Cinta Pada Istri Urakan - Bab 228 Tidak Bisa Menembus Lapisan Ini

Sudah larut malam sekali, waktu padat di malam hari sudah lewat, lalu lintas sangat lancar.

supir mengemudikan mobil dengan baik, Rendra dan Manda duduk di belakang.

“Kamu pulang dulu saja, mobilmu besok aku bisa minta supir antar ke rumahmu.”

“Baik, terima kasih.”

Sepatah kata yang singkat, Rendra merasa asing dengan perkataan wanita itu.

Sebenarnya pria itu agak sedikit tidak bisa memahami wanita ini, dia bukannya sangat menyukai pria itu? Kalau ada kesalahpahaman bukannya juga sudah dijelaskan dengan baik? Mengapa sekarang mulai bersikap dingin terhadapnya lagi?

Pria itu tidak mengerti, mengapa Manda terkadang bersikap hangat, terkadang bersikap dingin terhadapnya.

Di antara kita sepertinya selalu dibatasi oleh selembar kertas, seharusnya sangat transparan dan dekat, namun selalu saja tidak bisa menembus lapisan ini.

“Pulang istirahat dengan baik, jangan berpikir terlalu banyak, aku akan memanggil pengacara terbaik untuk memberi penjelasan, tidak akan ada masalah.”

Manda menoleh dan melihat pria itu, dalam mata yang menahan air mata, bertanya: “Mengapa kamu membantuku?”

“…..” Mengapa? Detak jantung Rendra menjadi tak karuan, mengapa ya, pria itu mengakui bahwa dirinya sendiri memiliki perasaan yang sangat khusus terhadapnya, tapi kalau mau membuat dia buka mulut untuk mengakuinya, bagaimana juga dia tidak bisa membuka mulut ini.

“Apa ini karena kita adalah kerabat juga teman?”

“…..” Benar, tapi juga tidak benar, pertanyaan ini kembali membuat perkataan Rendra tersumbat.

supir yang mengemudi di depan mendengar, sungguh cemas terhadap majikannya, dengan kuat menginjak pedal gas.

Rendra duduk di kursi roda, meski sudah digabungkan menjadi satu, tapi tiba-tiba menambah kecepatan masih juga bisa agak bergoyang.

Manda langsung menahan kursi roda pria itu, mencengkram dengan kuat gagang.

“Tuan muda, maaf, tadi melewati persimpangan jadi menambah kecepatan.” Kamu harus semangat, gadis itu bukankah sedang menunggu ungkapan cinta darimu!

supir sudah berkerja dengan Rendra bertahun-tahun, majikan dan bawahannya ini juga sudah memiliki kekompakan, supir terus menurus memberikan kode mata ke majikannya dari spion tengah.

Rendra batuk ringan untuk mengalihkan sorotan mata.

“Apa luka di wajahku terlihat jelas?” Manda bertanya.

Sinar lampu di dalam mobil tiba-tiba terang dan gelap, Rendra mendekat dan melihat dengan seksama, berkata: “Lumayan jelas, sekali lihat juga bisa tahu dipukul.”

“Menurutmu kalau aku juga pergi melakukan pengetesan forensik luka, meminta dokter membuktikan aku ada pendarahan bagian dalam, tulang retak, detak jantung tidak stabil, penyakit sejenis ini, apa bisa mengimbangi goresan luka di mukaku?”

“Hehe… Ini seharusnya tidak cukup.”

Manda menghela nafas kecewa, “Yah, memukul orang memberi kesenangan sesaat, setelahnya banyak hal yang perlu dikerjakan.”

Rendra dan supir tertawa.

“Hmph, ketawa apa kalian, bukannya seperti itu?” Manda menjelaskan sikapnya sendiri, “Mereka berdua mengesalkan orang, kalau datang sekali lagi aku juga pukul, tapi aku biasanya bukan orang suka menggunakan kekerasan seperti ini.”

“Em, aku mengerti, aku masih ingat tahun lalu kamu membongkar teman kelasmu kali itu, begitu arogan, sangat hebat.”

Manda tersenyum kering lagi, segera menjelaskan, “Ow, orang itu bernama Nadira, suka sekali menyebar gosip dan mengkambing hitamkan Laras, kita tidak mempersulit orang lain, tapi juga bukannya tidak boleh dipersulit orang lain?

“Kamu sangat setia kawan.”

“Tentu saja, Maira, Laras dan aku, kita sungguh adalah sohib yang baik, aku tidak bisa melihat sohibku dipersulit orang lain.”

Sewaktu mengatakan, mobil menjadi pelan sebentar, supir dengan tak berdaya memberitahu berkata: “Sudah sampai.”

Pria itu juga tidak ingin secepat itu sampai, tapi di jalan juga hanya sepanjang ini, dia hanya mengemudi 20km/jam saja.

“Kalau begitu…. aku turun dulu, terima kasih.”

“Jangan segan seperti itu, kamu sudah mengatakan terima kasih berkali-kali.”

“Ok… sampai jumpa.”

Manda turun dari mobil, membungkukkan pinggang dan menunduk melihat Rendra yang ada di dalam mobil, menggoyangkan telepon memberi isyarat: “Sampai rumah telepon aku.”

Rendra dengan lemah lembut tersenyum padanya, “Baik.”

Manda sungguh tidak tahan dengan senyuman pria itu, meski yang diterimanya hari ini begitu kasihan dan kacau sekali, tapi asal melihat senyuman pria itu, seluruh kelelahan dan ketidak senangannya semua menghilang.

“Kenapa?”

“Pak Guru Rendra, kamu kalau terseyum memang bagus sekali, aku juga dibuat “mabuk”.”

“….” Sanjungan yang bermaksud ini, membuat Rendra yang mendengar menjadi terdiam, jantung berdenyut keras, mulut juga jadi pajangan.

supir di depan tertawa terbahak-bahak, tuan muda besar kamu katakan sesuatu, gadis itu saja lebih blak-blakan dibanding kamu.

Manda melihat dia tidak mengatakan apapun, tahu situasi, langsung saja menutup pintu mobil.

Rendra membuka jendela mobil, dengan erat melihat wanita itu, hanya kelihatan wanita itu tersenyum datar melambai terhadap pria itu, kemudian berbalik badan dan pergi.

supir akhirnya tidak bisa menahan lagi, dengan wajah meremehkan berkata: “Tuan muda, kamu sangat tidak bisa menggunakan kesempatan. Nona Manda tanya padamu apa luka di muka sangat terlihat jelas, kamu seharusnya tanya dia sebentar, perlu tidak pergi ke rumahku bersihkan luka sebentar. Nona Manda memberikan tanda sangat jelas seperti itu, apa kamu tidak tahu?”

“…. Oh ya? Kamu kurangi sembarangan berkata.”

supir mengelus dahi, majikan tidak cemas, sebaliknya orang di sekitar cemas bukan main, “Orang bodoh saja bisa kelihatan nona Manda menyukaimu, aku lihat kamu juga lumayan menyukainya, kenapa tidak langsung saja diperjelas?”

Rendra menampilkan ekspresi wajah mengaku, mengalihkan topik pembicaraan berkata: “Sudah larut, ayo pulang.”

“Kamu…” supir hanya bisa menyimpan kembali perkataan yang tertahan, hanya bisa dia-diam menghela nafas.

Manda diam-diam masuk ke dalam rumah, mukanya yang terluka, tidak boleh sampai terlihat oleh mamanya ataupun Maira.

Baru saja satu kaki melangkah ke atas anak tangga, lampu di ruang tahu tiba-tiba menuala terang sekali, Manda secara reflek memejamkan mata, langkah kaki juga terhenti di tempat.

“Manda, kamu hari ini kemana saja?”

Maira sendirian duduk di sofa, dengan suara rendah dan berat tidak senang, membawa jengkel.

Manda menggaruk kepala, mengenyampingkan wajah, berkata: “Janjian makan dengan teman, bukannya sudah pernah kasih tahu.”

“Teman yang mana?”

“Kamu tidak kenal, seorang pria.” Manda sengaja dengan santai berkata, “Sedang tahap penjajakan, mungkin saja nantinya bisa jadi adik iparmu.”

Maira berdiri, langsung berjalan ke depan wanita itu.

Manda menghindar saja tidak bisa lagi, hanya bisa menghadapi wanita itu.

Tapi, sepasang mata kakak merah dan bengkak, wajah juga penuh dengan bekas air mata, kondisinya lebih parah dari dia.

Wanita itu seketika jadi gelisah, “Kak, apa yang terjadi? Dimana ibu?”

Maira mengintrogasi bertanya: “Apa kamu memukul Tanu?”

“Ah? Tidak…. tidak.…”

“Keluarga Dibyo sudah datang untuk mengajukan pembatalan pernikahan!” Maira dengan marah berteriak.

“…….” Manda menganga dan membisu, tidak disangka kecepatan keluarga Dibyo begitu cepat.

Maira meneriaki bertanya: “Semua karena kamu, kenapa kamu memukul Tanu? Kenapa kamu memukuli dia? Hah?!”

Mengingat keluarga Dibyo sudah datang untuk membatalkan pernikahan, benar demikian, Manda juga tidak ada hal yang perlu disembunyikan lagi, yang pasti dia juga berencana besok pagi sekali memberitahu Maira, lebih awal beberapa jam juga bagus.

“Kak, aku kelihatan Tanu bersatu lagi dengan Yunar, dua orang ini sungguh membuat orang kesal saja, aku tidak bisa menahan amarah jadi memukul mereka. Kak, keluarga Dibyo membatalkan pernikahan ya batalkan saja, pria tak berguna seperti Tanu itu, kenapa kamu masih menikah dengan dia?”

Maira marah sampai otot muka juga berubah, sambil menangis memarahi: “Siapa yang mau kamu mengurusi urusan orang? Apa kamu tahu sekarang kondisi keluarga kita seperti apa? Papa menunggu pernikahan dua keluarga untuk menyelamatkan keterpurukan keluarga Atmaja, kamu malah bertindak hebat, memukul orang?!”

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu