Cinta Pada Istri Urakan - Bab 293 Dasar Kamu Si Kecil yang Tidak Tau Berterimakasih

Setelah Gavin dan Laras keluar dari rumah sakit, langsung mencari hotel terdekat.

Saat itu sudah sangat malam, makan minum dengan puas, yang harus dimakan sudah dimakan, yang buat terkejut juga sudah terkejut, sudah saatnya mengerjakan kesibukan sendiri.

Di resepsionis, Laras mengeluarkan black card, berkata: "Beri kami kamar yang paling mahal."

Pelayan resepsionis melihat black card itu seperti melihat dewa kekayaan, dia bergegas berdiri dengan heboh.

Didepan matanya hanya seorang gadis biasa, lalu melihat pria dibelakangnya, dia dibuat kagum dengan ketampanan pria ini dan diwaktu yang bersamaan juga takut dengan auranya yang dominan.

Ini baru pemilik dari black card.

Dia tidak berani melihat lagi, segera memeriksa kamar, "Masih ada satu ruangan president suite."

"Oke, itu saja."

Pelayan resepsionis dengan hormat menerima black card itu dan mengurus administrasi penginapan, "Boleh minta kartu identitasnya?"

Lalu Laras memberikan kartu identitas mereka.

Badan Gavin sedang dalam kondisi kesulitan, jadi bediri dibelakang Laras.

Di kartu identitas ada tanggal lahir mereka, pelayan resepsionis sengaja memperhatikannya, hatinya berpikir: Pasti cerita seorang gadis bersama lelaki tua lagi, aih, gadis zaman sekarang juga sangat tidak tau malu, mau masuk hotel saja pun begitu agresif, demi uang, harga diri pun tidak perlu lagi."

Pelayan resepsionis sembari mengurus administrasi penginapan mereka, sembari diam-diam melirik mereka, pandangan yang memata-matai itu sungguh membuat orang sangat tidak nyaman.

Laras menutup mulutnya, memutar kepalanya memberi kode pada Gavin, sengaja berkata: "Sayang, kalau sekarang dengan bau bir pulang ke rumah, pasti akan dimarahi nenek."

Lalu dia mengikuti nada bicara nenek, berkata: "Aku menyuruh kalian melakukan program kehamilan, kalian malah minum bir, benar-benar menganggap ucapanku seperti angin belaka ya?"

Tentu Gavin mengerti maksudnya, mengelus kepalanya, dengan wajah yang memanjakan berkata: "Nenek mana tega memarahimu, dia hanya memarahiku, dia pasti bilang aku yang membawa pengaruh jahat padamu."

Percakapan suami istri ini, langsung membuat pelayan resepsionis menghentikan pandangan yang memata-matai itu, wajahnya juga penuh dengan ekspresi rasa malu.

"Tuan dan Nyonya, ini kartu kamar dan kartu identitas kalian, mohon disimpan dengan baik, kamar president suite nomor 2010, lift ada di sebelah kiri."

"Terimakasih." Laras mengambil kartu kamar dan kartu identitas, dengan mesra menggandeng Gavin berjalan kearah lift.

Dia juga tidak menyalahkan pelayan resepsionis itu, bagaimana juga sudah semalam ini masuk ke hotel buka kamar, dan juga minum bir, bukan hal yang biasanya dilakukan oleh suami istri.

Masuk ke lift, sesampainya dikamar, begitu masuk pintu, bahkan kartu kamar belum sempat dicolok, Laras langsung digendong Gavin.

"Ah, gelap sekali tidak kelihatan jalan."

Gavin dengan tertawa iblisnya berkata: "Kamu boleh pilih mau buka lampu atau tidak."

"......" Kalau begitu tidak usah, Laras diam-diam menutup mulutnya.

Lalu menjadi kacau, bajunya dirobek Gavin, celananya juga, baju dalam dan celana dalamnya sudah dilepas dari badannya, ditengah kegelapan hanya ada suara nafas yang mendesah dan juga detak jantung yang melonjak.

"Ah, sakit." Awalnya dia sedikit tidak bisa menahan panas yang keras itu.

Gavin seperti binatang buas yang bertahun-tahun makan sayur tiba-tiba mencium bau daging, penolakan kecil Laras, sama sekali tidak bisa mengguncang penyerangannya.

"Sayang, istriku yang baik, tahan sedikit, aku......aku tidak bisa menahannya......"

Wanita adalah makhluk yang berperasaan, Laras juga begitu, gendang telinganya hampir hancur dibuat Gavin, mana mungkin Laras menghentikan Gavin.

Laras hausnya lebih besar dari rasa sakitnya.

Gavin menggigit bibirnya, dengan pelan berkata: "Teriakkan, aku suka mendengarnya."

Pada awal ketidaknyamanan itu hilang, dia mabuk dalam cinta Gavin, kedua tangannya membelai pinggang belakangnya, tanpa terasa juga membantu Gavin untuk masuk.

"Benar, seperti itu, teriakkan......" Gavin sambil bergerak sambil menyemangatinya.

Di kediaman Gavin, walaupun dirumah sendiri, tapi disebelah mereka ada nenek, dibawah juga ada pelayan, selepas kendali apapun mereka juga tidak berani menyebabkan keributan seperti ini.

Sebaliknya di president suite di hotel, mereka sama sekali tidak terikat, bahkan suara memohon Laras, membuatnya semakin cepat, mendorongnya untuk berperang lagi.

Jadi, semakin dia memohon, Gavin semakin kuat, semakin Laras menangis, dia semakin puas.

......

Pertempuran sengit sudah berakhir, Gavin berbaring tenang di tempat tidurnya, seorang gadis yang seluruh badannya berkeringat berbaring diatas dadanya, Gavin mengecup kepala Laras, dengan lembut berkata: "Hari perayaan sudah lewat seperti ini, apa kamu tidak kepikiran mau memberiku sesuatu?"

Laras yang kelelahan sampai matanya tidak sanggup dibuka, berkata: "Aku bahkan sudah memberimu diriku sendiri, kamu masih mau apa?"

"Tapi selain hari perayaan, hari ini juga hari penting lainnya."

"Apa?"

Gavin terdiam, sepertinya sangat canggung jika dia mengatakan sendiri tentang ulang tahunnya, tapi kalau tidak diingatkan, si kecil tak berperasaan ini malah tidak tau.

"Apa?" Laras memutar kepalanya, dengan penasaran bertanya.

"Sudah mengambil kartu identitasku kan?"

"Ehn, sudah kukembalikan padamu."

"Sudah mengambil kartu identitasku apa tidak menyadari sesuatu?"

"??" Laras memasang wajah tak bersalah lalu mengedipkan matanya, "Hanya buka kamar lalu didaftar, aku bisa menyadari apa?"

Gavin menghela nafasnya dalam-dalam, menggoyangkan dadanya menandakan protes terhadap Laras.

"Kamu beritahu saja aku."

"Kalau aku bilang takutnya kamu bisa malu setengah mati."

"......" Sebenarnya ada hal besar apa? Di otak Laras muncul pemikiran yang sangat kejam, dia mengulurkan tangannya lalu mencengkramnya, "Kamu bilang tidak? Kalau tidak bilang kucekik mati adikmu."

"......" Dia sungguh pasrah dengan ide Laras ini, "Lepaskan, kamu tega mencekiknya?"

Dia menggunakan tenaganya, dengan provokatif berkata: "Mau tidak kita coba? Tidak cekik sampai mati juga buat dia tinggal setengah nyawa."

Ditangan orang ada kelemahannya, Gavin hanya bisa memohon ampun, "Ampuni aku wanita pembunuh, adikku tidak bersalah, aku bilang, oke?"

"Heh, begini kan lebih bagus, cepat bilang."

Gavin menghela nafas pelan berkata: "Hari ini ulang tahunku nona, kamu tidak hanya sekali melihat kartu identitasku kan? Bisa-bisanya tidak tau."

"Ini......" Sungguh membuatnya cukup malu, "Ulang tahunmu ya, rupanya kamu sengaja mencari tanggal ulang tahun sendiri membawaku pergi register akta nikah, hehehe, aku tau kamu cinta pada pandangan pertama padaku, tapi jangan sejelas ini juga, aku kan jadi malu."

Tidak ada orang yang setebal muka ini.

"Kamu berpikir terlalu banyak, benar-benar hanya kebetulan." Gavin dengan kejam memberitahunya, "Aku juga baru sadar ketika selesai register rupanya bertepatan dengan hari ulang tahunku, sedihnya kamu tidak menyadarinya, hatiku benar-benar terluka."

"......" Laras dengan meremehkannya memutar matanya, "Gavin Pradipta, sejak kapan kamu berubah seperti ini?"

Dia yang dulu begitu dingin, begitu sombong, begitu tak terkalahkan, dia yang sekarang, di hadapannya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

"Panggil aku apa? Ketika membuatmu nikmat meneriakkan "suamiku" begitu cepat, selesai nikmat langsung meneriakkan nama lengkap, dasar kamu si kecil yang tidak tau berterimakasih.

Laras menggelitik ketiaknya dengan rambutnya, "Siapa yang tak tau berterimakasih? Ulang tahunku kamu juga tidak tau, setidaknya kamu berulang tahun ada aku menemanimu, waktu aku ulang tahun saja bahkan aku tidak bertemu denganmu."

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu