Cinta Pada Istri Urakan - Bab 913 Jangan Mengganggu Kami Menikmati Waktu Berduaan

Banyak orang yang berdiri di dalam kamar pasien, pemimpin kedutaan juga ada, semua datang menjenguk profesor Ona.

Melihat Laras, Gavin ke sana untuk menariknya ke samping, berusaha menggunakan bibir memberi isyarat agar dia tidak bersuara dulu.

Laras dengan tenang berdiri di belakang Gavin, sangat patuh sekali sama seperti seekor kucing kecil.

Yuka melihat dia, dua orang menggunakan pandangan untuk saling menyapa.

Direktur kedutaan dan tujuh atau delapan pemimpin menyampaikan salam dan simpati di depan ranjang pasien, sangat perhatian terhadap profesor Sugi Ona.

“Profesor Ona, sekarang kamu tidak perlu mengkhawatirkan apa pun, pelaku sudah tertangkap, kamu hanya perlu merawat tubuhmu dengan baik.”

“Iya Baik, terima kasih atas perhatian pemimpin.”

“Profesor Ona, bukan hanya kami, dalam negeri juga sangat memperhatikan masalahmu, semua sangat mempedulikanmu, mendengar kamu bisa kembali dengan selamat, semua berkata ini benar-benar sebuah keajaiban.

Sugi Ona terbaring di atas ranjang pasien, meskipun badan lemah, tapi suasana hati bagus sekali, bahkan agak bersemangat, “Terima kasih, terima kasih atas perhatian semuanya.”

Pemimpin berbicara terus begitu banyak, setelah selesai mengungkapkan simpati pada Sugi Ona lalu mengucapkan kata-kata terima kasih kepada Gavin, berbicara lebih dari setengah jam, hingga perawat masuk mengingatkan bahwa pasien akan melakukan pemeriksaan, ungkapan simpati ini baru berakhir.

Akhirnya para pemimpin keluar, lebih dari setengah orang berkurang di kamar pasien, dan banyak ruang kosong.

Nyona Ona sangat senang, putri dan suami bisa pulang dengan selamat, semua penantian dan penderitaannya dalam setahun ini, sudah berlalu.

Ibu dan anak berhati-hati memapah Sugi Ona ke kursi roda, nyonya Ona berkata: “Yuka, kamu temani Pemimpin Pradipta dan nyonya Pradipta, cukup aku saja yang pergi.”

Yuka: “Eng, baik.”

Nyonya Ona mendorong Sugi Ona pergi melakukan pemeriksaan menyeluruh, sebenarnya semalam dokter sudah melakukan pemeriksaan awal kepada Sugi Ona, yang akan dilakukan hari ini adalah, pemeriksaan fisik yang lebih rinci dan menyeluruh, tentu saja waktu yang dihabiskan juga akan lebih lama.

Yuka memegang Laras bertanya: “Sudah dibawa belum? Apakah bisa dibeli?”

“Ada, semua ada,” Laras memberikan kantong yang ada di tangannya, “Khusus pergi ke supermarket dan memilih yang paling mahal.”

“Terima kasih, nanti aku transfer uangnya padamu.”

“Tidak perlu buru-buru.”

Gavin dan yang lainnya sedang bertanya-tanya barang apa yang ada dalam kantong, Yuka sendiri yang mengeluarkannya untuk melihatnya, itu adalah satu set alat gunting rambut, dan sebuah pisau cukur.

“Sekarang papaku sangat membutuhkan semua ini, ya tuhan, tadi bertemu dengannya sungguh membuatku terkejut sekali, sudahlah jika hanya rambutnya yang panjang dan berantakan, satu kepala masih penuh kutu, aku ingin memeluknya juga tidak berani, terlalu menakutkan.”

Laras merasa canggung, yang lainnya tidak bisa menahan tawa.

Gavin: “Sudahlah, kalian semua kembali untuk istirahat saja, nanti sore hubungi kantor pusat untuk rapat, mari bahas bersama selanjutnya harus mengambil langkah apa, apakah kembali ke dalam negeri, atau tinggal di sini untuk menunggu obat penawarnya keluar.”

Darius dan Jino: “Baik.”

“Ayo cepat kembali saja.”

“Bos, kamu tidak ikut pergi bersama kami?”

Gavin memegang tangan Laras, “Mau bawa kakak iparmu pergi ganti obat, kalian jangan mengganggu kami menikmati waktu berduaan.”

“Oh, mengerti, lalu aku bisa melakukan panggilan video dengan keluarga?” Jino pertama kalinya menjadi seorang ayah, setiap hari selalu merindukan Fanny, dan putri mereka yang baru lahir.

“Boleh.”

“Terima kasih bos.”

Ruang ganti obat, dokter membantu Laras mengganti obat yang ada di lukanya, hari ini sudah membaik banyak, setidaknya luka sudah tidak mengalirkan cairan lagi, bagian paling parah yang ada di tengah, berukuran sebesar telapak tangan, jika dilihat pasti akan meninggalkan bekas luka.

Ganti obat kali ini, lebih sakit dari terakhir kali, terakhir kali daging dan kulit terbakar hingga tidak merasakan apa-apa, dan kali ini, harus memotong daging yang sudah busuk dulu, saking sakitnya air mata langsung mengalir keluar.

Gavin melihat dengan matanya, dan merasa sakit di hatinya.

Keluar dari ruang pemeriksaan, Gavin memegang tangannya yang terluka, sepanjang jalan melindunginya.

“Kembali ke hotel untuk istirahat saja, kamu sudah semalaman tidak tidur.”

“Aku sungguh ingin sekali pergi mencari Farah untuk membuat perhitungan.”

“Sudahlah, ini sedang berada di luar negeri, setiap kata dan setiap tindakanmu mewakili negara kita, tidak baik jika ribut sampai heboh.”

Gavin memperlambat langkah kakinya, menoleh ke belakang melihatnya, “Laras, kamu sudah berubah, kamu yang dulu mana mau dirugikan seperti ini, sekarang malah bagus, membujukku jangan mempermasalahkannnya.”

Laras tersenyum, “Iyalah, aku juga kagum pada diriku sendiri. Sebenarnya, jika mundur selangkah untuk memikirkannya, mereka juga cukup kasihan, oh iya, kenapa tidak pernah mendengar kalian membicarakan suami kak Motar?”

Selama ini, Laras hanya tahu Farah dan Almora selalu tinggal bersama paman Motar, tidak pernah mendengar suami Farah, yaitu ayahnya Almora.

Ketika Almora masih menjadi artis di dunia hiburan, memang pernah menggunakan latar belakang sebagai generasi ketiga dari tentara untuk mencari sensasi, dalam laporan samar-samar mengatakan kalau kakeknya adalah seorang jenderal penting dari salah satu wilayah militer, memundurkan diri karena terluka, tapi tidak pernah mengungkit soal ayahnya.

Jadi, Laras lebih penasaran.

“Terjadi masalah yang begitu besar pada Almora, masalah yang menyangkut nyawa, kenapa tidak melihat papanya? Dan masih ada lagi terakhir kali saat operasi paman Motar, juga kak Motar yang urus semuanya, tidak pernah melihat menantunya, kenapa? Apakah……meninggal muda?”

Gavin menggeleng, “Aku pernah mendengar mamaku mengatakannya, katanya suami kak Motar menjalankan bisnis di luar negeri, mereka sudah pisah rumah selama bertahun-tahun, tapi belum bercerai.”

“Lalu dia juga tidak mengurus putri sendiri?”

“Yang lebih banyak lagi aku tidak tahu, masalah orang lain aku tidak tertarik.”

Saat sedang membicarakannya, sebuah sosok yang sangat akrab sekali muncul dari sudut, seperti khusus menunggu mereka.

“Gavin.”

Gavin menghentikan langkah kakinya, menoleh ke belakang melihatnya, hanya melihat Farah dengan takut-takut berdiri di samping tembok, menundukkan kepala, kedua tangan memegang ujung baju, dengan tampang sangat tidak bersedia namun tidak bisa jika tidak melakukan seperti ini.

Reaksi pertama Gavin adalah, melindungi Laras lalu mengambil jalan memutar.

“Aih, Gavin…… Gavin……” Menggunakan ikatan kerabat tidak bisa, Farah bergegas mengubah panggilannya, “Pemimpin Pradipta, pemimpin Pradipta……”

Farah sangat cepat berlari ke depan, kata-kata masih belum diucapkan, langsung “Prokk” berlutut ke lantai, “Maaf, nyonya Pradipta, aku tahu aku hilang kendali sehingga membuatmu menderita luka bakar, kamu orang terhormat dan memiliki hati lapang maafkanlah kecerobohanku, aku mohon padamu, aku mohon padamu…..”

Laras ketakutan langsung mundur tiga langkah jauhnya, tapi dia sekuat tenaga berlutut di bawah sambil bersujud, pemandangan ini sungguh tidak elegan, dia hanya bisa maju ke depan menuntunnya, “Aih, kak Motar, ada apa bicarakan baik-baik, kamu berdiri dulu bisa tidak?”

Amarah dalam hati Gavin yang sudah menumpuk banyak akhirnya meledak, langsung menghentikan Laras, “Dia mau berlutut biarkan dia berlutut, dia mau bersujud biarkan dia bersujud, memang sudah seharusnya minta maaf.”

Laras: “……”

Farah melihat Gavin yang berwajah dingin, dia sambil menangis sambil berbicara mulai mengatakan: “Pemimpin Pradipta, anakku Momo sedang hamil, ketika racunnya kambuh, hidup lebih sengsara dibandingkan mati, jika bukan aku yang menghalanginya, dia juga sudah lompat dari atas gedung, bagaimana bisa ini terjadi satu mayat dua nyawa?!”

“Aku tidak berani mengharapkan yang lain, aku hanya memohon pada kalian harus menyelamatkan Momo, selamatkanlah dia.”

Farah terus menerus bersujud, menarik perhatian banyak orang asing yang ada di sekitar.

Adegan seperti ini, orang yang tidak jelas dengan situasi masih mengira Laras dan Gavin sedang menindasnya.

Novel Terkait

Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu