Cinta Pada Istri Urakan - Bab 469 Kamu Tidak Mengakaliku Maka Aku Sudah Berterimakasih Padamu

Diluar sudah turun hujan, hujan gerimis di musim semi terus turun, tidak deras, tapi juga tidak ada tanda-tanda akan berhenti.

Laras sambil membawa payung berjalan di tengah hujan, Gavin kehujanan ikut di belakangnya.

Dia memakai kaos katun berlengan pendek warna hijau tentara, begitu terkena air akan berubah menjadi warna hijau gelap, saat ini pundak dan punggungnya sudah basah, tampak sangat jelas.

Laras yang memakai sweater saja merasa kedinginan, dia melihat Gavin yang memakai kaos berlengan pendek, dan juga sedang kehujanan, merasa semakin dingin lagi.

Oleh karena itu, seperti dibisik oleh setan, langkahnya berhenti, memegang payung, berdiri di posisi awal menunggunya.

Gavin melangkah maju, dengan natural mengambil alih payung dari tangannya, dua orang dibawah satu payung, “Terimakasih."

Laras tidak berani melihat matanya, sambil berjalan sambil bertanya: "Kamu sungguh bisa membantuku menyelidikinya?"

"Yang lainnya aku tidak berani katakan, tapi soal menyelidiki, aku berani, tidak ada yang lebih profesional dariku lagi."

"Tapi kakekku sudah meninggal, hanya dengan 2 butir obat, juga tidak bisa membuktikan apa-apa."

"Kalau begitu kenapa kamu pasti sekali Reni yang membunuh kakek?"

Laras berpikir, dia tidak mengatakan apapun, tapi Gavin sudah menebak apa yang ada di otaknya, karena ada seseorang penyelidik yang hebat, juga begitu kenal kakek dan Reni, kalau tidak digunakan bukankah sia-sia sekali?

Oleh karena itu dia berkata: "Kakek ada sebuah catatan harian, ada di mobilku, kamu akan mengerti begitu melihatnya."

"Baik."

Mobil Laras berhenti di parkiran di tepi jalan, begitu dia berjalan dekat baru sadar, sebuah mobil besar berhenti didepan mobilnya, bukankah itu mobil Gavin?!

Gavin malah dengan wajah terkejut berkata: "Ini mobil kamu ya, kebetulan sekali, sama-sama parkir disana."

Laras memutarkan bola matanya, dia tidak menjawab, siapa yang kebetulan denganmu, aku sungguh kebetulan sekali bisa hidup sama-sama denganmu di abad 21.

Setelah masuk ke dalam mobil, Laras tidak berlama-lama, langsung membukakan halaman terakhir catatan harian dan menunjukkan pada Gavin, "Ini adalah tulisan peninggalan kakek."

Gavin mengerutkan keningnya, tidak terkejut juga tidak heran, tapi sangat sakit hati dan menyayangkan, memikirkan ketidak berdayaan dan ketakutan orang tua, dia merasa sangat sedih.

"Bagian depan catatan harian kakek apa ada mengungkit tentang ini?"

"Tidak ada, setelah kakek tinggal di Mansion Atmaja, tubuhnya selalu tidak sehat, dia hanya menulis sampai paman masuk penjara, saat itu kakek sudah didiagnosis ada alzheimer ringan, aku menebak saat itu kakek tidak tau ada yang ingin membunuhnya, dan juga dia juga pelupa, juga tidak bisa mengingat semuanya."

"Apakah catatan harian ini boleh diserahkan padaku?"

Laras ragu.

"Kamu tenang, aku hanya ingin menelitinya, mengidentifikasi tulisan ini memastikan kalau ini adalah tulisan kakek, tunggu kalau sudah selesai diidentifikasi akan langsung kukembalikan padamu, aku jamin akan sama seperti semula tidak lecet sedikitpun."

"Baiklah."

"Bagaimana kamu menemukan botol obat?"

"Beberapa hari yang lalu dirumah sedang merapikan barang peninggalan kakek, ketika pekerja membersihkan baju kakek, botol ini keluar dari tumpukan baju kakek, juga dibungkus dengan plastik zipslock, aku merasa aneh makanya menyimpannya. Mengenai pil obat yang kecil itu dijepit di catatan harian, saat aku membukanya dia keluar dari dalamnya."

"Apa barang peninggalan kakek masih ada?"

"Saat itu tidak terpikir akan seperti ini, makanya saat para pekerja membersihkan aku juga tidak memperdulikannya, sekarang sudah dibersihkan, hanya tersisa catatan harian ini."

"Sudah dibersihkan semua? Bagaimana dengan koleksi antik kakek itu? Itu lumayan berharga."

Membicarakan ini, Laras semakin marah, "Kakek semasa hidup mengoleksi sangat banyak kaligrafi antik, awalnya papaku ingin membersihkan kamar kakek dan meletakkan koleksi yang kakek tinggalkan, rupanya saat dibersihkan baru sadar kalau barang yang berharga semuanya sudah hilang. Lana mencari kesemoatan disaat kakek sakit, mencuri semua koleksi kakek, menjualnya, semuanya sudah habis tak tersisa."

"......."

"Dia bilang kalau kakek yang memberikan padanya, tidak mau mengaku, kami juga tidak bisa melakukan apa-apa padanya. Tapi untungnya lukisan Picasso itu masih ada, dia bilang kalau pembeli takut itu adalah barang palsu makanya tidak berani membelinya, makanya masih bisa disimpan. Diantara semua barang koleksi kakek, lukisan picasso itu yang paling berharga, untungnya masih ada."

Gavin merasakan rasa sakit yang menyedihkan, kakek baru saja bisa berkumpul dengan anaknya, tidak disangka malah dijatuhkan oleh istri anaknya dan cucunya seperti itu."

"Kalau aku tidak pergi, mungkin saja kakek masih bisa lebih bahagia, mungkin saja bisa lebih cepat mengetahui kalau obat kakek sudah diganti, mungkin saja kakek tidak akan meninggal secepat ini. Aku tidak akan bisa melupakan pandangan kakek yang putus asa, sedih, dan ketakutan ketika akan meninggal, dia sampai matipun tidak bisa memejamkan matanya."

Gavin duduk di kursi penumpang, melihat Laras begitu sedih, ingin menepuk pundaknya.

Tapi, tangannya masih belum menyentuhnya, Laras langsung menghindar.

"Kamu sudah lihat, apa kesimpulanmu?" Dia bertanya dengan dingin.

Tangan Gavin yang berhenti di udara hanya bisa ditarik kembali, dengan canggung menggerakkan kepalanya, "Juga yang artinya sekarang tidak ada bukti menguntungkan yang lainnya yang bisa membuktikan kalau obat kakek sudah diganti."

"Benar."

"Kalau begitu aku juga tidak bisa begitu cepat menyimpulkannya, menyelidik harus melihat bukti, bukan firasat."

"Apa bisa diselidiki?"

"Asalkan mereka pernah melakukannya, pasti akan meninggalkan jejak, dan juga yang mereka temui adalah aku, didunia ini yang ada hanya tidak aku periksa, tidak ada yang tidak bisa kudapatkan kalau ingin kuperiksa."

"......" Walaupun kata-kata ini sangat enak didengar, tapi kenapa Laras sangat khawatir? Khawatir apakah Gavin akan memriksa anak mereka, hal itu tidak boleh terjadi.

Sambil berkata, Gavin mengeluarkan handphonenya, berkata: "Tambahkan kontakku, kalau ada kabar akan langsung kuhubungi."

Laras berhenti sebentar, oksigen di mobil juga seperti mengepul menjadi satu.

"Ekhem......Berteman agar bisa lebih mudah berkomunikasi," Gavin melihat Laras yang tidak peduli, lalu menyimpan kembali handphonenya, "Aku masih nomor yang lama, kalau kamu ingin bertanya perkembangannya, langsung telepon aku saja."

Laras dengan dingin membongkar: "Kamu jendral Pradipta ada kemampuan yang begitu hebat, kalaupun aku mengganti nomorku kenapa, apa masih ada hal yang tidak bisa kamu dapatkan? Sesama orang bisa jujur sedikit tidak? Kamu tidak mengakaliku maka aku sudah berterimakasih padamu."

"......" Gavin tidak bisa berkata-kata, dia sudah bilang kalau triknya yang sengaja meminta nomor handphone ini tidak baik, Sonny ngotot bilang baik, kakak ipar ini sungguh tidak bisa diandalkan.

"Sudah tidak ada masalah lagi, aku masih ada urusan mau pergi dulu, kamu turun."

"......" Gavin melihat keluar jendela, dengan canggung berkata: "Seperti hujannya lebih deras dari tadi."

"Bukankah mobilmu ada didepan, hujan badai saja kamu bisa berlari beberapa kilometer, ini hanya beberapa langkah, hujan sekecil ini, apa yang kamu takutkan?"

"......"

"Turun!"

"Baik, baik." Gavin menyimpan catatan hariannya, dengan tidak rela turun dari mobil.

Laras menyetir mobilnya pergi, sesekali melihat kaca spion, mobil Gavin masih mengikutinya.

Dia mengatakan pada dirinya sendiri, dia tidak hanya pulang dengan hidup-hidup, juga dengan selamat tanpa ada luka sedikitpun, ini adalah kabar yang sangat bagus, tapi, dia tidak bisa memaafkannya begitu mudah, apa haknya dia bilang cerai langsung cerai, apa haknya dia mau balikan langsung balikan?

Apalagi, dia juga tidak bilang mau balikan, mungkin saja dia sudah berpasangan dengan Jenny, dia masih disini perasaan sendiri.

Memikirkan Jenny, memikirkan hari itu gerakan mereka yang intim, dia ada kesedihan dan kesulitan yang tidak bisa dikatakan.

Novel Terkait

Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu