Cinta Pada Istri Urakan - Bab 114 Teman Wanitanya Sejak Kecil Mengajakku Berperang

Keluarga Atmaja sudah bangkrut, namun Laras hati tidak senang seperti yang dibayangkan.

Dulu bagaimana juga dia masih bisa disebut sebagai keponakan perempuan dari presdir perusahaan keluarga Atmaja, berlatar belakang dan status, walau status dan latar belakang ini sangat tidak berarti kalau dibanding dengan keluarga Pradipta.

Sekarang, saat orang menyebutnya, selalu saja disebut sebagai keponakan perempuan dari presdir perusahaan keluarga Atmaja yang bangkrut itu.

Keluarga Atmaja tiba-tiba bangkrut, sampai sekarang dia baru menemukan, kalau sebenarnya dia dan keluarga Atmaja adalah satu kesatuan, karena dia juga bernama keluarga Atmaja.

Di perpustakaan, setelah lewat siang hari sinar matahari yang hangat dari luar jendela menyinar ke dalam, Fanfan merasa mengantuk dan bersandar di atas meja yang berbentuk persegi panjang, Manda tak ada perkembangan, suasana hati Laras juga sangat berat sekali.

“Apa semua sudah diatur dengan baik?” Laras bertanya dengan suara ringan.

“Em, untung saja rumah lama kakek dulu tidak dijual, mereka masih ada tempat untuk tinggal.”

Itu adalah rumah lama keluarga Atmaja, terletak di pinggiran daerah diluar Bekasi, sudah keluar dari kota Jakarta, generasi mereka tidak pernah tinggal di sana, tapi dulu kecil pernah berapa kali berlibur ke sana.

Meski di sana lingkungannya termasuk bagus, tapi rumah sakit, tempat perbelajaan, bank dan yang lainnya semua sangat jauh, bagi orang yang terbiasa tinggal di kota besar, hidup di sana sangat tidak praktis.

“Apa papa, mamamu dan kak Maira terbiasa ?”

“Tidak terbiasa juga harus tinggal di sana, kalau tidak hanya bisa tinggal di pinggir jalan.”

“Kenapa bisa tiba-tiba seperti itu? Aku lihat di berita krisis moneter juga datang sekali waktu saja, dibanding di luar negeri, negara kita terbilang yang paling stabil.”

Manda langsung tertawa, “Mungkin ini adalah takdir, juga mungkin adalah karma.”

“…..”

“Apa kamu sekarang masih membenci mereka?”

“Tidak lagi, apa yang harus dibenci, selain aku jadi bertambah seorang suami yang tidak pulang ke rumah, juga tidak ada kerugian lainnya, bisa dibilang aku malah untung, bisa menikah dengan orang seperti Gavin itu.”

“Ada apa dengan kamu dan Gavin?” Hanya dengan orang yang benar akrab dengannya seperti Manda ini, baru bisa merasakan sedikit perubahan dari wanita itu.

“Tidak, tidak ada apa-apa.”

“Ayo lah, kamu menungging pantat sekali aku juga bisa tahu apa yang ingin kamu lakukan, cepat katakan!”

Laras juga ingin mencari orang untuk berbagi cerita, menyembunyikan di dalam hati membuatnya sesak, tapi hal ini berhubungan dengan rahasia pasukan khusus dan juga keselamatan Gavin, dia tidak boleh mengatakannya. Dia hanya berkata: “Ada teman wanita Gavin sejak kecil yang menyukai Gavin, akhir-akhir ini mengajakku berperang.”

“Bleh, seperti ini saja sudah membuatmu menyerah?” Manda mengejek melirik ke samping melihat wanita itu sebentar, “Ini bukan seperti kamu si tuan muda Laras.”

“Tidak ada apa-apa, hidup terlalu nyaman, terkadang memberi aku sedikit batu sandungan, aku bisa ikuti saja pura-pura agak tertekan.” Laras membuat ekspresi yang aneh, matanya menyipit, menjulurkan lidah, tertawa dengan menggoyangkan kepala, menyembunyikan seperti ini.

Beberapa waktu ini terjadi banyak hal dengan keluarga Atmaja, Manda juga jadi bingung, jadi terhadap masalah Laras juga tidak terlalu berminat, dia bilang tidak ada masalah, dia juga menganggap benar dia tidak ada masalah.

“Oh ya, aku dengar dari papaku, paman kedua sepertinya sudah mau kembali.”

Perkataan ini jatuh masuk ke dalam telinga Laras, tawanya yang aneh itu seketika menjadi kaku, detak jantung berdenyut dengan sangat cepat, namun berekspresi seperti tidak ada apapun yang terjadi, berkata: “Ow, bagus.”

Manda menghibur berkata: “Aku tahu perasaanmu, sekarang masih tidak bisa dipastikan, tunggu paman kedua benar sudah kembali, aku pasti memberitahumu.”

Laras mengangkat sebentar rambutnya, melirik ke samping, acuh tak acuh berkata: “Aku tidak peduli ini, ok.”

“Baik, baik, berpura-pura apa di depanku, aku rasa kalau paman kedua kembali, pasti juga ingin bertemu denganmu, bagaimana juga kamu adalah putrinya.”

“Dia mau bertemu denganku, apa aku harus menemuinya? Aku ini orang yang sangat sibuk, setumpuk soal yang mau dikerjakan, setumpukan buku perlu dilihat, jangan ngobrol lagi, aku mau baca buku.”

Melihat jarang sekali wanita itu bisa fokus dalam belajar, Manda juga tidak banyak bicara lagi, di rumah terjadi masalah yang besar seperti ini, sekarang satu-satunya hal yang dapat dia lakukan adalah belajar dengan baik.

--

Situasi Gavin di sana sudah masuk ke puncak, meski dia sudah berhasil mengelabui Navi, tapi sudah lama tidak mendapat telepon dari paman keempat membuat Navi mulai curiga lagi.

Berdasarkan teori, Nimo adalah orang yang mau diselamatkan oleh paman keempat, orang itu sudah dipenjara hampir sebulan, paman keempat tidak seharusnya selama ini tidak menghubungi Nimo.

Dan Gavin juga tahu sendiri kondisinya, kalau tidak ada tindakan selanjutnya, Navi pasti tidak mungkin berdiam diri dan turun tangan.

Hari itu, tuan Black membawa Nimo datang sekali lagi ke tempat persembunyian Navi.

Sekali masuk, Navi langsung berjalan ke depan seperti sebuah panah, mencengkram kerah baju Nimo memaki berkata: “Kamu keparat sebenarnya berhasil menghubungi pak tua itu tidak?”

Nimo lebih tinggi dari Navi, Navi mencengkram kerah baju pria itu, secara tak langsung bisa dibilang mempermalukan diri sendiri, “Perlu aku potong jarimu?!” Navi memandang tajam, mengancam lagi.

Nimo berekspresi tak bersalah mengangkat sepasang tangan, “Aku juga tidak tahu, aku pikir kemungkinan besar terjadi sesuatu dengan paman keempat, kalau tidak dia juga tidak akan selama ini tidak menghubungiku.”

Tuan Black berjalan ke depan membujuk Navi, berkata: “Bos Navi, kalau ada sesuatu bicarakan dengan baik, kita ini adalah saudara.”

Berinteraksi dengan Nimo beberapa hari ini, tuan Black sudah disogok sepenuhnya oleh Nimo, tuan Black juga adalah orang yang paling banyak membocorkan masalah, termasuk kekuatan, kekayaan dan juga beberapa persedian senjata Navi sekarang ini di luar negeri.

Seperti yang diperkirakan oleh Gavin, setelah setiga emas bangkrut, usaha utama segitiga emas yang diteruskan Navi, adalah transaksi narkoba dan jual-beli senjata gelap, dua macam ini adalah yang paling dan sangat menguntungkan.

Kekuatan Navi paling terpusat di Myanmar sana, dia bukan hanya ada pasukan tentara, juga memasok persiapan senjata, kemampuan berperang tidak kalah sedikit pun dari satu pasukan tentara asli.

Terpengaruh oleh ayah kandung sendiri paman keempat, Navi beberapa tahun ini juga sedang mencoba masuk ke negara Z, politik di negara Z stabil, makmur dan sejahtera, terlebih lagi beberapa kota besar adalah semua daerah memiliki emas, tujuan Navi yang pertama adalah mengumpulkan kekayaan, kedua adalah membantu segitiga emas membalas dendam dan memenangkan kepercayaan paman keempat.

Sekarang ini segitiga emas seperti piring yang berserakan pasir, kekurangan atasan yang mengepalai, beberapa cabang kecil hanya bisa mendapat sedikit keuntungan masing-masing, andai kata saat ini muncul seorang kepala, yang memiliki kemampuan, memiliki harta, dan juga memiliki kekuatan, benar demikian, membangkit kembali segitiga emas yang mati bisa menjadi hal yang dapat dicapai dalam waktu singkat.

Navi hanya bisa dikurung di Jakarta tidak bisa pergi keluar, sekali membiarkan dia lolos, membiarkan dia mengaktifkan pasukan tentaranya, benar demikian, kedua pasukan tentara berperang, akibatnya akan sulit dibayangkan.

Gavin berpikir lebih panjang, dia tidak hanya mau menghalangi Navi, juga mau menangkap paman keempat, terlebih lagi mau membuka kedok mata-mata dalam pasukannya.

Dia berpikir, paman keempat pasti punya cara rahasia untuk menghubungi Nimo, tapi dia bukan Nimo yang sebenarnya, tidak tahu kode rahasia komunikasi mereka, dia juga menyuruh Weiner mereka mempergunakan waktu dengan baik untuk menginterogasi Nimo yang sebenarnya, tapi hingga saat ini tidak ada hasil apapun.

Melihat suasana hati Navi semakin gegabah, kepercayaan terhadap dirinya sedikit demi sedikit berkurang, dia berkata: “Bos Navi, pasti sudah terjadi sesuatu dengan paman keempat, bagaimana kalau kamu membawa kita pergi bersama mencari dia?”

Navi melepaskan pria itu, memaki sepatah. “Kamu ini bangsat, kalau aku tahu orang tua itu ada dimana buat apa aku tanya kamu lagi?!”

Saat ini, ponsel di kantong Navi berdering, sebuah nomor telpon tak terjawab, dia dengan waspada menyambut, bertanya: “Halo? Siapa?”

Gavin berpura-pura tak terjadi apapun, sorotan mata samping melototi dengan erat ekspresi Navi.

“Apa?” Navi ketakutan bukan main, kemudian dengan relaks berkata, “Ow, baik… waktu dan tempat kamu yang tetapkan, aku pasti pergi ke sana tepat waktu.”

Mematikan telpon, ekspresi muka Navi jadi lebih tenang banyak, melihat tuan Black, dan melihat Nimo lagi, berkata: “Besok pagi jam 4, kita pergi ke pelabuhan, cepat pikir harus bagaimana pergi, baru bisa lolos dari sorotan mata polisi.”

Gavin agak waspada, sebaliknya tuan Black, tertawa lantang bertanya: “Apa mau bertemu dengan paman keempat?”

“Jangan sembarangan omong, banyak mulut sekali?!” Navi melirik sebentar Nimo, berkata, “Bukan orang tua itu, sohibku satu lagi, datang menolongku, kamu pergi bersama kita saja, tunjukkan kemampuanmu!”

Nimo tertawa lebar sebentar, “Wah, terima kasih bos Navi, terima kasih bos.”

Novel Terkait

Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu