua ini adalah barang berharga yang ia miliki, harus dibawa pergi.

Maira juga sudah membeeskan sekoper pakaian, dari baju yang cantik hingga makanan enak sudah terbiasa hidup sebagai nona besar, dia sungguh tidak tahu kemudian hari seharusnya mau bagaimana.

Ibu dan anak berpelukkan menjadi satu, tak berhenti menangis.

Rama masih menelepon, tapi menelepon ke siapapun, kalau tidak menon-aktifkan langsung mematikan telepon, masalah berkembang sampai hari ini, orang yang dulu mendekatinya, sekarang telepon saja tidak angkat lagi.

“Bangsat, segerombol orang jahat dan tak tahu berterima kasih.” Rama kesal sampai berteriak marah besar, “Bambang ini, dulu saat butuh uang datang mencariku, kapan aku tidak bermurah hati membantu dia, sekarang bagus, telepon saja tidak diangkat.”

Manda maju membujuk: “Pa, bagaimana sekarang, ingin keluar saja susah.”

Manda melihat ibu dan anak terduduk di sofa berpelukan menjadi satu, sangat marah berkata: “Kemarin aku bilang pergi, kalian bersih keras bilang mau merapikan barang dan tidak bisa pergi, lelet,lelet, sekarang bagus, semua tidak bisa pergi lagi, masih memanggil Manda ke sini lagi, kenapa kamu memanggilnya pulang?”

Nagita sudah terbiasa bersikap angkuh, sekali mendengar suami menyalahkan dirinya, dengan dipenuhi amarah, langsung menerobos maju ke depan Rama perang mulut dengan pria itu, “Dasar kamu orang yang tak berguna, diri sendiri yang tidak berguna masih menyalahkan kita lelet, sebelum masalah terjadi kamu kenpa tidak memberitahu kita dulu, masalah sudah terjadi kamu menyalahkan kita lelet?”

“Kalau aku bisa tahu kantor tidak bisa diselamatkan, dari awal aku sudah membuat rencana, aku mana tahu bisa tiba-tiba seperti ini?!”

Perusahaan keluarga Atmaja benar bangkrut dan tak bisa beroperasi dalam semalam, memukul Rama secara tiba-tiba dan tanpa ada persiapan, katanya perusahaan presdir Park juga bangkrut dalam semalam, pagi hari presdir Park melompat bunuh diri dari lantai paling atas perusahaan.

Nagita mengangkat tangan dan memukul dada suaminya, berturut-turut memukul beberapa kali, sambil menangis dan memarahi, “Dasar kamu orang tak berguna, di kemudian hari bagaimana kita hidup?!”

Maira berpikir dan merasa tragis, sebelumnya dia seperti seekor burung merak yang angkuh, melihat siapapun merasa dia rendah, takutnya sekarang sudah ditertawakan orang.

Yang paling masih tenang adalah Manda, dia berkata: “Jangan ribut lagi, coba kita cari Laras.”

Nagita menghentikan suara tangisan, dengan penuh harapan dan juga khawatir, “Laras tidak membenci kita sampai ke tulang sudah bagus, apa masih bisa membantu kita? Lagian, tetua keluarga Pradipta juga tidak ingin membantu, dia seorang gadis kecil apa gunanya.”

Maira: “Iya benar, aku meneleponnya hanya bisa membuatnya melihat lelucon saja, pikirkan dulu bagaimana kita terhadapnya, kalau itu aku, aku akan tertawa senang bukan main, mana mungkin membantu.”

Manda: “Laras bukan orang berpemikiran sempit seperti kalian ini, sttt, telepon sudah tersambung, jangan bicara lagi.”

Saat menerima telepon Manda, Laras sedang berada di lautan buku, dia mencari pojok yang tak ada orang, dengan suara kecil berkata: “Halo, ada apa? Aku sedang di perpustakaan.”

“Apa kamu hari ini sudah melihat berita?”

“Berita? Apa yang terjadi?”

“Keluarga Atmaja sudah bangkrut.”

“Apa?” Hal ini terlalu tiba-tiba, sampai Laras mengira Manda sedang bercanda, “Hei, apa ada orang yang seperti kamu ini menyumpahi keluarga sendiri?”

“Iya sungguhan, semua harta kelurga Atmaja sudah disita, sampai rumah tempat kita tinggal juga sudah tidak ada lagi, sekarang penagih hutang semua di luar, kita mau keluar dari rumah saja tidak bisa.”

Hari yang begitu cerah ini, Laras memastikan dirinya tidak salah dengar, “Sungguhan?”

“Kalau aku membohongimu seumur hidup ini aku tidak akan menemukan pacar.”

“…..” Laras menghirup nafas dalam, bertanya, “Mau bagaimana sekarang?”

“Kita juga tidak tahu, papaku mencari orang, semuanya tidak mengangkat telepon, barang berharga di rumah semuanya sudah dicuri oleh pembantu, sekarang di luar semua orang, aku lihat banyak sekali preman yang khusus datang untuk menagih hutang, kita sungguh tidak ada cara lagi.”

“Kakek dimana? Apa kakek baik saja?”

“Sementara ini baik, juga terkejut sekali.”

Laras berpikir, berkata: “Jangan cemas, aku akan memikirkan cara.”

“Baik, aku tunggu kamu.”

Memutuskan telepon, Laras segera membereskan barang, naik taxi segera pergi ke rumah keluarga Atmaja.

Di jalan, dia menelepon ke Aaron, setelah berpikir, juga hanya bisa meminta bantuan Aaron.

Sekali Aaron mendengar, tentu saja harus membantu, baginya, ini hanya masalah kecil.

Laras dan Aaron, bersama sampai di rumah keluarga Atmaja, seperti yang Manda katakana, pintu depan dan belakang rumah keluarga Atmaja diblokir orang, kalau bukan pagarnya tinggi, mungin orang-orang itu dari tadi sudah memanjat masuk.

Di pengkolan jalan, di dalam mobil Aaron, hati Laras cemas seperti api berkobar, “Kamu cepatan cari cara, kakekku di dalam.”

“Kakak iparku, keluarga Atmaja terhadapmu seperti itu, kamu masih menyelamatkan mereka?”

“Yang aku selamatkan adalah kakekku dan Manda, aku tak peduli dengan yang lainnya.”

“Serius? Kalau seperti itu mudah, aku utus helikopter, menyelamatkan kakek dan Manda sudah beres.”

Laras melirik mata ke atas dan melihat pria itu, apa perlu mengatakan sejelas itu? Apa perlu menggunakan pisau sapi untuk membunuh ayam? (lebay)

“Haha, baik, aku mengerti maksudmu.” Berbicara, Aaron menelepon beberapa nomor, setelah berpesan dengan baik, berkata dengan sangat menjanjikan, “Beres dalam waktu satu jam, kita tungguh saja.”

Laras setengah percaya dan curiga, tapi sekarang ini dia juga hanya bisa percaya Aaron.

Terkadang di rumah tidak ada seorang pria, sungguh tidak bisa.

Tidak berapa saat, 6 mobil polisi datang ke sana dengan gagah berani, bersaman polisi yang memang sudah ada di dalam mobil, satu pasukan besar polisi mengepung orang-orang yang ribut di luar rumah keluarga Atmaja.

Orang yang membuat ribut ini juga bukan penagih hutang sebenarnya, semuanya adalah preman yang dicari oleh penagih hutang, juga ikut campur dan mencari kesempatan untuk mendapatkan sedikit keuntungan.

Keluarga Atmaja sudah bangkrut, mau menagih hutang, mau berdebat, semua boleh dijalankan sesuai proses hukum, bukan di sini tanpa permisi datang ke rumah orang.

Cepat sekali, keluarga Atmaja berhasil diselamatkan keluar oleh polisi, villa keluarga Atmaja juga secara sah ditempel label penyitaan.

“Rama, kamu ini keparat, itu semua adalah uang keringatku, aku percaya denganmu baru bisa menginvestasikan uang ke kamu, tapi kamu, dengan sepatah kata bangkrut menelan semua tabunganku, belum selesai urusanku dengan kamu.”

“Rama, ada hutang, banyar hutang itu adalah hal yang semestinya, apa hatimu tidak merasa bersalah?”

Penagih hutang yang sesungguhnya, sambil memarahi dan melempar telur ayam dan sayuran busuk ke arah keluarga Atmaja, juga ada orang yang melepaskan sepatu dan memukul ke Rama, tetangga sekita satu per satu keluar untuk melihat, tidak kurang wartawan media juga mendokumentasikan seluruh proses dengan kamera.

Satu keluarga Rama menundukkan kepala, hidup berlimpahan seumur hidup, tidak pernah melarat sepert ini.

Satu tangan Nagita menggenggam lengan suami, satu tangan menutupi muka yang menangis, berbisik berkata: “Ini semua adalah karma, karma….”

Maira dan Manda memapah di kiri dan kanan kakek, ingin berjalan secepat mungkin.

“Rama, kembalikan uang keringatku, bayar hutang, bayar hutang…” Suara teriakan di belakang masih bersambung, seakan seperti berontakan terakhir par penagih hutang, satu patah demi satu patah menancap ke dalam hati Rama.

Novel Terkait

Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu