Cinta Pada Istri Urakan - Bab 173 Keuntungan Harus Selalu Disimpan Untuk Orang Sendiri

Alasan Tanu disukai banyak artis wanita, selain karena dia kaya, dia juga tampan dan berbakat.

Dia lahir dikeluarga yang kaya, memiliki harta yang kebanyakan orang sulit untuk dimiliki walaupun sudah bekerja untuk beberapa kali kehidupan.

Jelas-jelas bisa mengandalkan latar belakang keluarga, tapi dia juga mengandalkan bakatnya.

Tanu yang tahun ini menginjak 30 tahun adalah magister termuda bidang keuangan di MIT (kampus terkenal di Amerika), dan juga nilai setiap pelajaran adalah 100, rekor ini sampai hari ini belum ada yang memecahkannya.

Artis-artis wanita yang mempunyai impian mewah, semuanya memeras otak untuk memikirkan berbagai cara untuk mendekatinya.

Kaya, berkuasa, tampan, dan berbakat, dirinya terlalu baik, karena itu dia sombong dan sangat mendominasi.

Dimatanya, cinta, tidak lebih penting dari keuntungan.

Ayahnya berkata, walaupun skala keluarga Atmaja lebih kecil, tapi kemajuan sangat cepat, bisa dibilang sangat berpengaruh, adik laki-laki Rama adalah Romo yang sangat kaya, terlebih menantu laki-laki keponakan Rama adalah anggota keluarga Pradipta, keluarga yang paling hebat di Jakarta, mempunyai bapak mertua yang mencapai kesuksesan dengan cara lain seperti ini, bagi keluarga Dibyo benar-benar menambah hal yang sempurna kedalam hal yang sempurna.

Mengenai Maira itu, wajahnya tidak buruk, sesuai dengan tipe dewasa yang dia suka.

Jadi, orang rumah menyuruhnya mengejar Maira, maka dia mengejarnya, orang rumah menyuruhnya untuk menikahi Maira, dia juga menikahinya.

Tanu hari ini memakai setelan tuksedo biru kabut, dalam serangkaian tuksedo hitam, tuksedo biru itu tampak sangat hidup.

Sikap semangat pria itu, sosok yang tampan dan tegap, berdiri bersama Maira yang seperti dewi, benar-benar pasangan yang diciptakan alam.

Saudara dan teman kedua belah pihak, semua melihat sampai mengangguk kepala memuji.

Upacara selesai, jarak waktu sampai pesta makan malam masih sangat lama, semua orang beristirahat dirumah.

Setelah membawa kakek ke kamar untuk tidur siang, Laras kembali ke kamar Manda, menanyainya hal mengenai rumah.

Manda berkata: "Detailnya aku tidak tau, aku hanya pernah mendengar sedikit dari percakapan mereka, sepertinya papaku ingin membangun ulang usaha Atmaja, awalnya paman kedua setuju, lalu mungkin karena paman kedua tau kalau keluarga Atmaja beberapa tahun ini tidak pernah berlaku baik kepadamu, tiba-tiba langsung tidak ingin. Lalu Tere Liye yang mengeluarkan modal, keluarga Atmaja baru bisa seperti hari ini."

Mendengar nama Tere Liye, Laras merasakan jijik dari dalam hatinya, walaupun waktu itu adalah sebuah salah paham, dia dengan Tere Liye tidak terjadi apa-apa, tapi asal memikirkan wajah Tere Liye yang membuat orang tercekat, dia langsung tidak nyaman.

Manda lanjut berkata: "Papa dan mama aku dua orang ini kamu bukannya tidak tau, sedikit keberhasilan aja langsung membuat mereka sombong sekali, sekarang keluarga Atmaja sudah masuk kepasar, mereka lebih sombong lagi, setiap membicarakan keberhasilan sekarang ini, selalu harus menghina paman kedua dulu."

Laras tiba-tiba sadar, rupanya seperti itu.

Nada bicara bibi yang sangat membingungkan, pandangan paman yang penuh benci, ini semua menurutnya, semuanya adalah ekspresi keberhasilan orang licik.

Manda menarik erat tangan Laras, tiba-tiba dengan penuh emosional berkata: "Ras, aku dengan tulus meminta maaf kepadamu, atas papa dan mamaku yang dulu tidak memperlakukanmu dengan layak, dan sengaja menjebakmu, sekarang malah memojokkanmu."

Manda yang seperti ini, membuat Laras sedikit tidak terbiasa, dia dengan tersenyum berkata: "Kamu ini bodoh sekali, minta maaf apanya, walaupun mereka ribut sampai seperti apa, kita selalu kakak adik, ya kan?"

"Ya, harus." Manda mengalihkan pembicaraan, berkata, "Karena kita kakak adik, kalau begitu kebahagiaan kakak minta tolong kepadamu ya."

"Ha?"

"Rendra sekarang ada kabar apa?"

"......"

Pencarian panas kabar Rendra berhenti, setelah dua hari dengan cepat sudah dihilangkan oleh berita lainnya.

Kasus dia menyangkut dengan kasus wilayah militer, hasil pemeriksaan lebih lanjut tidak dipublikasikan.

Jadi pengetahuan publik terhadap hal ini masih berhenti di tahap pemeriksaan pemberhentian walikota.

Manda bertanya seperti ini, Laras sebaliknya sedikit kesulitan, setelah dipikir-pikir, dia hanya berkata: "Setau aku, kakak pertama selalu berdiam dirumah, tidak mengerjakan apapun, tidak pergi kemanapun."

"Bukankah itu bisa membunuhnya? Laras kamu berikan saja nomornya padaku bisa tidak?"

"......"

"Ras, bukannya kita kakak adik?"

",,,,,,,"

Disaat Laras serba salah, kamar pintu tiba-tiba terbuka, tidak ada ketukan pintu, langsung didorong orang dari luar.

Kedua orang memutarkan kepalanya melihat kesana, hanya melihat pria didepan pintu juga terdiam.

Tanu tertegun melihat kedua wanita didalam itu, matanya bolak-balik melirik mereka berdua.

"Kakak ipar?" Manda memanggil dulu, berjalan kesana bertanya, "Kamu mencariku?"

Tanu dengan tertawa melihat Manda, rupanya ini adalah calon adik iparnya, Adik ipar yang begitu cantik dan ceria.

"Oh, ini kamarmu, aku naik mencari kamar mandi, dibawah ada yang pakai, orang dibawah bilang naik keatas belok jalan sampai ujung sudah benar, tapi aku tidak menyangka adalah kamarmu." Tanu menjelaskan.

Manda: "Kamar mandi diujung disebelah satu lagi."

"Baik, terimakasih." Tanu berjalan mundur, pandangannya melampaui Manda melihat kearah wanita didalam, dia langsung terdiam lagi.

Hanya melihat wanita itu duduk didepan jendela, cahaya matahari masuk menyinari badannya, dia berbalik kesamping, mata besarnya terangkat dan melihat kearah sini, bola mata seperti anggur gelap dan cerah.

Gambaran itu, cantik.

Awalnya mengira Maira sudah cukup cantik, dibandingkan artis yang di dunia hiburan yang tidak sanggup dilihat kalau tidak berdandan, Maira termasuk cantik alami.

Tetapi, dibandingkan dengan kedua gadis muda ini, apalagi dibandingkan dengan wanita yang duduk di depan jendela, Maira lebih kurang.

Tanu bertemu sangat banyak wanita, wanita seperti apa yang tidak pernah dia termui, dandanan bisa berubah, wajah bisa berubah, tapi pandangan seseorang tidak bisa berubah, pandangan kedua wanita ini sejernih kristal, membuat orang sekali lihat saja langsung susah untuk dilupakan.

Tanu yang awalnya bersiap untuk keluar, dengan sopan bertanya, "Namamu Manda?"

"Eumh, benar, halo kakak ipar."

Pandangan Tanu menunjuk kearah Laras, "Kalau dia?"

Tampaknya, Laras tidak bisa tidak berjalan kedepan, "Halo kakak ipar, namaku Laras, adik sepupu kak Maira."

"Manda, Laras," Pandangan Tanu melihat menilai mereka, "Sangat senang mengenal kalian, nantinya kita semua satu keluarga." Anak perempuan keluarga Atmaja, benar-benar satu lebih cantik dari satunya.

"Oh, kamu istri Ketua Pradipta, Laras, benarkan?" Dia tiba-tiba teringat, jangan katakan hatinya seberapa kecewa.

Tentang Gavin tiba-tiba menikah, dilingkaran mereka lumayan heboh juga.

Laras menganggukkan kepalanya berkata: "Benar, aku orangnya, pasti sudah membuat kakak ipar tertawa ya."

"Tidak tidak tidak, aku yang terlalu berani, kalian lanjut ngobrol, tidak mengganggu kalian."

Sebelum pergi, Tanu memberi Manda senyum suram, istri Gavin dia tidak berani ganggu, tapi adik ipar sendiri, keuntungan harus disimpan untuk orang sendiri.

Manda membeku, juga tidak tau dia sendiri yang salah sangka atau bagaimana, hanya saja merasa Tanu ini aneh.

Menutup pintu, Manda menggarukkan kepalanya, bertanya: "Laras, kamu merasa kakak ipar orang ini bagaimana?"

Novel Terkait

Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu