Cinta Pada Istri Urakan - Bab 387 Takut Tidak?

"Jangan bergerak!" Ketua penjaga langsung mengarahkan pistolnya kearah pria bertopeng.

Pria bertopeng itu menarik Laras dengan kuat kearahnya, menahan tenggorokan Laras dengan tangannya.

Laras semakin menderita, mulutnya terbuka tapi malah tidak bisa berbicara, bahkan bernafas saja menjadi sangat sulit.

Enam orang penjaga hanya ada ketua seorang yang berpistol, ketua sudah pensiun militer 10 tahun, walaupun badannya masih kuat seperti dulu, tapi sudah lama kehilangan kualitas fisik dan jiwa pada saat menjadi tentara.

Dia juga pertama kali menghadapi kondisi yang tiba-tiba ini, ini adalah kediaman Gavin, petang hari begini tidak disangka ada pembunuh yang menerobos masuk.

Saling menghadap seperti ini, ketua sudah berkeringatan.

Laras semakin tidak bisa bernafas, dia melihat semua bawahan yang sangat ketakutan, melihat Yuni yang berdarah diatas lantai, juga melihat nenek yang panik.

Dia tidak mau mati.

Pandangannya mengarah kebawah, melihat pecahan vas bunga yang ditembak tadi tepat disebelah kanan tangannya.

Bagian atas vas yang pecah, ujungnya sangat tajam.

"Lepaskan nyonya muda, kalau tidak aku akan menembak." Nada bicara kepala sangat tegas, kalau dia tidak bisa melindungi tuan rumah wanita di kediaman Gavin, dia mana ada muka untuk tinggal disini lagi?!

Tangan si pria bertopeng menguat, menggunakan Laras menakuti semua orang disini, "Menjauh, kalau tidak nona muda kalian akan mati sekarang juga, menjauh!"

Semua orang terpaksa mundur, nyawa nona muda ada ditangannya.

Yuni tersadarkan, susah payah mengangkat kepalanya dari tanah, mulutnya dipenuhi darah.

Dia melihat tidak jauh dari kakinya ada sebuah pistol.

Jadi, dia terus berbaring dibawah tanah, memanfaatkan keadaan waktu mereka berhadapan bernegosiasi, diam-diam menggunakan jari kakinya mengait pistol dikakinya.

Sedangkan Laras, juga bersiap-siap untuk menolong diri sendiri, tangannya pelan-pelan terulur mengambil vas bunga.

Dia semakin tidak bisa bernafas, kalau tidak mengeluarkan tenaganya, mungkin dia benar-benar tidak bisa mengerahkan tenaganya lagi.

Saat itu, dia juga tidak tau keberanian darimana, berteriak kuat "Ya!", dengan kekuatan seluruh tubuhnya menancapkan ujung vas bunga yang tajam ke kaki pria bertopeng.

Vas bunga melukai pria bertopeng itu, tapi dia tidak melepaskan tangannya, hanya saja badannya langsung miring.

Luka sekecil ini tidak membuat pria bertopeng itu kalah, "Wanita sialan!" Dia menyumpahi, dengan lebih kuat lagi mencekik leher Laras.

"Ergh......" Laras menjinjit, mulutnya terbuka, matanya sampai berputar menjadi putih, sama sekali tidak bisa bernafas.

"Wanita sialan, cari mati ya? Kalau begitu kubuat kamu lebih cepat mati!!"

Waktu ini juga, Yuni menggunakan kesempatan, mengangkat pistol mengarah ke kepala pria bertopeng itu, lalu menarik pelatuknya dengan yakin.

Suara tembakan terdengar, Laras merasa gendang telinganya hampir pecah, peluru itu melewati sebelah telinganya.

Detik selanjutnya, dia merasa lehernya dilepas, pernafasannya juga lancar, kakinya juga menyentuh tanah.

Terdengar suara tembakan lagi, Yuni menembak kearah pria bertopeng itu kedua kalinya.

Mata pria itu terbuka, seperti tidak rela melewatkan kesempatan membunuh, juga terkejut dengan tembakan tepat Yuni, langsung jatub terkapar dilantai.

Semua orang lega, "Nyonya muda, nyonya muda......"

Kedua kaki Laras lemas, terjatuh diatas lantai.

-----

Suara sirine sudah berhenti, bahaya di kediaman Gavin juga terselesaikan.

Setelahnya, polisi memblokir kediaman Gavin, mengurusi TKP.

Nenek, Laras dan Yuni diantar ke rumah sakit.

Nenek karena terkejut, bagian leher Laras ada luka biru, Yuni yang paling parah, tulang hidungnya patah.

Setelah Laras memastikan kalau nenek baik-baik saja, langsung segera menjenguk Yuni, dia melihat Yuni, dengan penasaran bertanya: "Yuni, kenapa kamu ada di kediaman Gavin?"

"Erg......Ini......" Yuni tergagap, takut kalau memberitahukan yang sebenarnya bisa membuat kakak ipar marah.

"Apakah Gavin meyuruhmu mengikutiku?"

Yuni cengengesan, "Bukan mengikuti, tapi melindungi, aku sedang melindungimu."

Laras: "Sejak kapan kamu mengikutiku?"

Yuni berpikir, menyerah dan berkata: "Sudah sangat lama, jarak beberapa hari dari kemarin ketahuan olehmu, tapi kamu tenang saja, aku bukan menemanimu setiap menit setiap detik, hanya dalam kondisi kalau kepala jendral sedang tidak ada, kamu keluar, aku baru mengikutimu diam-diam. Kenyataan membuktikan, kepala jendral memberiku tugas ini, sangat masuk akal, kamu lihat keadaan tiba-tiba hari ini, pembunuh sampai masuk ke kediaman Gavin."

Setelah dipikir-pikir juga merasa takut, Laras berkata: "Kamu hebat sekali, untung ada kamu, kalau tidak nyawaku tidak akan tertolong."

"Kalau begitu aku sebagai penjaga gelap juga termasuk berhasil, kakak ipar, aku ingin memohon satu hal padamu," Yuni dengan tulus memohon, "Jangan menolak pekerjaanku, kepala jendral benar-benar takut kamu ada bahaya, kalau kamu tidak mau aku lagi, aku kembali pasti terkena hukuman lagi."

Laras: "Kemarin hukuman kamu apa?"

Yuni: "Setiap hari berlari 10 km selama setengah bulan."

Laras: "......"

Laras: "Yuni, kamu adalah penyelamatku, tidak perlu bilang tugas atau tidak tugas, aku benar-benar berterimakasih padamu, lain kali asal kamu membutuhkan bantuanku, aku akan membantumu semampuku."

Yuni: "Kakak ipar berlebihan, aku hanya memohonmu agar mengizinkanku mengikutimu dan melindungimu saja."

Laras sedikit tak berdaya, tapi juga tidak menolak lagi, "Baik, terimakasih Yuni."

Yuni menggeleng kepalanya, walaupun tulang hidungnya sangat sakit, tapi juga tertawa dengan sangat senang.

Kakak ipar bilang kalau dia sudah menyelamatkan kakak ipar, sebenarnya kakak ipar tidak tau, kalau bukan kepala jendral, tidak akan ada Damar dan Yuni kakak adik ini hari ini., dia hanya berbalas budi, bukan tugas.

Gavin waktu mendapatkan laporan langsung pergi ke rumah sakit, melihat Laras yang masih sangat sehat dan aktif, baru bisa tenang.

"Jangan bergerak, biar kulihat." Dia mengangkat dagu Laras pelan-pelan, lehernya ada bekas luka yang sangat jelas, takutnya tidak akan hilang dalam 3 hari, tangan kanannya juga tergores luka, kata dokter sarafnya hampir saja putus.

"Takut tidak?"

Laras mengangguk, dia memang sangat takut.

"Maaf, karenaku, kamu harus menanggung hal yang tidak seharusnya."

Laras menggeleng lagi, lalu memberinya senyuman yang menenangkan, "Lagipula kan juga tidak apa-apa? Nyawaku sangat besar, lagipula juga ada Yuni yang melindungku, kali ini kamu harus menambah gajinya ya."

Gavin dibuat tertawa karena sikapnya yang tak berperasaan, "Tambah, pasti tambah, sangat banyak."

Lalu mereka kembali ke kediaman Gavin, ruang tamu sudah kembali normal, tidak tampak setitikpun bekas luka, setitik darahpun juga tidak tampak.

Kepala penjaga dengan serius meminta maaf kepada Gavin, karena ada penjahat yang menerobos masuk dan juga membuat nyonya muda terluka, jadi dia meminta untuk mengundurkan diri.

"Pak Hu, kamu tidak perlu merasa bersalah, aku bukannya tidak lihat kalau kamu mengabdi sepenuh hati di kediaman ini selama 10 tahun, kali ini penjahat itu terlalu licik. Besok aku akan menyuruh beberapa orang baru datang, menambah tingkat keamanan kediaman Gavin, masih membutuhkanmu untuk mengarahkan mereka."

Kepala penjaga sangat berterimakasih, "Baik, terimakasih tuan muda."

Gavin menenangkan semua orang, kediaman Gavin segi penampilan memang tampak sudah kembali tenang, tetapi luka dihati semua orang tidak akan mungkin sembuh dalam waktu dekat.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu