Cinta Pada Istri Urakan - Bab 368 Aku Ingin Mengandalkan Diriku Sendiri

Menghadapi Laras yang kuat, Tanu tidak berani melengahkan hati, “Nyonya Pradipta, semuanya kamu yang bilang, aku tidak mengakuinya.”

Laras melototinya, mencoba mencari sedikit petunjuk dari pandangan matanya yang terlihat bersalah.

Tanu berkata lagi: “Nyonya Pradipta, aku adalah orang yang jarang sekali bersikap gigih, jika aku gigih, aku sendiripun akan merasa takut, kasar kata adalah demi mencapai tujuan aku berjanji tidak akan berhenti, Manda, aku sudah pasti mau.”

“Kamu mimpi!”

Tanu termenung, Laras ternyata dan Manda berekspresi dan bernada yang sama dalam mengatakan kata-kata itu.

“Kalau begitu anggap saja aku bermimpi, tetapi, aku percaya ada hari dimana mimpi ini menjadi kenyataan.”

Saat ini, perawat yang sebelumnya mengabarkan kondisi Manda keluar lagi, “Keluarga Manda.”

“Di sini.” Laras segera bergegas ke sana.

“Manda sudah diaturkan ke kamar pasien biasa, nginaplah dua malam di rumah sakit, ini adalah surat keterangan rumah sakit, uruskan dokumennya di bagian penginapan rumah sakit.”

“Baiklah, terima kasih.”

“Sama-sama.”

Di dalam kamar pasien, saat Manda terbangun, langit di luar jendela telah gelap, dia melihat sekelilingnya, langit-langit yang putih, dinding yang putih, seprai yang putih, dia baru terkejut bahwa diirinya sedang berada di dalam rumah sakit.

Reaksi pertamanya adalah mengangkat selimut dan turun dari tempat tidur.

“Hei…” Laras segera menahannya, “Apa yang kamu lakukan? Kamu sedang diinfus, kamu turun untuk apa?”

Walaupun Manda sudah terbangun, tetapi setelah mengalami demam tinggi, orangnya sudah tidak bertenaga, dia terbaring lemah di atas termpat tidur, dan berkata: “Aku masih ada naskah yang harus diselesaikan, aku harus pulang, besok masih ada sebuah wawancara yang sangat penting.”

“Sudahlah,aku sekarang membiarkanmu pergi kamu juga tidak dapat berjalan, sudah kapan ini kamu masih memikirkan naskah dan wawancara, kalau hari ini aku tidak mencarimu, kamu sudah mati di dalam kos.”

“Begitupun aku harus menyelesaikan naskahku, kalau tidak dapat mengumpulkannya akan terjadi masalah besar.”

“Bisa ada masalah besar apa?”

“Laras, aku hanya seorang karyawan magang, tidak mengumpulkan tugas tepat waktu akan dipecat.”

“Dipecat ya dipecat, bukannya hanya sebuah perkerjaan magang? Gajinya berapa? Aku kasih kamu!”

Manda menggigit bibirnya, ada semacam rasa diejek yang membuatnya mengeluh, tetapi dia juga tahu Laras hanya sedang mengkhawatirkannya.

Dia menahan air mata, dan berkata dengan lembut: “Laras, aku dan kamu tidak sama, aku sudah tidak ada apa-apa, aku tidak bisa memilih apapun, juga tidak dapat merubah apapun. Karir adalah satu-satunya yang dapat kupilih dan peroleh, aku tidak boleh kehilangannya.”

“Kalau begitu kamu juga harus memilih dengan rasional, bukan? Tunggu kamu sudah merawat tubuhmu dengan baik, baru lanjut bekerja, tidak bisakah?”

“Kamu tidak pernah keluar tidak akan tahu persaingan ketat di medan kerja, stasiun TV setiap tahun merekrut begini banyak karyawan magang, akhirnya yang dapat masuk hanya beberapa orang, masih ada banyak yang berlatar belakang dan ada yang lewat pintu belakang, aku apapun tidak ada, aku hanya bisa lebih berusaha dari mereka.”

Setelah banyak berbicara, Manda sedikit terengah-engah, di dahinya ada butiran-butiran keringat yang muncul.

Laras juga tidak membantahnya, hanya melihatnya dengan diam, “Lihatlah kamu, berkata berapa patah kalimat sudah lelah seperti ini, biarpun sekarang membiarkanmu menulis naskahmu, apakah kamu bisa tulis?”

Manda merasa dirinya seperti berbaring di dalam air, bergerak-gerak, baru dia sadari tubuhnya dipenuhi keringat, bajunya pun sudah basah kuyup.

Dia cemas, tetapi juga tidak berdaya, air mata di ujung matanya tidak berhenti mengalir ke bawah.

Laras berkata dengan suara halus: “Tadi perawat berkata, berkeringat berarti demamnya sudah turun, aku membantumu mengganti pakaian ya?”

“Ya.”

Malam itu, Laras tinggal di rumah sakit untuk menemani Manda, dua kakak beradik sudah lama tidak saling mencurahkan hati mereka dengan akrab.

Saat menyebutkan Jino, Manda masih ada kesan terhadapnya, tinggi dan kurus, walaupun sedikit hitam, tetapi tidak menghalangi mukanya yang tampan, dia adalah seorang lelaki yang pemalu.

“Sayang sekali.”

“Iya, Gavin berkata bahwa dia diledakkan hingga mukanya semua tidak dapat dikenal, saat dia kembali bagian mukanya ditutupi oleh bendera, orang tuanya yang ingin melihat anak lelaki mereka untuk terakhir kalinya, dihentikan, akhirnya tidak ada yang melihat mukanya.”

“Iya, siapa yang bisa menahan jika melihatnya, Fanny sekarang bagaimana?”

“Mungkin sedang bersembunyi di rumah dan menangis seharian, aku mengajaknya keluar main dia tidak mau, sama sepertimu, selalu saja menghindariku, bahkan tidak menghadiri pesta pernikahanku.”

Manda menjelaskan: “Aku bukannya sedang bekerja.”

“Sudahlah, di hadapanku masih bermain peran wanita kuat?”

“…”

“Kakak pertama juga tidak datang, apakah kalian berdua sudah janjian?”

Manda termenung, ini malah tidak pernah terpikir olehnya, tetapi, di tangannya masih ada urusan yang sangat repot yang harus dilakukan, “Laras, ibuku menyalahgunakan uang kas sebesar 200 miliar, sebenarnya dia tidak sengaja menyalahgunakannya, dia hanya melakukannya demi memberikan jaminan untuk dirinya sendiri.”

Hal ini awalnya tidak ada apa-apa, Nagita memang pemegang saham Atmaja, sebelumnya sebelum Atmaja mengalami kesulitan, dia juga mengeluarkan semua tabungan pribadinya untuk membantu lubang kekurangan.

Karena hal perselingkuhan Rama dengan seorang artis perempuan, maka dia dengan pemikiran egois ingin meninggalkan sebuah jaminan untuk diri sendiri.

Tetapi, uang ini mudah masuk, namun untuk ambil keluar lagi tidak semudah itu, jika dia ambil, maka menjadi penyalahgunaan uang.

Hal ini dikatakan besar tidak besar, dikatakan kecil juga tidak kecil, siapa suruh penggelapan uang keluarga Atmaja terbongkar, jadi setiap aliran dana pun dipantau dengan diperbesar.

Jadi sekarang, mengenai 200 miliar yang diambil Nagita , dianalisa dan diperdebatkan sebagai penyalahgunaan uang kas.

Lalu kesalahan Rama Atmaja, sangkaanya tidak dapat dibersihkan, Nagita sebagai pasangannya, secara alami juga terlibat.

Manda bertanya dengan maksud mencoba: “Laras, apakah Jenderal Gavin dapat memberi ibuku jaminan? Kalau dia membuat jaminan, mungkin ibuku dapat sukses dilepaskan.”

Laras masih saja mengingat kata-kata nenek, kasus ini melibatkan banyak orang, di dalam terdapat banyak liku, jika tidak berhati-hati, mungkin akan melibatkan Gavin, jadi, dia tidak berani menjanjikan Manda.

“Ini mungkin akan sangat sulit, Jino juga gugur karena kasus ini, Gavin sibuk beberapa hari ini sibuk hingga tidak dapat pulang rumah, lagipula dia harus menggunakan identitas apa untuk menjadi orang jaminan?”

Manda mengangguk kepalanya menunjukkan pengertiannya, diapun tidak lagi lanjut berbicara.

“Laras, aku sudah merasa lebih baik, aku besok sudah ingin keluar dari rumah sakit.”

“Pergi ke wawancara lagi?”

“Bukan, tugas wawancara sudah dialihkan ke orang lain, aku beristirahat di kos juga sama kok.”

“Tempatmu sana mana bisa tidur?”

“Setidaknya ada satu tempat tidur, tunggu aku menghasilkan uang, baru menyewa apartemen yang lebih baik.”

“Aku ada kok, anggap saja aku meminjammu, tunggu kamu punya uang baru kembalikan padaku, boleh?”

“Itu tidak sama, aku ingin mengandalkan diriku sendiri.”

“…” Laras ingin memutar matanya, “Kalau begitu kamu tahun baru datanglah ke kediaman Gavin, pasukan Gavin juga akan datang, kita semua merayakan tahun baru dengan ramai.”

Tidak menunggu jawaban Manda, Laras langsung berkata: “Jangan menolakku lagi, aku tidak akan membiarkanmu sendiri di tahun baru.”

“Baiklah, terima kasih.”

“Bodoh, terima kasih apa, apakah hubungan kita berdua masih harus berkata terima kasih? Lalu, kamu menjauhi si Tanu itu.”

“Iya, selama ini memang tidak menghiraukannya, kalau bukan masalah tunjangan Kak Maira, aku sungguh ingin menumbuknya, setiap hari tampil menjijikan di depanku, aku beneran sudah cukup.”

“Kalau tidak, mau cari kakak pertama untuk membantu?”

Manda segera menolak, “Tidak usah, jangan mengganggunya.”

“Waktu itu foto mabuknya hingga lupa diri yang kukirim kepadamu itu sudah kamu lihat?”

“Ya.”

“Apakah kamu tidak sakit hati?”

“Pasti akan lewat, setelah lewat beberapa waktu dia akan melupakan aku, kita tidak usah membahas dia lagi boleh? Aku sudah ingin tidur.”

Laras menghela nafas dengan diam-diam, “Baiklah baiklah, tidurlah, selamat malam.”

“Selamat malam.”

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu