Cinta Pada Istri Urakan - Bab 465 Tidak Boleh Merusak Kebahagiannya Lagi

Randi menggendong anak masuk ke dalam mobil, lalu berbalik berkata kepada Laras: "Kalian masuk dulu, aku telepon kepada kakakku."

Laras mengangguk, berjalan ke sebelah pintu mobil, bernafas dalam-dalam, agar bisa membuat jantungnya yang tidak berhenti berdetak menjadi tenang.

Dia membawa harapan yang dalam, pelan-pelan memutar kepalanya, melihat kearah dimana dia keluar.

He, Gavin tidak keluar, sungguh membuatnya resah.

Nana mengira mama terkejut sampai terengah-engah, lalu berteriak, "Mama, cepat masuk kedalam mobil, cepat."

Laras takut anaknya merasakan keanehan, lalu masuk kedalam mobil.

Randi memegang handphone dan berkata: "Kak, kami sudah keluar, kamu tidak apa-apa kan?"

"Baik, baik, aku antar Laras pulang kerumah dulu baru langsung pulang."

"Kalau begitu kita berjumpa dirumah baru bicara."

Saat Randi menelepon, tangannya terulur ke atas pintu mobil, melindungi kepala Laras masuk kedalam mobil.

Pada saat ini juga, Gavin keluar dari pintu keluar, kebetulan melihat gambaran ini, hatinya sedih, semua tanda-tanda menunjukkan kalau Laras sudah memiliki orang lain, dia sudah memulai kehidupan baru, dia tidak boleh merusaknya lagi.

Dengar dari Aaron, mereka pernah bertanya langsung pada Laras, Laras membantah kalau anak itu adalah anaknya.

Sebenarnya dia juga tidak berani berharap itu adalah anaknya, tahun itu saat dia pergi, Laras tidak hamil.

Beberapa tahun itu dia menghilang, tidak peduli Laras mempunyai pengalaman hubungan yang seperti apa, dia tidak berhak untuk mengurusi, saat itu dia menjadi mata-mata dengan tekad harus mati, dengan kejam meninggalkan sebuah surat perceraian kepadanya, berharap agar dia bisa mendapatkan kebebasan dan hidup yang baru.

Dia mencintai Laras, tidak ingin menjebaknya dengan belenggu moral, perjalanannya masih sangat panjang, dia berharap Laras bisa mencari kebahagiaannya sendiri.

Sangat beruntung, dia tidak mati, dia pulang dengan selamat.

Tapi, kalau dia hidup dengan bahagia, dia mempunyai hak apa untuk merusak?

Dia masih sangat mencintai Laras, tapi dia tetap tidak bisa melepaskan pekerjaannya sendiri, mungkin saja lain kali tetap akan menjalankan tugas yang berbahaya, kalau begitu mana mungkin dia boleh merusak kebahagiaannya sekarang hanya karena keegoisannya sendiri.

Memikirkan ini, kaki Gavin yang sudah melangkah dia tarik kembali, langsung berbalik.

"Aduh, bos, pergi kemana?“ Sonny bertanya dengan tidak mengerti, pergerakan bos biasanya sangat cepat, tapi sekarang berubah menjadi lamban dan ragu-ragu, dia benar-benar geram.

Gavin malah berkata: "Sudah periksa dengan cermat, aku pergi ke depan lihat lagi."

Melihat bos yang berjalan jauh, diam-diam Sonny mengirmkan pesan wechat kepada Vero----"Habislah, dua orang ini sudah bertemu tapi saling tidak mengenal."

Vero yang sedang di lokasi syuting mengerjakan film barunya, tapi begitu menerima pesan wechat suaminya, langsung membalas-----"Ajari dulu adikmu.”

-----“Tapi dia adalah bosku, aku tidak berani."

-----"Kamu kuno sekali."

-----"Sayang, kamu kapan pulang?"

-----"Malam nanti selesai mandi tunggu aku dirumah."

-----"Keselin, aku malu sekali."

Sonny sambil mengirimkan pesan wechat sambil tertawa pelan, setelahnya, dia langsung menyimpan handphonenya, lalu seperti tidak terjadi apa-apa dengan serius menghampiri Jino yang didepan.

"Weh, Jino, bagaimana dengan pacarmu itu? Apa sudah menikah?"

"......Bang, kamu jangan membawa sial, aku sudah izin dengan bos."

"Ehn, sudah disetujui?"

"Harus disetujui."

Sonny berdecak, "Bos malah begitu baik padamu, kenapa tidak bersikap lebih baik pada dirinya sendiri? Apa alasan yang kamu tulis?"

Jino malu-malu, dengan pelan berkata: "Untuk kebahagiaan sendiri."

"Dasar kamu anak kecil......"

"Sedang berbisik-bisik apa?!" Gavin yang ada di depan berteriak, tatapan itu, nada bicara itu, sangat mirip dengan kembalinya sanga raja, "Tidak tau sedang dalam kondisi apa disini? Masih bisa mengobrol? Cepat pergi!"

"Baik."

-----

kembalinya ke Mansion Atmaja, setelah Romo mendapat berita tentang kejadian di TK Pohon Kecil, dia langsung pulang kerumah, sampai melihat anak dan cucunya bertiga baik-baik saja, dia baru bisa tenang.

Kejadian TK Pohon Kecil membuat kegemparan yang besar, penjahat itu menargetkan anak kecil, membuat warga kota Jakarta ketakutan.

Setelah Nana dan Bobi pulang sudah baik-baik saja, begitu bertemu dengan mainan, langsung bermain dengan ribut.

Tapi begitu Laras pulang langsung mengurungkan dirinya didalam kamar, tidak bersuara, semua orang mengira dia terkejut.

Lana tertawa atas penderitaan orang lain, sambil makan sambil menertawai: "Heng, aku kira dia hebat sekali, rupanya hanya tampak kuat di luar saja, keberaniannya masih tidak bisa dibandingkan dengan anak kecil."

Reni memberinya sebuah pandangan, diam-diam berpesan padanya jangan berbicara sembarangan di hadapan Romo.

Tapi Lana tidak peduli, disini, dia adalah nona besar, apakah berbicara saja pun tidak boleh? "Ma, kamu jangan bermain mata denganku, kalau bahkan berbicara saja tidak boleh, lebih baik aku pulang ke Australia, boleh melakukan apa saja, bebas sekali."

Reni memutar bola matanya, bibirnya malah tersenyum, "Apa yang kamu katakan, mama tidak tenang membiarmu pulang sendiri ke Australia, kalau sudah ada waktu, mama temani kamu pulang beberapa hari, tapi hanya boleh beberapa hari, papamu tidak boleh aku biarkan."

Romo yang duduk diatas sofa, walaupun kepalanya menunduk melihat berita di handphone, tapi sesekali kepalanya terangkat melihat cucunya yang ada di ruangan bermain.

Dia berputar melihat Reni, "Aku tidak apa-apa, dirumah ada begitu banyak orang menjagaku, tidak kekurangan kamu."

Wajah Reni langsung berubah, intonasinya juga tidak terlalu baik, "Romo, apa maksud perkataanmu? Apa kamu sangat berharap kami bisa pergi?"

Perhatian Romo hanya tertuju pada kedua cucunya, dan juga berita yang dia baca, perkataan yang dia balas untuk Reni juga hanya asal-asalan, sekarang melihat Reni marah, kesadarannya kembali baru tau apa yang dia katakan tadi.

Dia mengernyit, ada sedikit ketidak senangan, tapi masih dengan sabar menjelaskan: "Ada apa, maksudku adalah tahun lalu kalian tidak pulang, juga sudah seharusnya pulang mengunjungi kerabat. Pelayan di Mansion Atmaja ada begitu banyak, kamu tidak perlu khawatir, lagipula Lana dirumah juga tidak melakukan apa-apa, kamu juga tidak suka anak-anak ribut, lebih baik pulang, pergi refreshing."

Begitu Lana mendengar, hatinya sangat senang, dengan tersenyum melihat Reni, "Ma, aku ini pergi pesan tiket pesawat, malam nanti kita siapkan barang, besok kita langsung pergi."

"Lana," Reni mengangkat wajahnya dengan marah melihat Reni, "Perkataan yang aku bilang padamu sudah lupa?!"

Lana menghela nafas, lalu dengan malas bersandar di sofa, "Tidak lupa......"

Romo dengan penasaran bertanya: "Perkataan apa?"

Lana menggaruk lalu melihat pada Reni, Reni berkata: "Bisa apa lagi, aku hanya menyuruhnya banyak belajar dengan Laras, cepat cari pasangan, menyenangkanmu."

Romo tersenyum, "Tidak buru-buru, Lana juga masih muda, tinggal dirumah beberapa tahun juga sangat baik."

Lana dengan senang tersenyum., "Aku suka dengar kata-kata ini, ma, sudah dengar belum?"

Reni sedikit kesal, dengan kuat mendorong kepalanya anaknya, dengan tajam melihat ke arahnya, "Kamu......" Bisa giat sedikit tidak, baik-baik tinggal dirumah, jaga baik papa kamu dan harta papa kamu?!

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu