Cinta Pada Istri Urakan - Bab 412 Cinta Bukan Harus Memiliki, Tapi Merestui

Manda dengan pelan menarik kedua sudut bibirnya, rasa sakit ** akhirnya menutupi rasa sakit di hatinya, dia tidak bisa berdiri kuat, kedua tangannya dengan kuat menggenggam tangan Tanu.

Dia berusaha bernafas, mungkin ini adalah saat-saat nafas terakhirnya.

Dia melihat Tanu, dengan tenaga terakhirnya, berkata: "Aku tau aku berutang satu tusukan padamu, tusukan ini, ku kembalikan padamu."

"Ah~~~" Suara teriakan yang nyaring tiba-tiba keluar dari mulut Maira, seluruh villa seperti sedang bergetar, "Ada orang mati, ada orang mati, berdarah, semuanya berdarah, semuanya sudah mau mati......"

Nagita langsung menutup mulut Maira, menghibur putrinya, "Tidak, mereka sedang bermain, Maira, kamu jangan takut, mereka sedang bermain membuatmu senang saja."

"Membuatku senang?" Maira menunjuk mata Manda, tertaawa lagi, "Xixixi, iya juga, bola mata Manda masih bergerak, dia sedang akting, sedang akting, hebat sekali hebat sekali."

Tanu benar-benar terganggu oleh sepasang ibu anak ini, langsung berteriak: "Diam!"

"......"

Seluruh rumah dalam sekejap menjadi tenang, bahkan suara jarum jatuh pun bisa terdengar.

Tanu menghadapi gambaran yang tidak bisa di bayangkan di depan matanya, dia tiba-tiba merasakan keputusasaan Manda, ada ibu anak yang begini yang tidak menganggapnya sebagai keluarga, seperti setan penghisap darah hanya tau meminta tapi tidak tau mengorbankan, siapapun pasti akan sakit hati.

Tenaga Manda semakin melemah, pelan-pelan melepaskan tangan Tanu.

Rasa sakit otot di dadanya menyebar ke seluruh anggota badannya, dia bisa merasakan dinginnya pisau logam yang di dalam badannya, juga merasakan hangatnya darah yang setetes demi setetes keluar dari tubuhnya.

Sampai Manda melepaska tangannya, Tanu baru tersadarkan, "Manda......" Dia langsung menggendong Manda yang terjatuh, bahkan berbicara saja tidak berani kuat, "Kenapa, kenapa melakukan ini?"

"Aku tidak ingin.......tidak ingin berutang padamu......"

Hati Tanu sangat sakit sampai berdenyut, memeluk kedua tangannya yang bergetar, "Ambulans, cepat panggil ambulans!"

Tapi, Nagita hanya menjaga Maira, hanya tau menenangkan Maira, sedikitpun tidak peduli Manda yang terus-terusan berdarah.

"Panggil ambulans, dasar wanita tua!! Kalau Manda terjadi apa-apa, aku mau kalian ikut mati!!!"

......

Begitu Rendra menerima panggilan langsung pergi ke rumah sakit, dia sangat menyesal, menyesal membiarkan Manda sendirian pergi menghadapi Tanu.

Di luar ruang gawat darurat, Tanu terduduk bodoh, tangannya sudah diperban, tapi seluruh badannya berdarah, orang yang lewat melihatnya langsung menyingkir jauh.

Dia masih belum bisa menerima perubahan tiba-tiba insiden ini, dia tidak berani mengingat detik-detik Manda menggenggam tangannya dan menusuk ke arah dadanya, kekuatan itu, penghalang itu, sakit itu, dia bisa merasakannya dengan jelas.

Tapi gambaran itu dengan kuat terekam di otaknya, tidak bisa dia lupakan.

Semakin tidak ingin mengingatya, semakin susah dilupakan.

Tusukan Manda ini, menusuk ke dadanya sendiri, juga menusuk ke dalam hati Tanu.

Terdengar suara langkah yang berantakan, begitu dia memutarkan kepalanya, langsung melihat Rendra yang semakin mendekat, dia masih belum sempat bereaksi, langsung ditarik oleh Rendra.

Rendra menarik kerah bajunya, lalu meninju wajahnya.

"Ergh......" Tanu terduduk di atas lantai, sudut bibirnya mengeluarkan darah, tinjuan ini, tidak pelan.

Rendra menarik kerah bajunya lagi, menarik Tanu yang dalam kesedihan dari tanah, menatapnya dan bertanya: "Kenapa bisa begini? Kenapa?!"

Kenapa bisa begini?.......Tanu dengan lemas tersenyum, dia juga sangat ingin tau kenapa bisa begini.

Rendra lanjut meninjunya beberapa kali lagi, Tanu sedikitpun tidak mengelak, malah sepertinya sangat menikmati.

Terakhirya, Rendra ditarik oleh suster dan orang di sebelah.

Tidak tau sudah lewat berapa lama, dokter yang memakai kostum operasi keluar dari dalam, "Siapa keluarga pasien?"

"Aku......"

"Aku adalah pacarnya," Rendra terlebih dulu berjalan ke hadapan dokter, "Bagaimana kondisinya?"

Dokter menggeleng, "Pacar tidka boleh, harus memanggil keluarganya langsung kemari, keadaan pasien sangat tidak baik, pendarahan terlalu banyak, tekanan darahnya tidak bisa naik, dan juga tusukan pisau sangat dekat dengan jantungnya, resiko mencabut pisau sangat besar, jadi harus keluarganya yang menandatangani."

Awalnya Tanu masih ingin merebut dengan Rendra, tapi mendengar perkataan dokter, seluruh badannya bergetar, dia takut Manda pergi begini saja.

Pada saat-saat penting, Rendra dengan yakin berkata: "Dokter, keluarganya sekarang ini tidak bisa kemari, aku adalah orang terdekatnya disini, aku bisa menandatanganinya, tidak peduli apapun yang terjadi, aku bisa bertanggung jawab."

Kondisi sangat mendesak, dokter juga tidak mempunyai waktu untuk ragu, hidup mati ada di detik ini, "Baiklah, kamu tandatangan disini."

Rendra dengan kuat memegang pulpen, seperti memegang nyawa Manda, dia dengan serius menandatangani setiap halaman dengan namanya.

Begitu dokter melihat namanya, langsung bertanya: "Anda adalah walikota Rendra?"

Rendra: "Tidak, aku sudah pindah bagian. Dokter, tolong, harus menolongnya."

"Baik, kami pasti akan berusaha." Doker membawa surat persetujuan operasi dan surat pemberitahuan kritis, dengan tergesa-gesa masuk kedalam.

Pintu ruang gawat darurat tertutup lagi, lorong menjadi tenang, sampai suara bernafas mereka terdengar dengan jelas.

Kondisi Tanu sudah sangat runtuh, dia duduk disana, membungkuk, memeluk kepalanya, seperti bergumam sendiri, juga seperti berbicara kepada Rendra.

"Mungkin ini adalah dosaku, aku pernah mempermainkan begitu banyak wanita, bagiku, wanita seperti barang yang bisa dipanggil kesana kemari, aku tidak pernah tulus terhadap wanita. Tapi, saat aku mengusahakan semuanya untuk mendapatkan seorang wanita, dia malah tidak memperdulikanku."

"Saat Manda bersamaku beberapa waktu ini, aku tidak pernah melihatnya tertawa dengan bahagia, malah sering melihatnya menangis. Setiap kali putus denganmu, dihadapanmu mulutnya sangat ngotot, begitu memutarkan badannya, air matanya langsung turun, gambaran seperti ini, sepertinya aku tidak akan bisa melupakannya selamanya."

"Hari ini, dia bilang dia mau membayar uangku, dia ingin membatalkan perjanjian kami, dia tidak ingin menikah denganku, aku tau ini adalah perkataanya yang dari dalam hatinya, dia selalu sangat membenciku, tentu saja tidak ingin menikah denganku. Hehe, aku tidak bersedia, aku melakukan begitu banyak hal untuk mendapatkannya, bagaimana mungkin aku bisa menyetujuinya?"

"Aku begitu mencintainya, bahkan deminya aku mau mati, tapi dia, lebih memilih menusuknya sendiri, juga tidak bersedia berutang padaku."

Sambil berkata, diam-diam air mata Tanu menetes.

"Aku sangat menyesal dulu melakukan begitu banyak hal yang tidak masuk akal, aku sangat menyesal dulu tidak sepertimu menjadi orang yang baik, kalau aku tidak begitu sampah, mungkin saja, aku masih bisa bersaing denganmu."

"Karena Manda, akhirnya aku tau apa itu cinta, tapi karena keegoisanku dan kekanak-kanakkanku, malah tidak mengerti bagaimana mencintainya. Aku mengira mencintainya maka harus memilikinya, sekarang aku baru mengerti kesalahan besarku sendiri, cinta bukan harus memiliki, tapi merestui.

Novel Terkait

Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu