Cinta Pada Istri Urakan - Bab 534 Kapan Kamu Menyiapkan Benda Ini

Laras dan Christian berdua seperti teman lama yang bertemu, terus mengobrol terus masuk, dulu ketika teman sebangku tidak begini banyak topik pembicaraan yang diobrolkan.

"Perusahaanmu di bidang apa? "

"Melakukan pengorganisasian, mengapa, Pak bos Ridwansyah ingin membantuku membuka bisnis? "

"Adakan pesta tahunan tidak? "

"Adakan, perencanaan pesta tahunan adalah proyek utama perusahaan kami, masih ada banyak pesta bir, pesta malam, pesta perayaan, serta berbagai macam rapat, semua dikerjakan. "

Christian mengulurkan tangan, "Baguslah, semoga ada kesempatan untuk bekerja sama. "

Laras bergegas mengulurkan tangan dan bersalaman, "Mudah diurus, kita teman lama, aku pasti memberikanmu diskon terbesar, aku akan menunggu teleponmu, jangan bicara saja tetapi tidak laksanakan. "

"Baik, baik. "

Gavin yang berdiri di pojok, mendengar pembicaraan penuh tawa mereka, melihat sudut bibir Laras yang penuh dengan tawa, kakinya seperti di isi dengan timah, terus tidak keluar.

Pesta berakhir, para tamu pulang, akhirnya seluruh keributan dan kegaduhan hanya tinggal bayangan saja.

Interaksi yang sekejap, sudah membuat Anna tidak rela berpisah dengan cucunya, "Nana,Bobi, besok Kakek (Allan), Nenek dan Papa, akan pergi ke rumah Kakek (Romo) menjemput kalian pulang mau tidak? "

Nana yang sudah sedikit mengantuk, sepasang mata yang besar berkedip, sangat imut, "Bukankah rumah Kakek juga rumah? Pulang kemana? "

Anna yang mengendong Nana, sedetik pun tidak ingin melepaskannya, "Rumah Kakek juga rumah, tetapi rumah Papa baru benar-benar rumah kalian, di rumah ada perosotan, ada mobil-mobilan, masih ada ayunan, suka tidak? "

Ini terhadap anak empat tahun, tentu saja tidak bisa ditolak, Nana langsung menyukai rumah Papa, "Suka, aku paling suka ayunan. "

"Baik, besok kami akan menjemput kalian, oke? "

"Baiklah Nenek. "

"Pergi, biarkan Papa mengendongmu, cepat pergi tidur, tidur dengan nyenyak, lalu besok ketemu Nenek. "

"Baik. "

Gavin yang mengambil Nana, Nana yang menyandar di bahu Papa, terbengong, kedua kelopak matanya sudah berkedut.

Di samping, Bobi dengan patuh berdiri di samping kursi roda Kakek, seperti orang dewasa yang mengingatkan Kakek: "Kakek, kamu terus duduk juga tidak baik, otot di tubuhmu akan terus mengecil. "

"Ini kamu juga tahu? "

"Iya, ketika Kakek Romo tinggal di Rumah sakit Mama sering membantu Kakek membalikkan badan dan mengurut, kata Mama, Kakek berbaring lama tidak bergerak, otot di tubuhnya semakin lama akan mengecil. "

Allan yang senang dan terharu, jangan lihat umur cucu ini masih kecil, tetapi sangat pengertian.

"Kakek Allan, kalau kamu ada waktu kosong pastikan untuk berdiri, berjalan, kalau tidak kamu tidak akan bisa bermain permainan mengejar orang lagi. "

"Baik, Kakek pasti akan mendengar perkataan Bobi. "

Kembali ke Mansion Atmaja, Gavin menjaga anak-anak yang tertidur, hari ini memang sedikit larut.

Dalam hati Laras yang memikirkan sesuatu, jadi sudah berbaring sejak tadi.

Ketika Gavin masuk ke dalam, dirinya kira Laras sudah tertidur.

Lalu, dia yang langsung melambatkan langkah kaki, berjalan dengan hati-hati.

"Mengapa berjalan seperti itu, seperti maling saja? "

"Belum tidur? aku pikir kamu sudah tidur, takut membangunkanmu. "

"Hari ini terjadi hal yang begitu besar, kamu pikir aku bisa tidur? "

Laras yang memunggunginya, dirinya melihat ekspresinya, hanya dari nada suaranya, terdengar perasaan tidak puas dan keluhan.

Gavin berjalan pelan ke arahnya, duduk di belakangnya, menundukkan tubuh, dari belakang memeluknya.

Dagu bawahnya yang menempel di atas lehernya, tangan yang panjang merangkul pinggangnya lalu menggenggam tangannya.

Laras menarik tangannya, tetapi tidak berhasil, "Ngapain sih? "

"Maaf, aku tahu tingkah laku Papa Mama dan Nenekku sangat mempersulitmu, aku sebelumnya juga tidak tahu mereka akan begini, aku kira mereka hanya meminta maaf lewat mulut saja. Tetapi, bukankah ini ketulusan mereka? Terutama Mamaku, dia juga tahu saat itu sudah salah. "

Laras mendengar, tetapi tidak berbicara.

Gavin melanjutkan perkataannya: "Kamu berjanji untuk pergi, aku pikir kamu setuju untuk menerima aku lagi, ketika aku beritahu Papa Mama, mereka sangat senang sekali. Kalau kamu tidak ingin cepat-cepat pindah ke kediamanku, besok aku suruh mereka jangan datang dulu. "

"Sudahlah, jangan biarkan mereka sia-sia sudah senang, aku lihat Nana dan Bobi juga sangat senang, anak-anak bahagia adalah hal terpenting. "

"Kamu bagaimana? "

"aku? "

"aku tahu dalam hatimu tidak senang, ayo katakan. "

Laras berbalik melihatnya, bertanya: "Sejak kapan kamu memeriksa kami? "

"Yaitu setelah kejadian Almora terjadi, demi membuat Papa Mama percaya, aku menyuruh Hendro memeriksa. "

"Benar? "

"Di atas laporan ada tanggal, tetapi laporan ada di rumahku, besok berikan padamu. "

Laras mencibirkan bibirnya, emosi memandangnya, dia yang selalu seperti ini, setiap kali dia bertanya padanya apa, dia langsung mengungkapkan semua bukti katakan sebenarnya, kejujurannya membuat dirinya seperti sedang membuat masalah tanpa alasan.

Hatinya semakin tidak puas, pertanyaannya juga tidak logis lagi, "Kalau laporan membuktikan Nana dan Bobi bukan anak kandungmu? "

"Tidak ada permisalan seperti ini. "

"aku bilang kalau, kalau! "

Gavin menghela nafas diam-diam, berkata dengan jujur: "Pertama kali aku juga tidak yakin anak itu adalah anakku, tetapi aku beritahu pada diriku sendiri, dalam 4 tahun itu tidak peduli apa yang kamu alami, aku akan menerimanya, aku tidak bisa mengubah hal yang telah terjadi, tetapi aku akan memastikan hal yang akan terjadi nanti. Laras, aku mencintaimu, aku terhadapmu bukan hanya perasaan bersalah saja, aku sangat mencintaimu. "

Suaranya yang serak pelan dan penuh dengan magnet, hembusan nafas yang dikatakannya tertiup di telinganya, telinganya gatal.

Telinganya gatal, hatinya juga gatal.

Tatapannya yang tajam berubah menjadi hangat, berkata pelan: "Tidak terlihat. "

"Belum terlihat? " wajah Gavin yang disodorkan ke depannya, tangannya yang tidak tenang terus berputar di pusarnya.

Dia menggigit daun telinganya, tidak rela dan bertanya: "Maukah aku menggunakan gerakan langsung untuk mengungkapkan padamu sekali lagi? "

"…" sekujur tubuh Laras yang berada dalam pelukannya, bagaimana bisa keluar?

Demi saat ini, Gavin telah menahan diri cukup lama, dia mencintainya, mencintai sampai ingin memasukkan dirinya ke dalam tubuh wanita ini.

"Kamu jangan sembarangan. "

Gavin memasukkan tangan ke dalam kantong celana, mengeluarkan sebuah barang berbubgkus kotak, " bantu aku pakai. "

"… Kapan kamu menyiapkan benda ini? "

"Sudah lama di siapkan, terus di bawa kemana-mana, kapan pun menunggu kamu menganggukkan kepala. "

"… Kamu masih terus membawa kemana-mana benda ini? Katakan sejujurnya, satu hari gunakan berapa lembar? Gunakan sama siapa saja? "

"Sembarangan bicara, aku hanya membeli sekotak, kalau tidak kamu hitung saja sisanya, pasti tidak akan kurang. "

"aku keguguran kurang satu hari lagi baru sebulan penuh. "

"Satu hari saja ada bedanya? "

"Nah, tunggu aja satu hari ? "

Wajah Gavin berkerut sampai ingin menangis, panah yang sedang ditarik, tidak bisa tertahan, "Kamu jangan siksa aku lagi, kamu lihat dia sendiri sudah seperti apa. "

"…"

Gavin tidak ingin mengobrol dengannya lagi, waktu menegangkan ini, tidak cocok untuk mengobrol, cocok untuk melakukan sesuatu.

"Emm… kamu pelan sedikit…pelan sedikit…"

Novel Terkait

Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu