Cinta Pada Istri Urakan - Bab 176 Apakah Kamu Memberiku Muka?

Tanu sendiri datang mencari mati.

Genit, tidak sopan, membawa provokatif dalam keadaan mabuk, serta kepercayaan diri yang bodoh itu.

Gavin perlahan mengambil gelas wine dan menyesap, lalu langsung meletakkan kembali gelasnya.

Ekspresinya yang serius, temperamennya yang dingin, melalui ketidakpeduliannya yang seperti menolak orang ke ribuan meter jauh, langsung mengabaikan Tanu.

Nyonya besar Dibyo dan Tuan Besar Dibyo takut setengah mati, Tuan Besar Dibyo dengan cepat menarik putranya, lalu tersenyum dan berkata: " Maaf, Pemimpin Gavin, putraku ini kalau sudah mabuk, maka dia selalu begitu, anda jangan keberatan ya."

Laras menggunakan lututnya menyentuh kaki Gavin, Gavin mengambil napas dalam-dalam dan akhirnya menahan amarah ini.

Namun, dia juga tidak ingin memberi wajah yang baik, dia hanya dengan santai melambaikan tangannya pada Tuan Besar Dibyo dan mengatakan bahwa itu tidak masalah.

Bagaimanapun, ini adalah pesta pertunangan orang lain.

"Ada apa ini? Apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?" Tanu berteriak dengan tidak jelas, "Bukankah Laras adalah adiknya Maira Atmaja? Lalu aku memanggilnya adik ipar, apakah ada yang salah?"

Suara Tanu tidak kecil, dia telah mabuk, sehingga dia semakin berani, dia memanggil "Laras" dengan akrab, tetapi memanggil "Maira Atmaja" dengan asing, orang-orang yang mendengar di samping juga merasa tidak sepantasnya begitu.

Apa yang lebih tidak pantas adalah dia mengambil gelas wine dan menatap Laras, "Laras, adik ipar Gavin tidak memberiku muka, kalau begitu, apakah kamu harusnya memberiku muka? Emm?"

Nadanya yang genit dan tatapan matanya yang penuh dengan nafsu membuat Laras yang mendengar pun merasa malu untuknya.

Mata beracun Gavin menembak padanya dan dengan marah memelototinya.

Semua orang tercengang.

Maira berdiri dan mengambil gelas dari tangannya, lalu berkata, "Tanu, kamu telah mabuk, ayo duduk dulu."

Siapa tahu, amarah panas Tanu segera naik, dia memelototi Maira dengan mata merah, "Apakah di sini ada giliranmu untuk berbicara?"

Maira: "..."

Tuan Besar Dibyo dan Nyonya besar Dibyo: "..."

Rama dan Nagita: "..."

Gavin dan Laras: "..."

Dan semua tamu lain yang mendengar: "..."

Lalu, teriakan Tanu terdengar lagi, "Kamu masih belum menikah denganku dan sudah mulai mengatur aku minum wine, kamu kira dirimu itu siapa?"

Hati Maira bergetar, dia sejak kecil sampai sekarang tidak pernah menahan penghinaan seperti ini, rasa penghinaan ini menyebar dari hati ke seluruh anggota tubuhnya.

Hari ini, seharusnya adalah hari terindahnya.

Keluarga Dibyo adalah keluarga orang kaya, setelah dia menikah dengan Tanu, maka dia adalah istri orang kaya, dia bisa menikmati kekayaan dalam seumur hidupnya, menikmati iri hati dari sahabatnya, serta dipandang tinggi oleh orang-orang dalam seumur hidupnya.

Pada beberapa bulan setelah kebangkrutan Keluarga Atmaja, dia tinggal di pedesaan, dia membenci suara traktor di sana, membenci bau ayam, bebek, dan burung, dan dia bahkan membenci udara di sana.

Keluarga Atmaja selalu mengalami naik turun, meskipun sekarang kelihatannya sangat bagus, tetapi dia tidak tahu kapan bisa jatuh miskin lagi.

Dia tidak ingin menjalani kehidupan seperti itu lagi, dia ingin memberi hidupnya jaminan yang lebih besar.

Tanu adalah satu-satunya pewaris keluarga Dibyo, kondisi kesehatan Nyonya besar Dibyo kurang baik, jadi dia tidak mengurus urusan rumah, setelah menikah dengan Tanu, dia adalah nyonya muda keluarga Dibyo.

Tidak ada sengketa mengenai perebutan warisan, tidak ada kontradiksi antara ibu mertua dan menantu, Tuan Besar Dibyo dan Tanu menangani urusan luar, dan dialah yang menguasai internal Keluarga Dibyo.

Berapa banyak wanita yang ingin menikah ke dalam Keluarga Dibyo seperti ini.

Maira memikirkan hal ini, sehingga dia tidak berbicara dan menahan penghinaan tersebut.

Dia tidak ingin menghancurkan impiannya ketika dia sudah berjalan sampai langkah terakhir.

Rama dan Nagita juga tidak mengeluarkan suara.

Apa yang mereka pertimbangkan sama dengan Maira, membiarkan putrinya menikah ke keluarga Dibyo, itu merupakan kemuliaan keluarga Atmaja.

Adegan ini terlalu canggung, Tuan Besar Dibyo menarik putranya untuk duduk, kemudian merendahkan suaranya dan memperingatkannya: "Tanu, kamu cepat bangun, apakah kamu tidak sadar sekarang kamu berada di acara apa?"

Menantu perempuan yang baru sudah dimarahi oleh putranya sebelum dia menikah dengannya, dan masih di depan keluarganya, ini memang keterlaluan.

Tanu duduk di kursinya, pipinya merah, matanya bingung, dan dia masih mendengkur pada saat yang tidak tepat.

Laras memandang Maira dan bibinya, dia sedikit tercengang, ya Tuhan, ini juga bisa tahan!

Pada saat semua orang tercengang, tiba-tiba sekelompok orang berjalan masuk.

Wanita yang berjalan di depan berperut besar, ada dua gadis yang memegangnya di kiri dan kanan, dan diikuti oleh tiga pria untuk melindunginya.

Mereka bergegas menuju meja utama dan wanita dengan perut besar berteriak keras: "Tanu, apakah kamu masih punya hati nurani? aku mengandung anakmu, tetapi kamu bertunangan dengan wanita lain ?! Apakah itu adil terhadapku?"

Untuk sesaat, seluruh ruangan perjamuan hening.

Setelah itu, semua penonton tertegun.

"Apa yang terjadi? Siapakah dia?"

"Oh, bukankah itu pacar Tanu? Dia pernah membawanya menghadiri pesta."

"Pacar? Perut itu ... apakah itu benar-benar anak Tanu?"

Kerabat keluarga Dibyo berbisik, tetapi mereka tidak berani berbicara dengan keras.

Kerabat keluarga Atmaja tertegun dan diam-diam bertanya.

Wanita dengan perut besar itu berlari kemari, meraih pakaian Tanu, menangis dan bertanya: "Kenapa kamu bisa melakukan hal seperti ini padaku? Coba kamu katakan, kamu harus memberiku sebuah penjelasan hari ini ... Aku mengandung anakmu, kamu sendiri yang berkata, kamu membiarkanku melahirkan anak ini, kamu bilang kamu akan menikah denganku, kamu yang mengatakan semua itu."

Karena keributan wanita tersebut, Tanu juga sedikit sadar kembali, dia bertanya dengan kesal, "Siapa yang suruh kamu datang ke sini?"

Dia tiba-tiba berdiri dan mendorong wanita hamil tersebut, "Kualifikasi apa yang kamu miliki untuk datang ke sini? Ayo pergi!"

Wanita hamil itu didorong dengan kuat, jika bukan karena ada orang yang memegangnya, dia pasti akan jatuh.

Tuan Besar Dibyo sadar kembali dari keterkejutan ini dan berkata dengan sangat marah, "Penjaga keamanan, penjaga keamanan, cepat mengusir orang-orang yang aneh ini, cepat."

Beberapa penjaga keamanan bergegas ke ruangan perjamuan, wanita hamil itu langsung duduk di lantai dan menangis, penjaga keamanan mendorong teman-teman dari wanita hamil itu, tetapi mereka tidak berani mendorong wanita hamil tersebut.

Dilihat dari perutnya, dia segera melahirkan, siapa yang berani menyentuhnya.

"Jangan sentuh aku, jangan sentuh aku, aku segera melahirkan, siapa yang berani menyentuhku?"

"Tanu, kalian mau membawaku ke Amerika Serikat, kalian berkata dengan indah bahwa kalian mengantarku ke situ untuk melahirkan anak, ternyata kamu mau bertunangan."

Wanita hamil itu duduk di lantai dan menunjuk ayah Dibyo, lalu berteriak: "Paman Dibyo, aku tahu kamu tidak mengakuiku, tetapi di perutku ada anak keluarga Dibyo, ini adalah anak laki-laki, dia sudah berumur sembilan bulan lebih dan akan segera keluar. "

Wanita hamil itu memandang Nyonya besar Dibyo lagi, "Bibi Dibyo, kita semua adalah wanita, aku memohon padamu untuk mengasihaniku, jangan mengantarku ke Amerika Serikat, aku mohon padamu."

Semua orang terdiam, ternyata keluarga Dibyo sejak awal sudah tahu hal ini dan mereka ingin membawa wanita ini ke luar negeri.

Nyonya besar Dibyo memegang dadanya, dia sangat marah sehingga dia hampir tidak bisa bernapas.

Tuan Besar Dibyo sangat marah dan berteriak: "Siapakah kamu? Wanita gila dari mana ini, aku sama sekali tidak mengerti apa yang kamu katakan ini, penjaga keamanan, cepat bawa dia keluar dari sini!"

Wanita hamil itu duduk di lantai, kemudian merangkak ke depan Maira, dia meraih betisnya dan memohon: "Nona Maira, aku sadar posisiku sendiri, aku tidak akan merebut suami denganmu, tetapi bolehkah kalian jangan mengirimku ke Amerika Serikat? Aku tidak ada kerabat dan teman di situ, aku juga tidak pintar bahasa Inggris, jika kalian mengirimku ke sana itu sama artinya dengan mengirimku pergi mati."

Novel Terkait

1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu