Cinta Pada Istri Urakan - Di Dalam Hatimu, Aku Urutan Terakhir

"Ayah, tenang, tenang..." Manda mengelus pelan-pelan dada Rama agar napasnya lebih lancar.

"Ayah, ini adalah kabar baik, Anda tidak boleh mengusirku lagi, beberapa tahun belakangan ini, saat aku mengunjungimu, Anda tidak pernah merasa senang padaku. Apakah Anda tahu betapa sedihnya aku? Kedepannya, Anda harus lebih menyayangiku dan mengedipkan mata lebih banyak padaku, oke? "

Rama terus berkedip dan gerakan jarinya terlihat sangat jelas, bahkan Manda pun merasakannya.

Manda menatap tangannya dengan terkejut dan berkata dengan keras, "Ayah, tanganmu ssudah bisa bergerak? Gerakkan lagi... gerakkan lagi..."

Rama menggerakkan tangannya dua kali, jari telunjuk dan jari tengah bergerak secara bergantian.

Manda sangat gembira, dan segera membunyikan bel. Manda berpikir itu terlalu lambat. Jadi dia berbalik dan berlari, dan berlari sambil berteriak, "Dokter, ayahku sudah bisa bergerak, dia baru saja bergerak, bergerak..."

Sekelompok dokter dan perawat bergegas datang untuk memeriksa Rama.

Manda berdiri diam-diam di dekat dinding, menyandarkan punggungnya ke dinding dan menatapnya dengan tenang.

Dokter memeriksanya dengan sangat lama, dokter memeriksa semua bagian tubuhnya, dan mencoba melepaskan alat bantu pernapasan dari tenggorokan Rama.

"Bagaimana?"

"Sudah bisa bernapas dengan normal, tidak masalah."

Manda berdiri agak jauh dan tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, tetapi melihat ekspresi mereka, situasi Rama seharusnya tidak buruk.

"Sangat bagus, responnya sangat baik."

"Situasinya stabil."

"Oke, lanjutkan."

Banyak istilah yang dikatakan antara dokter dan perawat. Manda tidak mengerti sama sekali, tetapi melihat situasi saat ini, tidak begitu parah.

Setelah pemeriksaan beberapa saat, kondisi Rama melemah, kelopak matanya tertutup rapat, alat bantu pernapasan yang dikeluarkan dari tenggorokannya membuat bibirnya kering dan berdarah.

Manda mencelupkannya bola kapas ke dalam air hangat dan menyeka mulut Rama dengan hati-hati dan lembut.

Dokter tersenyum, wajahnya tenang dan ceria, "Kondisi pasien jauh lebih baik dari perkiraan sebelumnya, dan setelah mengeluarkan alat bantu pernapasan ini, Rama akan merasa lebih rileks."

"Dokter, jauh lebih baik, bisakah dijelaskan lebih spesifik? Bagaimana bagusnya? Dia bisa menggerakkan tangannya, atau... atau dia bisa berdiri?"

Dokter menggelengkan kepalanya, "Itu tidak berarti bisa berdiri, pulih setengah badan saja sudah merupakan sebuah mukjizat."

Begini saja sudah cukup mengejutkan dan membuat Manda senang, "Baik, baik, bisa duduk saja sudah sangat bagus."

"Itu juga belum tentu. Masih tergantung pada perawatan dan pemulihan lanjutannya. Singkatnya, perawatannya tidak boleh berhenti."

Manda mendengar kata-kata dokter yang agak aneh, kemudian bertanya lagi, "Tidak berhenti, bagaimana mungkin berhenti?"

"Bukankah keluarganya meminta untuk di keluarkan dari rumah sakit?"

"Apa?"

Perawat kecil itu mengetahui lebih banyak daripada dokter yang merawatnya, dia berkata kepada Manda: "Istri paman, awalnya memohon agar menyelamatkan paman dari situasi krisis ini bagaimanapun caranya, tampaknya cukup cemas, sekarang setelah paman akhirnya sedikit membaik, tiba-tiba istri paman mengatakan akanmengeluarkannya dari rumah sakit. Dekan Bines tidak yakin, jadi Nagita tidak pernah muncul lagi, bahkan tidak pernah menjawab telepon, dan dia tidak peduli lagi tentang tagihan rumah sakit. "

Manda berpikir di dalam hati, Nagita mungkin tidak mendapatkan keuntungan dari paman kedua dan Laras. Dan Rama juga sedang lumpuh. Nagita merasa Rama tidak lagi berguna. Penjahat yang berhati hitam ini, hanya mengenal uang dan tidak mengenal orang, Jangan-jangan semua uang kak Maira sudah menjadi miliknya.

"Dokter, aku putrinya dan aku bisa mengambil keputusan. Kita harus melanjutkan perawatannya. Aku akan membayar tagihannya. Jika Nagita ingin menghentikan perawatannya, Anda katakan saja padanya bahwa putrinya tidak setuju."

Dokter mengangguk, "Menurut situasi saat ini, kita akan bertemu kembali untuk membahas dan merumuskan kembali rencana perawatan. Kita harus memberi semangat kepada pasien. Bagi pasien, dukungan spiritual itu juga sangat penting."

"Baik, aku mengerti."

Manda memikirkannya dan berkata, "Dokter, karena Nagita tidak datang, maka jangan memberitahukannya. Aku akan bertanggungjawab atas semua perawatan ayahku. Kedepannya, hal ini tidak berhubungan lagi dengan Nagita, dia hanya membuat keributan saja."

Nagita terkenal di rumah sakit, kemanapun dia pergi selalu menyusahkan orang, para dokter dan perawat juga sakit kepala saat melihatnya. Bahkan mereka berusaha sebisa mungkin untuk tidak bertemu dan tidak berhubungan dengannya

Mendengar Manda mengatakan ini, dokter dan perawat merasa terselamatkan.

Setelah sibuk beberapa saat, para dokter dan perawat meninggalkan bangsal, dan hanya Rama dan Manda yang tersisa di bangsal. Rama tertidur karena terlalu lelah. Manda selalu memperhatikan kondisi dadanya yang naik turun, kemudian merasa lega.

Rama benar-benar sangat menderita kali ini. Sebelumnya, dia menjalani operasi otak dan rambutnya dicukur botak. Meskipun sekarang sudah ulai tumbuh sedikit, tetapi tetap terlihat berantakan dan tidak enak dipandang. Manda berpikir di dalam hati, setelah luka ayahnya hilang dan sembuh, hal pertama yang ingin dia lakukan adalah merapikan gaya rambut Ayahnya. Dulu ayahnya sangat peduli dengan gaya rambut. Rambutnya harus disemprotkan dengan pengeras rambut sebelum keluar.

Manda duduk dengan tenang di samping tempat tidur. Penampilan Rama sangat berbeda dari sebelumnya. Perusahaan bangkrut, di penjara, dan keuangan di dalam keluarga bermasalah. Kondisi ini tidak pernah membuat Rama jatuh, tapi kali ini dia Itu benar-benar jatuh.

Penyakitnya datang seperti gunung yang runtuh dan penyakitnya pergi seperti benang. Meskipun di kemudian hari Rama sembuh, dia pasti tidak akan pulih seperti dulu lagi. Manda memegang tangannya dengan erat dan berbisik, "Ayah, tenanglah, aku tidak akan membiarkanmu begitu saja, Anda harus lekas sembuh. "

Setelah keluar dari rumah sakit, waktu juga sudah malam. Manda telah menghubungi Rendra sebelumnya untuk menjemputnya di persimpangan rumah sakit.

Langit sudah gelap, pejalan kaki mulai bergegas dan jalan mulai macet. Beberapa helai kepingan salju mengambang di langit. Di bawah lampu jalan, kepingan salju terlihat sangat jelas berubah menjadi padat.

Ramalan cuaca mengatakan bahwa udara dingin yang kuat telah mempengaruhi Kota Jakarta. Temperatur turun menjadi sepuluh derajat, sebelumnya sudah cukup dingin, tetapi sekarang semakin dingin.

Manda berdiri di persimpangan, dan angin dingin bertiup di wajahnya terasa sakit seperti di tusuk pisau, tetapi hatinya terasa hangat, itu adalah sebuah perasaan bebas yang membebaskan semua beban pikirannya dan perasaan hangat seperti kembali ke rumah.

Saat Rendra tiba di sana, dia merasa sangat cemas, sekilas melihat Manda berdiri dan menggigil karena udara dingin dan salju, "Mengapa kamu berdiri di luar, bukankah aku menyuruhmu untuk tunggu di dalam?"

Manda tidak berbicara, tetapi hanya tersenyum. Senyuman di wajahnya terlihat kaku karena kedinginan. Kemudian bergegas masuk ke dalam mobil dan menggosok tangannya lalu menutupi wajahnya.

Ketika Rendra keluar dari mobil, dan mengeluarkan cangkir termos yang dia bawa secara khusus. Dia membuka tutupnya dan memberinya kepada Manda, "Minumlah air panas supaya terasa hangat."

"Terima kasih..."

"Lihat dirimu, kedinginan hingga kesulitan berbicara, setelah sampai rumah, aku akan masak sup jahe untukmu."

Rendra terus mengawasinya saat mengemudi, dan melihat Manda yang tersenyum konyol sambil memegang termos, hidung dan pipinya memerah karena kedinginan, bahkan sudah mulai pilek, tetapi Manda masih saja tersenyum konyol.

"Bukankah itu hanya hasil tes DNA dirimu dengan Rama, apakah ada yang lucu?"

Manda menoleh ke arahnya dan kaget, "Kamu... kamu sudah tahu?"

"Aku sudah tahu, aku ini urutan terakhir di dalam hatimu, apapun itu aku selalu menjadi orang terakir yang tahu, dan bahkan aku mengetahuinya dari Gavin."

"Hehehehe, maaf, aku terlalu senang hingga lupa."

Novel Terkait

Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu