Cinta Pada Istri Urakan - Bab 490 Akhirnya Memimpikanmu

Kartun tidak bisa menarik perhatian Nana dan Bobi sepenuhnya, kedua orang mulai berkejaran dan bermain, sebentar berlompat di atas tempat tidur, sebentar dari tempat tidur ini lompat ke tempat tidur yang satunya lagi, atau dari tempat tidur langsung lompat kebawah.

Gavin di satu sisi mengkhawatirkan keberadaan Laras, satu sisi mencemaskan anak-anak, "Jangan lompat, bahaya, duduk yang baik nonton televisi."

Tapi kedua anak ini bermain dengan sangat semangat, mana ada mendengar perkataannya.

Gavin sungguh sakit kepala, melihat Laras membawa anak-anak sepertinya tampak sangat santai, anak-anak juga sangat baik sangat menurut, mirip seperti dua malaikat kecil, tapi kenapa sekarang berubah menjadi dua iblis kecil.

Siapa yang yang sangka, dewa perang di pasukan, bisa-bisanya tidak bisa menghadapi dua anak kecil berumur 3 tahun.

Saat Gavin sedang cemas, tiba-tiba mendengar suara Aaron di telepon, "Laras, apa kamu sedang bersama Aaron?"

"Ehn, benar, bos Pradipta membantuku sangat banyak, aku harus mentraktirnya makan bukan? Sudahlah, tidak bicara lagi, kamu jaga putra dan putriku dengan baik."

"Mereka tidak mau tidur."

"Kamu bujuk."

"Bagaimana bujuknya?"

"Kamu begitu pintar, pikirkan sendiri."

"......"

Tidak menunggu Gavin selesai berbicara, Laras langsung memutuskan panggilannya.

"Halo, halo?" Gavin marah sampai jantungnya menggeram dan bergetar, Laras, berani-beraninya kamu memutuskan panggilanku!!!

Dia meremas handphonenya, sampai hampir menghancurkan handphone itu, dia dengan cepat menelepon Aaron.

"Halo, kakak kedua? Kenapa?"

Sudah mabuk, bicaranya sudah tidak jelas.

"Aaron, apa kamu sengaja membawa Laras pergi minum?!"

"Ergh!" Aaron terkejut sampai bersendawa, kemarahan raja iblis, membuatnya setengah sadar, "Ha, hanya minum sedikit."

"Masih ada siapa lagi?!"

"Suli, kak Vero."

"Kalian aman tidak di luar? Jangan sampai diikuti oleh paparazi."

"Tidak akan, kami sedang di Apa Hayo, aman sekali, tempat lain kami juga tidak berani pergi."

"Kamu jaga Laras, jangan biarkan dia minum banyak!"

"Baik, baik, aku menjamin keselamatannya, aku janji."

Setelah berpesan kepada Aaron, Gavin berbalik untuk membujuk anak-anak, begitu memutar kepalanya, melihat kapas bantal berterbangan karena mereka lempar, ya Tuhan!

"Menghancurkan rumah ya?!" Dia tidak bisa menahan amarahnya dan berteriak keras.

Sebentar saja Nana dan Bobi berubah menjadi baik, wajah kecilnya menunjukkan ekspresi terkejut dan takut.

Nana bersembunyi dibelakang Bobi, dengan pelan berkata: "Kakak, aku takut......"

Gavin langsung menyesal, langsung menampar bibirnya sendiri, "Bobi, Nana, maaf, paman tidak bermaksud......Kalian lihat tempat tidur, bagaimana tidur nanti malam?"

Nana tidak hanya tidak berhasil dibujuk, malah menangis meraung, "Uwah.....Aku mau cari mama, cari mama, aku mau mama......"

Begitu Nana meraung, wajah Bobi juga kesulitan, dia juga ingin mencari mama, sudah seharian tidak berjumpa dengan mama.

Gavin semakin sakit kepala, tapi, dia memperingatkan dirinya tidak boleh menggunakan cara yang keras, memaksa dirinya melembut, "Nana jangan menangis, sini, paman gendong."

Nana tidak memberontak, tapi dia tidak berhenti menangis, "Paman Dita, aku mau mama......"

Gavin duduk di samping ranjang, menggendong kedua anak duduk di pahanya, satu di kiri satu di kanan, dengan lembut bertanya: "Besok masih mau pergi ke safari, apa tidak mau pergi lagi?"

Nana menggeleng, "Tidak mau lagi, aku mau cari mama, aku sudah merindukannya."

Gavin melihat Bobi, Bobi juga berkata: "Mama sendirian dirumah, aku tidak tenang, paman Dita, adik merindukan mama, aku juga rindu."

Bagaimana mungkin hanya kalian saja yang rindu, aku juga rindu.

"Paman, aku mau mama, aku mau mama," Semakin Nana rindu, dia semakin nangis, semakin nangis, semakin rindu, "Aku mau cari mama, mama, mama......"

Hati Gavin bukan hanya tidak mengecualikan, malah dengan senang, langsung menuruti, "Baik, ini kita langsung pulang cari mama."

Gavin adalah orang yang ligat, tidak pernah ragu, dia melakukan apa yang dia katakan.

Dia sambil menyetir sambil menelepon, "Aaron, bagaimana dengan Laras? Apa dia sudah pulang?"

"Sudah pulang, kami mengantarkannya langsung ke apartemen, kami baru pergi, tenang saja."

"Kamu bijaksana juga, sudah malam yang, kamu cepat pulang, jangan bawa Suli berkeliaran di luar, hati-hati besok masuk berita utama."

"Aku tau."

Setelah memutuskan panggilan, Gavin sedikit membalikkan kepalanya berkata kepada kedua anak: "Mama sudah di rumah, kita masih harus setengah jam lagi baru sampai, kalian......"

Di belakang tidak seperti biasanya tenang, dia melihat ke belakang, Nana dan Bobi sudah berbaring tertidur.

Hais, sungguh kelelahan bermain, begitu naik mobil langsung tertidur.

Dia menancapkan pedalnya, menambah kecepatan mobilnya.

Saat pulang ke apartemen sudah tengah malam, masing-masing tangan Gavin menggendong satu anak, tangannya juga membawa tas mereka dan koper mereka.

Menekan sidik jari, membuka pintu, dia dengan hati-hati menggendong anak-anak masuk kedalam kamar kecil, meletakkan mereka di tempat tidur masing-masing.

Saat ini, Gavin sudah keringatan, bukan lelah karena menggendong anak, tapi karena menggendong anak tidak berani ada gerakan yang kuat, gugup sampai keringatan.

Dia berbaring sebentar di ruang tamu, hatinya berpikir sangat lama, baru pelan-pelan berjalan ke depan pintu kamar utama.

Dia menggenggam tangannya sendiri, tangannya penuh keringat, dia dengan gugup menggosoknya ke celananya, dengan pelan memutar knop pintu.

Pintunya terbuka sedikit celah, dia melihat Laras berbaring mirip memeluk selimutnya disana.

"Tok tok tok." Dia mengetuk tiga kali, "Laras, Laras, aku masuk ya?"

Di dalam hanya terdengar suara nafas yang beraturan, tidak ada jawaban.

Batin Gavin berdebat, sebenarnya masuk atau tidak.

Tiba-tiba, kaki Laras terangkat, meletakkannya di atas selimut, dia memeluk selimut seperti koala yang memeluk pohon.

Gavin tanpa sadar masuk kedalam, dengan tak berdaya berkata: "Menendang selimut lagi, kenapa kebiasaan buruknya sedikitpun tidak berubah? Padahal sudah menjadi mama orang!"

Dia menurunkan kaki Laras, Laras seperti tidak senang karena terganggu, tiba-tiba mengangkat lengannya.

"Ergh......" Pipi Gavin terpukul oleh siku Laras, tidak sakit, hanya terlalu tiba-tiba.

Laras dengan linglung berkata: "Gavin, kamu diam-diam masuk ke kamarku mau berbuat apa?"

"......" Dia terkejut, tidak berani nafas.

"Xixixixi, menyebalkan, datang ke mimpiku lagi, apakah ingin berbuat hal jahat?"

"......" Sedang mengigau? Dia secara refleks ingin pergi.

Tapi malah tidak disangka, pergelangan tangannya tiba-tiba ditarik Laras, ditarik sampai ke hadapan Laras.

Laras menutup matanya, wajahnya sangat merah, Eh? Apa sedang bermimpi? Kenapa nyata sekali?

"Gavin?"

Walaupun perkataannya tidak jelas, tapi dia masih bisa mendengar dengan jelas namanya, "Ehn, ini aku."

Laras sepertinya sangat tenang, memeluk lehernya dengan erat, baguslah kalau kamu, akhirnya memimpikanmu.

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu