Cinta Pada Istri Urakan - Bab 531 Permintaan Maaf Keluarga Pradipta

Pesta makan hari ini, walaupun katanya pesta ulang tahun, tapi, perhatian semua orang hanya tertuju pada Gavin dan Laras berdua.

Saat Laras baru pulang ke dalam negri, rumor bertebaran dimana-mana, kata-kata yang mencelanya sangat keterlaluan, dia juga tidak pernah menjelaskannya kepada orang lain.

Lalu Gavin kembali, sepanjang hari hanya dengan Laras dan kedua anaknya, rumor yang baru pun muncul lagi, hanya saja karena berhubungan dengan Gavin, semua orang tidak berani mengatakannya secara terang-terangan.

"Cepat lihat, pemeran utama hari ini sudah datang."

"Duh, pantas saja jendral Pradipta tidak bisa melupakan Laras, kamu lihat, dia sudah melahirkan dua orang anak, tapi masih sama seperti gadis muda."

"Ini disebut kecantikan alami, kita tidak bisa cemburu dengan itu."

“Kemampuannya mencari pria juga kita tidak bisa cemburukan, 4 tahun itu selama jendral Pradipta tidak ada, kebetulan bisa membiarkannya keluar berjalan-jalan, jendral Pradipta sudah kembali, masih bersedia menerimanya."

"Nyonya Pradipta baru tidak lama kemarin menyuruhku mengenalkan seorang perempuan kepada jendral Pradipta, juga tidak tau membuat trik apa, membuat Allan dan Anna menerimanya lagi."

"Apa karena Allan dan Anna mengiginkan cucu laki-laki sampai gila? Bahkan darah daging orang lain juga tidak keberatan?"

"Tidak mungkinlah, ini pasti ada alasan dibaliknya."

"Bisa ada alasan apa lagi, cara Laras pintar."

Saat ini, Christian entah kapan muncul di belakangan mereka, "Bibi, nyonya Zhang, kalian berdua berbicara disini bebas sekali, mmebicarakan orang lain tidak perlu tanggung jawab ya?"

Marsel terkejut, nyonya Zhang juga terdiam.

Marsel adalah bibi Rendra, mama kandung Sandra, dia adalah orang yang selalu suka menjelek-jelekkan orang lain.

Kedua orang tau akan dirugikan, saling melihat lalu melihat ke arah lain.

Setelah di tolak Laras sekali lagi, Christian keluar negri lagi.

Hatta juga berharap anaknya bisa banyak berlatih, maka tidak banyak mencampuri, melihat kerjaan anaknya yang semakin stabil, dia juga sangat lega.

"Pa, aku sudah kembali, untung saja aku sempat datang."

Hatta melihat wajah anaknya yang kelelahan, dengan tidak rela berkata: "Cepat duduk istirahat, begitu turun dari pesawat langsung kemari, sudah melelahkanmu."

"Tidak, sedikitpun tidak." Christian begitu duduk langsung, dengar-dengar mereka......sudah balikan.

Saat ini Laras sudah di kelilingi para tetua, Nana dan Bobi tidak pernah melihat situasi seperti ini, bersembunyi dibelakang mama, mata besar mereka melihat kiri kanan.

"Mirip, sungguh mirip," Nenek melihat Bobi, sambil mengomel, "Bobi ini sangat mirip dengan Gavin saat masih kecil, sungguh persis, sini, sini, cucu, kemari biar nenek lihat."

Bobi malah memeluk mamanya dengan erat, sedikit takut, "Mama, aku ingin pulang."

Orang disini terlalu banyak, dan juga semuanya adalah orang asing, sedikitpun tidak seru.

Nana juga berkata: "Mama, aku ingin pulang, kakek, kita pulang ya?"

Romo memegang kepala kecil Nana menghiburnya, "Jangan takut, ada kakek, nanti kakek bawa kamu pergi main bom-bom car."

Romo melihat nenek, berkata: "Nyonya tua, anak-anak tidak tau apa-apa, jangan terburu-buru."

Mata nenek berair, melihat Bobi, lalu melihat Nana, terakhir pandangan jatuh pada Laras, dalam sekejap dia tidak bisa mengatakan apa-apa, lalu menarik tangan Laras, terus menangis.

"Nenek," Rasa sakitnya tiba-tiba menyerang hatinya, Laras juga tidak tau kenapa, "Nenek, aku sangat baik, aku tidak apa-apa, kamu jangan seperti ini."

Nenek hanya menghela nafas: "Laras, cucuku bersalah padamu, nenek juga, nenek tidak berani membayangi beberapa tahun ini bagaimana kamu melewatinya sendiri, kamu sudah kesusahan....."

"Tidak, sebenarnya menjaga anak-anak sangat senang."

"Terimakasih, terimakasih kamu melahirkan dua anak yang cantik dan tampan seta pintar, nenek sangat tulus berterimakasih padamu.

".......’

Nenek bisa berkata ini, Laras sedikit terkejut, mendengar perkataa nenek, mereka sudah mengakui Nana dan Bobi.

Tapi, keluarga Pradipta terkenal melakukan sesuatu dengan teliti, tidak mungkin hanya karena wajah anak-anak mirip dengan Gavin, langsung percaya dengan status anak-anak, mereka pasti sudah memeriksanya.

Tapi, dia selalu bersama dengan anak-anak, bagaimana keluarga Pradipta mendekati anak-anak.

Dia memutarkan kepalanya dengan cepat melihat Gavin, melotot padanya, dengan pandangan bertanya padanya----"Kapan kamu memeriksanya? Bagaimana kamu memeriksanya? Apa kamu baik kepada kami karena sudah tau status anak-anak? Kalau bukan anak kandungmu, apakah tidak akan ada pesta hari ini?"

Tapi, bagaimanajuga Gavin bukan cacing di perutnya, walaupun sangat mengerti dia, juga tidak belajar mengerti begitu banyak isyarat dari tatapannya, yang hanya bisa dia rasakan adalah, Laras pasti marah karena dia memeriksa status anak-anak.

Gavin baru mau berbicara, Anna langsung berkata: "Laras, hari ini semuanya ada disini, biarkan para kerabat dan teman menjadi saksi, aku Anna, aku minta maaf padamu karena semua hal yang pernah kulakukan padamu."

Laras sangat terkejut, awalnya mengira hanya mengakui hubungan saja, menyuruh anak-anak memanggil kakek dan nenek, tapi tidak disangka, Anna juga akan berkata seperti ini.

Lalu ada Allan juga, Allan yang sudah lama duduk kursi roda, menunjukkan ketulusannya, dibantu berdiri oleh orang disebelahnya, dengan kesusahan berdiri dari kursi roda.

Wajahnya juga dengan sangat tulus, melihat Laras, berkata: "Laras, keluarga Pradipta bersalah padamu, berharap kamu bisa memaafkan kami, juga bisa membiarkan kami membantumu meringankan menjaga dan mendidik anak-anak."

Laras terdiam, otaknya kosong.

Gavin menarik lengan tangan Laras, dengan pelan berkata: "Laras, maaf."

Laras seperti bermimpi, orang yang paling tua di keluarga Pradipta meminta maaf padanya, kedua orang tua Gavin yang paling taat dengan peraturan juga meminta maaf padanya, bahkan yang memegang hak paling tinggi di keluarga Pradipta, Gavin juga meminta maaf padanya, semua orang melihatnya, beberapa tatapan yang berharap dan juga penasaran, seperti menunggu saat dimana dia menganggukkan kepalanya.

Papanya memberitahunya, kalau memang dia masih mencintai Gavin, demi dia sendiri, juga demi anak-anak, berikan kesempatan lagi kepada Gavin, lagipula dia hidup bersama Gavin, bukan bersama orang tuanya.

Anak-anak juga sangat merindukan papa, jelas-jelas papa ada di sebelah mereka, tapi malah memanggil paman.

Dia sendiri juga beberapa kali meyakinkan dirinya sendiri, mencari kesempatan, memberikan jalan, maka dia berbaikan langsung dengan Gavin.

Tapi saat ini, permintaan maaf mereka terlalu tulus, tatapan mereka terlalu berharap, malah membuatnya menjadi ragu lagi.

Anna terlalu realistis, keluarga Pradipta juga melakukannya terlalu jelas, anak-anak bukan milik Gavin, mereka langsung mencarikan pasangan lain untuk Gavin menikah lagi, anak-anak punya Gavin, mereka langsung merendahkan diri mereka meminta maaf dan memohon kepada Laras.

Yang dipentingkan keluarga Pradipta adalah cucu, bukan dia.

Kalau begitu, bagaimana dengan Gavin?

Laras tidak begitu percaya diri, dia selalu bersikap pesimis, apakah Gavin setelah memeriksa, baru mengetahui status anak-anak, makanya mengatakan seperti itu padanya, makanya tidak putus asa terus mendekatinya?

Novel Terkait

Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu