Cinta Pada Istri Urakan - Bab 644 Benar-Benar Dosa

Aaron tidak masuk kedalam, hanya berdiri di pintu luar, ini adalah harga diri yang terakhir dan juga yang paling besar yang dia tinggalkan untuk Tasya, untuk keluarga Rope.

Hari itu Tasya menemukan dia keluar dari rumah Suli, dia dengan jujur meminta membatalkan pernikahan kepada Tasya, Tasya tidak setuju, terakhir dengan sangat marah menyetir mobilnya dan pergi, Aaron takut terjadi sesuatu oleh karena itu mengejarnya sepanjang jalan.

Waktu itu, dia merasa bersalah kepada Tasya, berpikir kalau terjadi sesuatu pada Tasya, selamanya dia tidak akan memaafka dirinya sendiri.

Tasya menyetir dengan sangat cepat, setengah jalan kena lampu merah, dan juga ada dua jalan, dia kehilangan jejak mobil Tasya.

Tapi, dia sungguh tidak bisa tenang, dengan membawa harapan mencoba-coba terus mencarinya.

Beruntung sekali, menemukan jalan yang tepat, juga bisa mengejar mobil Tasya.

Dia pikir, mungkin Tasya mengira kalau Aaron sudah kehilangan jejak mobilnya, makanya begitu berani di bawah apartemen yang kusam dan lama, dengan terbuka berpelukan dengan seorang pria.

Dia mengenal pria itu, itu adalah bodyguard Tasya, Ali, sebelum itu, dia hanya mendengar kalau Ali sudah mengundurkan diri.

Dia dengan tenang melihat calon istrinya berselingkuh, sungguh, hatinya sedikitpun tidak tergoyang, bahkan dia bernafas lega,

Saat dia mengira bisa dengan Tasya membatalkan pernikahan dengan baik-baik, Tasya malah menggunakan masalah Roka mengancamnya, dan saat yang sama, dia juga mencari tahu kalau terkait pemblokiran Suli di industri hiburan, adalah perintah dari Bruno.

Di dunia bisnis, keluarga Rope mempunyai status yang sangat tinggi, meskipun keluarga Rope tidak terlibat dalam dunia perfilman, tapi teman Bruno yang di dunia perfilman tidak sedikit, hanya dengan satu kalimat saja, memblokir seorang artis yang tidak berlatar belakang semudah membalikkan telapak tangan.

Termasuk beberapa orang yang menggunakan segala cara untuk terkenal, seperti sutradara Zhang, produser Liu, dan beberapa orang sejenisnya, semuanya mendapatkan suruhan Bruno untuk mempermainkan Suli.

Dan juga selanjutnya para haters-haters, semuanya adalah bagian dari rencana Bruno.

Tujuan dari ini semua, untuk membuat Suli terpuruk hancur.

Aaron berpikir, Bruno orang sukses yang terkenal dan menonjol, dia akan perhitungan dengan seorang artis, kalau bukan karena mendengar hasutan Tasya, begitu anak gadisnya merasa kesulitan langsung menjelek-jelekkan Suli, tentu saja Bruno akan membalaskan dendam untuk putrinya.

Beberapa hari ini, Aaron terus menahannya, dia tidak ingin karena masalah pribadi membuat keluarga malu, juga tidak ingin begitu mudah memaafkan Tasya, dia ingin membalaskan dendam untuk Suli.

Oleh karena itu, dia sengaja masuk ke dalam jebakan Tasya, juga sudah mempersiapkan recorder.

Ini bukan lagi masalah pribadinya, juga bukan masalah pribadi antara dia dengan Tasya, dipikir kesana kemari, dia memutuskan menyerahkan kepada Bruno untuk diselesaikan.

Dia tau rencana Tasya, ditebak saja sudah tau, Tasya sudah berjanjian dengan Aswina dan Olip di hari kedua datang mengetuk pintu, begitu kedua mama melihat mereka berbaring di tempat tidur yang sama, akan langsung yakin kalau mereka melakukan hubungan badan, kalau begitu, beberapa hari lagi Tasya akan mengatakan kalau dia hamil, Aaron tinggal menunggu menikah dan menjadi ayah.

Dia juga tidak menyangka Tasya dan Ali begitu terdesak sampai titik ini, rencana belum sukses sudah sembarangan berhubungan badan.

Kalau begitu, biarkan semuanya berjalan sesuai kehendaknya, kebetulan Bruno juga sedang di bawah.

Dari dalam kamar terdengar suara marahan dan pukulan, dia melihat kedalam melalui celah pintu, tampak Ali berlutut telanjang di hadapan Bruno, kepalanya tertunduk, tidak berbicara, tidak membantah, membiarkan Bruno menendang, memukul, memaki, dan memarahinya.

Tasya sudah memakai jubah mandi, mengecil di sudut ruangan, terkejut dan menangis.

"Kamu selalu mengatakan akan melindungi nona muda besar dengan nyawamu, kamu melindunginya dengan cara seperti ini?" Menendang saja tidak cukup, Bruno juga menggunakan tangannya meninju Ali.

Tinjuan Ali, tidak bisa dibandingkan dengan tinjuan pelan Tasya, tiga kali tinjuan saja di punggung Ali, Ali langsung memuntahkan begitu banyak darah.

Melihat Ali yang dipukul, Tasya juga sangat tidak tega, tapi dia juga tidak berani kesana untuk menghentikan papanya, dia takut dipukul papanya sampai mati,"Pa, kamu jangan pukul lagi, jangan marah lagi......pa......"

"Kamu diam," Bruno menunjuk dengan kejam ke arah Tasya,"Aku tidak mempunyai putri yang tidak tau malu sepertimu."

"Pa......"

"Jangan panggil aku!" Bruno sungguh tidak bisa menahan amarahnya, lalu meninju dan menendang Ali lagi.

Ali langsung jatuh ke atas lantai, dirinya sekarat.

Tasya takut kalau Ali kenapa-kenapa, dengan ketakutan merangkak mendekat, menarik celana kaki Bruno,"Pa, pa, jangan pukul dia lagi, bagaimana nanti kalau dia mati?......" Dia memohon sambil menangis,"Pa, aku salah, sungguh salah, papa, kamu maafkan aku ya? Pa?......"

Bruno mengangkat kakinya langsung menendang Tasya,"Minggir."

Kaki yang satu ini belum menyimpan tenaga, Bruno menendang Ali dengan kuat lagi, Tasya langsung tergeletak di atas lantai,"Ah, sakit sekali."

Bruno dengan kesal menghela nafas berat, dia tidak tega, tapi juga sangat sakit hati.

Ali menggunakan sisa tenaganya merangkak ke samping tubuh Tasya, melindungi Tasya dengan badannya sendiri, dengan susah payah berkata:"Tuan, anda pukul aku saja, tidak apa-apa, jangan memukul nona muda besar."

"Kamu masih berani berbicara!" Bruno melihatnya langsung emosi, ribuan pedang pun tidak bisa menghilangkan rasa bencinya,"Apa kamu tau statusmu apa? Kamu hanya seorang bodyguard yang aku pekerjakan, berani-beraninya kamu mempermainkan putriku, kamu sudah tidak mau hidup lagi?"

Ali menundukkan kepalanya mengakui kesalahannya,"Maaf, tuan......tapi......tapi aku sungguh mencintai nona muda besar......"

"Tutup mulutmu!"Bruno menghentikannya, dia masih berapi-api, lalu menendang dan meninju Ali lagi.

Tasya yang dilindungi Ali dibawah, dia merasakan kalau Ali sedang dipukul, menangis meraung,"Pa, jangan pukul lagi, jangan pukul lagi, dia sudah mau mati......"

Suara disini mengganggu tamu yang di kamar sebelah yang tidak tau kejadian, tamu kamar sebelah langsung komplain kepada pihak hotel.

Manager hotel dan juga satpam datang melihat situasi, Aaron yang berdiri di depan pintu sungguh sangat canggung.

"Presdir Pradipta, kenapa anda bisa disini?"

Aaron sungguh sangat segan menjawab, dia menggaruk kepalanya, bertanya balik,"Untuk apa kalian kemari?"

"Ada tamu kamar yang komplain kalau disini ribut sekali, ada apa di dalam?"

"Urusan keluarga."

"Urusan keluarga? Kenapa aku dengar seperti sedang memukul orang?"

Sedang berbicara, Bruno tiba-tiba muncul di depan pintu, berteriak kuat kepada manager,"Sudah bilang urusan keluarga ya urusan keluarga, untuk apa mengurus urusan orang?!"

Begitu manager melihat orangnya, ketakutan sampai lututnya gemetaran, ya Tuhan, bukankah itu adalah presdir Bruno, kenapa ada disini?

"Semuanya pergi!"

"Baik baik."

Manager membawa para satpam pergi dari sana, bahkan kalimat “mohon tetap tenang jangan mengganggu orang lain istirahat" yang paling dasar pun tidak berani diucapkan.

Bruno melihat Aaron sebentar, saat ini wajah tuanya tidak berani menghadapi Aaron lagi, membuka bibirnya ingin mengatakan sesuatu, terakhir hanya menghela nafas, lalu memutarkan badannya masuk kedalam.

Aaron melihat keadaan didalam, juga takut akan terjadi sesuatu, dengan berbaik hati mengingatkan:"Paman, kejadian sudah sampai tahap ini, meskipun anda memukulnya sampai mati pun juga tidak ada keuntungan apa-apa, lebih baik bertanya apa rencana mereka selanjutnya, ataupun......anda juga memikirkan rencana selanjutnya, apakah ingin menggendong cucu tidak."

"......" Bruno terheran sebentar lalu tertegun,"Maksudmu......"

Wajah Aaron sangat tak berdaya, lalu mengangguk.

"Dasar kamu Ali, dasar bajingan, kamu pantas untuk mati," Emosi Bruno naik lagi, berbalik menunjuk Ali dan memarahinya habis-habisan,"Ini adalah putriku satu-satunya, berharga bagaikan berlian, kamu malah menodainya seperti itu, kamu masih orang atau bukan?!"

Kali ini, Bruno tidak menendang atau memukul Ali lagi, dia juga kelelahan, duduk di tepi ranjang, menghapus air matanya yang diam-diam keluar,"Kamu, kamu, kamu, kalian......Haish......Benar-benar dosa......"

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu