Cinta Pada Istri Urakan - Bab 210 Roda Terus Berputar

Laras dari dulu bukanlah orang yang mudah ditindas.

Siapapun yang baik terhadapnya, dia akan membalas 10 kali lebih baik terhadap orang itu, namun jika ada orang yang berbuat jahat terhadapnya, dia pasti akan membalas 100 kali lebih jahat dari pada orang itu.

Jenny lah yang terlebih dahulu menusukkan pisau ini kepadanya, kalau begitu jangan menyalahkan dirinya jika dia menusukkan pedang ini kepada Jenny.

Bibi Chen merasa canggung saat mendengarnya, jadi dia segera meninggalkan kamar pasien dengan alasan ingin mengambil air panas.

Jenny benar-benar sangat malu, dari awal ini memang adalah sebuah kebohongan yang dibuat olehnya, jadi bagaimana mungkin saat ini dia bisa menghadapi Gavin secara langsung?!

Tugas itu juga sudah lama berakhir, Jenny begitu lama tidak menunjukkan mukanya juga karena dia takut Laras mencecarnya dengan pertanyaan ini.

Bahkan hanya dengan memikirkannya saja Jenny merasa sangat malu, apalagi mengatakannya secara langsung kepada Gavin.

Namun tujuan dia datang kemari hari ini memang untuk meminta maaf atas kesalahannya, jika sekarang dia marah dan pergi dari sini, maka masa depannya akan hancur begitu saja.

Jenny mengambil nafas dalam-dalam dan berusaha keras untuk menekan rasa malunya itu, dia berkata sambil tersenyum : "Bukan begitu, kamu sudah salah paham kepadaku."

"Salah paham? Aku bukan anak kecil yang berumur 3 tahun, mana mungkin bisa salah paham akan hal ini!"

"Maaf, nyonya Pradipta, aku saat ini meminta maaf kepada anda jika dahulu aku pernah membuat anda salah paham terhadapku," Jenny sedikit membungkukkan tubuhnya, suaranya juga terdengar penuh dengan permohonan, dia berkata, "Hubunganku dan Jenderal Pradipta hanyalah kawan lama, dulu saat dia masih sendiri aku pernah berharap untuk mengubah hubungan kami ini, tapi sekarang dia sudah menikah, jadi aku tidak berani mengharapkannya lagi, kelak aku juga tidak berani mengharapkannya lagi, anda tenang saja, aku juga berharap Jenderal Pradipta dapat merasa tenang."

Monolog permintaan maaf Jenny yang penuh dengan permohonan ini membuat Laras tidak bisa marah lagi terhadapnya.

Dia bahkan sudah datang kemari membawa sesuatu dan juga meminta maaf sampai seperti itu, Laras menjadi tidak enak hati untuk terus mempersulit dirinya.

Sebaliknya Gavin merasa cukup terkejut.

Dulu dia juga bukannya tidak pernah menolak Jenny, dia sudah pernah mencoba ratusan cara untuk menolak dirinya, akhirnya dia hanya bisa bersikap waspada dan bersembunyi darinya bagaikan mewaspadai seorang penjahat.

Sekarang Laras hanya cukup berkata "menghadapinya secara langsung" dan langsung membuat Jenny mundur.

Kadang Gavin benar-benar merasa salut akan keberuntungan gadis kecil itu.

Laras menggaruk kepalanya dan berkata : "Karena kamu sudah berkata seperti itu, maka biarkan masalah ini selesai sampai di sini saja, kelak aku juga tidak akan mengungkitnya lagi."

"Nyonya Pradipta benar-benar berjiwa besar, kalau begitu sepertinya hari ini aku tidak sia-sia sudah datang kemari untuk mengatakan sesuatu."

"........" apa? Masih ada hal yang lainnya lagi? Bisa tidak langsung mengatakan semuanya sekaligus saja?

Tepat ketika Laras merasa tidak senang, Jenny kembali menundukkan kepalanya dan berkata : "Pada hari itu di bawah reruntuhan, aku benar-benar mempertimbangkan keselamatan banyak orang, karena itulah aku mengusulkan untuk menyerah menyelamatkan anda. Situasi saat itu sangat bahaya, aku berharap anda dapat mengerti situasiku, biar bagaimanapun tidak semua orang memiliki kemampuan seperti raja serigala, kemampuan setiap orang terbatas, dimohon agar kakak ipar mau memaafkanku."

"Kenapa....." Laras merasa sangat bingung, kenapa harus sengaja datang kemari untuk meminta maaf mengenai hal ini? Bukankah semua orang yang normal pasti akan melakukan hal yang sama?

"Kapten Jenny, kamu tidak perlu meminta maaf, saat itu aku sendiri yang meminta kalian untuk mundur dari sana, ini tidak ada hubungannya denganmu."

Laras bahkan merasa dirinya sudah sangat keterlaluan karena sudah bersikap seperti tadi terhadap seorang prajurit wanita pasukan khusus, dia adalah seorang pasukan khusus istimewa yang dilatih oleh negara, bagaimana bisa dipermalukan sesuka hati seperti itu olehnya.

"Terima kasih atas pengertian nyonya Pradipta." Jenny membutuhkan pengampunan dari Laras, terlebih pengampunan dari Gavin, dia mendongak dengan takut-takut dan menatap Gavin.

Wajah Gavin saat ini sangat suram dan menakutkan, tatapan matanya sangat tajam dan menusuk, membuat orang gemetar ketakutan.

Jenny merasa sangat takut dan juga cemas.

Namun Gavin tidak menanggapinya sama sekali, dia hanya menatapnya dengan tatapan matanya yang menakutkan.

Tatapan matanya itu membuat tubuh Jenny tanpa sadar bergetar.

Dia tahu dengan datang hari ini dan mengungkit masalah ini, itu artinya dia sudah mencari masalah sendiri, selain itu Gavin pasti tidak akan mungkin memaafkannya.

"Nyo..nyo...nyonya Pradipta, anda beristirahatlah dengan baik, ak...aku tiba-tiba teringat kalau aku masih mempunyai urusan lain yang harus segera kuurus, aku....aku pergi dulu, tidak usah mengantarku, anda istirahat saja."

Setelah mengucapkan hal itu, Jenny pergi dari sana bagaikan sedang melarikan diri, meninggalkan kebingungan kepada Laras, "Suamiku, dia kenapa?"

"Tidak tahu." Gavin sudah merubah tatapan matanya, dia menatap Laras dengan lembut, terkendali dan juga hangat.

"Dulu dia benar-benar bersikap sangat angkuh di hadapanku, kenapa hari ini dia bersikap seperti itu? jangan-jangan dia ingin berpura-pura bersikap lemah untuk memenangkan simpatimu? menggunakan kelemahannya untuk menunjukkan kalau aku sudah menindasnya sehingga membuatmu meninggalkanku?"

Gavin mengelus kepalanya lalu tersenyum dan berkata : "Emm, setelah mengikutiku begitu lama, otakmu sekarang menjadi lebih pintar, sudah bisa memikirkan teori konspirasi seperti ini."

"Angkat tanganmu, aku sedang berbicara serius denganmu, apakah kamu tidak merasa kalau ada yang tidak beres dengannya?"

"Dia dari dulu memang tidak beres."

"Otaknya yang tidak beres?"

"Emm, dia harus pergi ke dokter."

Laras memelototinya dengan sebal, "Jenderal Pradipta, bisakah kita mengobrol dengan baik?"

"Tentu saja bisa, apa yang ingin kamu bicarakan? Bagaimana jika kita membicarakan tentang apakah kamu harus melakukan pemeriksaan yang lebih terperinci, seperti melakukan pemeriksaan terhadap lambung atau ususmu?"

"......." ternyata memang topik pembicaraan mereka sudah selesai, Laras membalikkan tubuhnya dan menarik selimutnya, "Aku lelah, aku mau tidur."

--------

Setiap hasil pemeriksaan menunjukkan kalau tubuh Laras sudah tidak apa-apa, hanya saja alveolinya belum sembuh sepenuhnya, jadi dia masih harus tinggal di rumah sakit selama beberapa hari.

Hari itu Manda datang ke rumah sakit untuk menjenguk Laras.

"Suami yang siap melayanimu selama 24 jam itu ke mana?"

"Dia juga harus pergi bekerja."

"Bekerja? Bukankah di matanya hanya ada istri tercintanya ini?"

Laras tersenyum lebar, "Tidak lah, dia juga sangat berdedikasi yah!"

"Hais, kali ini kamu benar-benar harus berterima kasih kepada Gavin, dia benar-benar mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkanmu, begitu aku kembali dan memberitahukan hal ini kepada Maira, meskipun mulutnya tidak mengatakan apapun, tapi aku tahu kalau dia diam-diam pasti merasa iri kepadamu."

"Apakah Kak Maira masih tetap ingin menikah dengan Tanu?"

"Emm."

Mereka berdua menghela nafas karena Maira, kemudian Manda berkata dengan bersemangat : "Aku ingin memberitahumu satu hal, Rendra meminta nomor teleponku, tapi aku tidak memberikannya."

"Yo, yo, yo, sudah bisa jual mahal nih sekarang."

"Tentu saja, bukankah waktu itu dia juga tidak memberikannya kepadaku, ini namanya gigi dibalas gigi."

"Cepat cepat cepat, beritahu aku."

Jadi Manda menceritakan kepada Laras segala hal yang terjadi antara dirinya dan Rendra selama beberapa waktu ini, termasuk kejadian saat dia mau keluar dari rumah sakit dan bertemu dengan Ariel dan juga Sandra.

"Dulu aku tidak begitu mengerti apa yang terjadi kepada mereka berdua, aku selalu mengira kalau dia tidak bisa melupakan mantan pacarnya, sekarang saat aku sudah mengetahui dengan jelas tentang mereka dari internet, aku malah merasa sangat tenang."

"Kenapa begitu?"

"Karena Ariel ingin kembali bersama dengannya, maka lebih baik jika aku tidak ikut campur di dalam hubungan mereka, setelah Rendra menyelesikan masalah ini, baru kita bicarakan lagi saja."

"Apakah kamu tidak takut jika mereka kembali bersama?"

"Kalau memang benar begitu, maka itu adalah takdir mereka, kita adalah orang yang pernah hampir mengalami kematian, jadi aku sudah mengerti ada banyak hal yang tidak bisa dipaksakan."

Perkataan Manda yang klise itu membuat Laras mendengus : "Huh, tidak usah sok berjiwa besar, jika mereka benar-benar kembali bersama, nanti kamu jangan nangis-nangis mencariku yah."

Saat sedang berkata seperti itu, ponsel Laras tiba-tiba bergetar sebentar.

"Widih, secepat itu sudah langsung mengganti ponselmu dengan ponsel keluaran terbaru, emm, ucapan Sandra yang mengatakan kalau dirimu adalah OKB (Orang Kaya Baru) ternyata benar sekali."

Laras tidak mempedulikan ejekannya, dia mengambil dan memeriksa ponselnya.

"OMG, Rendra meminta nomor ponselmu dariku," Laras langsung berseru terkejut saat melihat isi pesannya, "Ini benar-benar yang dinamakan dengan roda terus berputar."

Novel Terkait

Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu