Cinta Pada Istri Urakan - Bab 882 Aku Hanya Menanggung Jawabkan Selembar Tiket Pesawat

Laras berlari kabur ke atas, bertemu dengan Gavin yang buru-buru turun ke bawah, kedua suami istri dengan kontak batin saling melihat satu sama lain, Laras dengan panik mengatakan bahasa alien yang dia sendiripun tidak mengerti, lalu, Gavin memeluk Laras cepat berlari ke lantai tiga.

Kembalinya ke kamar, nafas Laras tersenggal, berbaring di atas tempat tidur dengan satu per satu kata berkata: "Kamu.... kamu.... keponakan perempuan kecilmu...... dibawah...... "

Gavin tak berdaya sekali, kenapa menjadi hubungan keponakan perempuan kecilnya yang sedekat ini, ini pasti salah paham.

Laras: "Kamu juga sudah mendengar suara berantem di sebrang?"

Gavin: "Juga sudah melihatnya, dilihat dari lantai ketiga jelas sekali. "

Laras menutup matanya tidak bisa menerima ini semua, "Ya tuhan, Almora tinggal bersama kita, setiap menitnya langsung bisa terbongkar...... Gavin, aku bilang padau, kamu bersiap-siap pulang nanti mau bagaimana memberitahu kepada orangtua, papa mama kamu, juga papa mamanya, pikirkan dengan baik bagaimana mau mengatakan kepada mereka agar mereka bisa menerimanya dengan tenang. "

Gavin dengan penuh kebingungan, "Apa...... Aku harus memberitahu apa?"

Laras melihatnya tidak senang, sudah memikirkan gambaran setelahnya, "Sekarang Almora tidak ada andalan, pasti akan menempel pada kita, oh tidak, menempel padamu, kamu percaya tidak pertama nanti melihatmu pasti akan senang sampai berjatuhan air mata, lalu menangis dengan kesulitan berkata 'Paman Pradipta, kenapa kamu bisa disini?', percaya tidak, percaya tidak?"

Gavin sangat tidak berdaya, juga sangat setuju, "Percaya. "

Laras melanjutkan, "Dia sekarang seperti ini, pasti membohongi keluarga, kalau kita bawa pulang, dia hamil begini ditinggalkan orang, hanya pertemanan kedua keluarga saja, paman Motar dan kak Farah akan menyalahkan keluarga Pradipta tidak menjaga Almora dengan baik, berita memalukan sebesar ini, paman Motar pasti tidak bisa menerimanya, meskipun mulutnya tidak mengatakan kita, pasti dalam hatinya juga bisa mengeluh. "

Gavin merasa pusing, masalah wanita adalah masalah repot paling besar.

Laras: "Kita juga sudah bertemu dengan masalah ini, kamu juga tidak sanggup hanya duduk tidak mempedulikannya bukan? Dulu aku berusaha setulus hati membantunya, dia tidak berterimakasih malah balik mencelakaiku, ini adalah keturunan gen, kak Farah bukannya juga menyalahkanku tidak bertanggung jawab pada Almora, apa aku itu namanya tak bertanggung jawab? Dia sendiri yang ngotot mau membunuhku apa aku masih harus mati bersamanya?"

"Masalah dulu kita tidak bahas lagi, masalah hari ini saja, masalah dia membohongi orang rumah keluar negri merawat janin ini saja, mungkin saja nanti kak Farah akan menyalahkan kita lagi. Jadi, kamu harus memberikan pertanggung jawaban kepada dia?"

Sedang berbicara, diluar ada seseorang sedang mengetuk pintu, sebentar ada sebentar tidak, sangat berhati-hati, seperti takut menganggu orang di dalam kamar.

Naluri Laras bereaksi, langsung menyelimuti badannya, menutupi badannya seutuhnya.

Gavin dalam sekejap merasa sakit kepalam jarinya memijit keningnya, sungguh takut apa akan datang apa.

Orang diluar sudah tidak sabaran, dengan pelan berteriak: "Paman Pradipta, presdir Atmaja, apa kalian di dalam?"

Laras mendengar suara ini kepalanya menjadi kebas, apa bisa berbicara yang bagus? Apa harus sementel ini? Dan juga, memanggil Gavin paman Pradipta, malah memanggilnya presdir Atmaja, apa maksudnya? Apa memohon orang juga tidak membawa EQ?

Laras bersembunyi di dalam selimuti menutupi seluruh tubuhnya, bersikap aku sudah tidur aku tidak mau mengurusnya bersikeras menghindarinya.

"Paman Pradipta? Paman Pradipta?" Suara Almora semakin pelan, semakin kasihan, "Paman Pradipta, aku Almora, apa kamu sudah tidur?"

Gavin melihat sukap Laras yang ngotot menghindar, tidak ada cara lain, hanya bisa dia yang menghadapinya.

Begitu pintu terbuka, Almora menangis dan tersenyum, matanya tersenyum, tapi bibirnya mengerucut, memasang wajah mau menangis tidak menangis.

Gavin paling tidak sanggup melihat wanita seperti ini, kalau Laras seperti ini, dia tanpa bertanya alasan apapun langsung berlutut mengaku salah, tapi wanita lain seperti ini, dia hanya ingin langsung menutup pintu dan menenangkan diri.

Dia menjulurkan tangannya menghentikannya untuk masuk ke dalam, "Kamu jangan seperti ini, bagus-bagus bicara, jangan begitu naik langsung berbuat yang tidak-tidak. "

Almora mendengar perkataan yang keras dan dingin, penyakit mentelnya langsung sembuh, dia juga tau, Gavin tidak pernah termakan cara wanita selain Laras.

Dia menghapus air matanya, juga membuang aura mentel tubuhnya, dengan serius berkata: "Paman Gavin, hal yang terjadi di sebrang tadi, kamu sudah lihat bukan?"

Gavin menarik pintu menjadi tertutup setengah, itu adalah posisi pintu yang kapan saja mau ditutup, "Ehn, keributan sebesar itu. "

"Aku tau ini semua perbuatanku sendiri, aku tidak mendengar perkataan kalian ngotot mau ikut Alvin, aku mengakui aku suka kekayaan, aku mengakui aku jahat, tapi...... " Sedang berbicata, Almora tidak bisa menahan airmatanya, suaranya menjadi tersendat lagi.

Gavin langsung menghentikan, "Sudahlah, jangan katakan lagi, kamu tidak perlu menjelaskan apapun padaku...... Begini saja, aku bantu kamu beli tiket pesawat, kamu langsung keluar negri, harus kemana ya kemana, harus bagaimana ya bagaimana. "

Almora memegang perutnya yang sudah membuncit, dengan merasa tidak adil berkata: "Aku tidak boleh pulang, aku pulang dengan seperti ini, aku akan dipukul mereka sampai mati. "

"Mereka tidak bisa memukulmu sampai mati, tidak peduli kamu bagaimana, keluargamu selamanya tidak bisa benar-benar membencimu, kamu diskusi dengan mereka, selanjutnya harus bagaimana. "

"Kakekku mengidap kanker, aku takut dia begitu marah, kankernya akan kambuh. "

"...... Aku hanya bisa mebantumu membeli tiket pesawat ke dalam negri, masalah setelahnya adalah masalahmu, aku tidak mengurusnya. "

Menghadapi Gavin yang sikapnya ngotot begini, Almora juga tidak ada cara lain, bersikap manja tidak guna, mulut manis tidak guna, pura-pura kasihan lebih tidak guna, dia takut kalau dia bandel lagi, bahkan tiket pesawat pulang ke dalam negri ini pun tidak ada.

"Baik, kalau begitu...... aku...... aku...... terimakasih. "

Gavin menggoyangkan tangannya, saat ini langsung ingin menutup pintu.

Almora berkata lagi: "Jangan katakan pada keluargaku kalau bertemu aku disini, aku mau kembali ke Jakarta, mengurusi anak di perut, baru kembali ke Hainan. "

"........ "Gavin melihat perutnya, harusnya juga sudah ada 6 atau 7 bulan.

Almora dengan kasihan berdiri di depan pintu, tidak ada maksud untuk pergi, matanya berkedip, dengan kasihan berdiri tegak, "Aku tidak bisa membawanya pulang, jangankan kakekku, mamaku pasti akan mati karena marah. "

Gavin menghentikan dengan tangannya, "Kamu tidak perlu mengatakan ini semua kepadaku, tidak ada gunanya mengatakan kepadaku. "

"Kalau begitu...... Apa Alvin benar-benar akan dipenjara?"

"Iya. "

"10 tahun?"

"Aku bukan hakim, bukan aku yang memutuskan. "

"Aku ingin bertemu dengannya, boleh tidak?"

"Kamu tidak ada hak untuk mengunjunginya. "

Begitu perkataan ini keluar, mata Almora berkaca-kaca lagi, Gavin benar-benar kesal sekali, kenapa wanita cengeng sekali? Apa menangis bisa menyelesaikan masalah? Waktu itu tidak mendengar teguran, ngotot melakukan sesuai keinginan sendiri, sekarang menangis juga tidak guna.

Dia benar-benar ingin memperingatinya-----Jangan menguji coba batas kesabaranku.

Tapi, dia menahannya, karena sesuai dengan sifat Almora ini, asalkan kamu menjawab, maka dia akan tidak henti-hentinya meributimu, tidak berhenti menanyaimu mengganggumu, tidak ada habis-habisnya.

"Paman Pradipta....... "

Gavin menjulurkan tangannya menghentikan, matanya juga tidak melihat Almora, dengan dingin berkata: "Aku hanya menanggung jawabkan selembar tiket pesawat, kalau mau, ambil dengan tenang, kalau tidak mau, katakan sekarang. "

Novel Terkait

Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu