Cinta Pada Istri Urakan - Bab 478 Aku Tidak Seperti Dulu Lagi

Sebelumnya dia tidak mempunyai waktu melihat dengan teliti, sekarang duduk di ruang tamu dia, Gavin melihat di balkon terjemur kaus kaki besar dan kaus putih ukuran besar.

Satu putih satu hitam kelihatan jelas.

Pada saat itu Gavin teringat Randi Uno pria itu.

Dapat informasi dari Nana, Randi adalah pria yang sering berada disisinya, tidak hanya memperhatikan, Juga mengantar jemput di akhir pekan.

Malam itu, Randi bersama Laras membawa dua anak ke supermaket, seterusnya mereka sama-sama pulang ke aprtemen, bagaikan sekeluarga.

Dia duduk di sofa, matanya tertuju ke kaus kaki dan kaos pria terus, hatinya jadi gelisah.

Dapur di Apartemen model terbuka, ruang dapur,dan tamu menyambung satu, dulu Laras memilih apartemen ini juga karena alasan ini, dengan terbuka, waktu di dapur dia bisa memperhatikan anaknya.

Sambil menyediakan makan malam, dia berkata :"Wei, hari mulai gelap, sampai kapan kamu mau disini?" kamu tidak sibuk?"

"Aku cuti."

"Eh, kamu jarang cuti, kenapa tidak menghabiskan waktu bersama orang tua?"

Gavin membalikkan kepala melihat dia, pada saat itu dia juga menatap ke Gavin, empat mata mereka bertepatan, sentuhan mata serentak, mengeluarkan benih-benih cinta yang berkeliling di hati mereka.

Tapi, di hati Laras ada gap, dihatinya, dia tidak bisa melewati gap kedua orang tuanya.

Jangankan dulu Anna yang mengusir dia keluar dari kediamannya, sekarang, Anna dengan jelas mengetahui Gavin belum meninggal, sewaktu dia pergi ke rumah lama meminta keberadaannya, mereka tidak memberitahukan satu katapun dengan dingin.

Anna begini, begitu juga Allan, Mereka sejak dulu sudah tidak bisa menerima dia, sekarang ada alasan yang tepat, mereka tak mungkin memberi dia masuk ke rumah lagi.

Kelakuan mereka membuat dia merinding, juga membuat dia tidak nyaman.

Seandainya Keluarga Pradipta mengetahui dua anak adalah darah daging Gavin, orang tuanya pasti mau anak tidak mau ibu, dengan kekuasaan keluarga Pradipta, dia tidak mungkin bisa merebut anaknya lagi.

Dia tidak bisa menerima akibat yang akan terjadi, mulai awal dia sudah memilih.

Terpikir olehnya, tatapan matanya segera dialihkan.

Gavin berkata:" Aku tidak mungkin setiap hari bersama mereka, bukannya kamu tahu sifat orang tua aku, kalau aku tiap hari terlihat muka di depan mereka, ayahku pasti bilang aku terus tidak bekerja, ibuku, mengoceh terus.

Laras marah sambil tersenyum dingin," Eh, Kamu sudah sangat bahagia, masih tidak mensyukurinya.”

Gavin terkejut, kedengaran kata ironisnya, tetapi dia tidak bisa menyangkal.

Sekilas keadaaan jadi canggung.

Laras sudah masak bubur, terpikir ada Gavin, dia memasak dua piring lauk lagi, ditambah sepiring pangsit

Bagaimanapun dia telah membantu menjaga anaknya di waktu yang dibutuhkan, sekarang waktu makan, tidak mungkin mengusirnya.

"Mohon maaf, tidak ada makanan enak yang bisa dihidangkan."

Gavin merasakan dia mengambil jarak dan bicaranya sopan, "Tidak apa-apa, aku tidak memilih makanan." Dia sudah merasa puas bisa makan bersama.

Buburnya sangat tawar, Laras memasukkan sedikit garam untuk menambah rasanya, anaknya akan menyukainya dan makan lebih banyak.

Selera Nana bagus, makan semangkok bubur dan 3 pangsit.

Bobi tidak bisa, dengan terpaksa hanya makan setengah mangkok bubur.

Mengejutkan Gavin, pangsit sekecil ini, mempunyai aneka isi dalamnya, dan rasanya enak sekali.

"Paman Dita, Pangsit yang dibuat mama enak?"

"Ini buatan mamamu?" Dia mengira beli di supermarket khusus untuk anaknya.

"Ya, Mamaku bisa buat banyak makanan, kali ini makan pangsit, lain kali makan pangsit manis tujuh rasa."

Gavin dengan heran dan tertegun menatap kepada Laras.

Laras menatap kembali, berkata:" Jangan banyak pikir, habis makan cepat pulang."

"......"

Nana melihat ibunya marah, dengan mulut tertutup, bola mata yang bulat membidik ke ibunya, dan sebentar membidik ke Gavin.

Bobi pandai melihat situasi, menaruh sendok:"Mama, aku mau tidur."

"Baik, mama bereskan semuanya baru menemani kamu, pergilah."

Bola mata Nana memutar-mutar, dengan lincah berkata:"Mama, aku tidak mau makan juga, sudah kenyang, bolehkah aku pergi nonton kartun?"

"Pergilah."

Dimeja makan hanya Gavin dan Laras, selang beberapa tahun, tak terpikir olehnya dalam keadaan begini mereka masih bisa berhadapan saling berbicara.

"Habis makan pergilah, lain kali jangan cari aku lagi.”

"Ras...."

"Laras menundukkan kepala, memutuskan perkataan dia, " Jangan memanggil aku begini....Aku tahu kali ini kamu pasti mencariku, begini, kita bicara dengan jelas."

"Waktu itu aku memberikan surat perceraian, aku tidak ingin kamu menjadi janda demi aku.”

"he, kamu begitu percaya diri, kalau kamu meninggal, aku paling menangis beberapa bulan, satu dua tahun lagi aku mencari pendamping baru. Surat cerai yang kamu berikan kepada aku, itu alasan ibumu mengusir aku dari kediaman saja, Tak satupun keluarga Pradipta yang membantu aku. apakah aku harus memikirkan kamu lagi?"

"aku mohon maaf, maafkan aku bisa?"

"Lihat, tak lama meninggalkan kediamanmu aku sudah mulai percintaan baru, melahirkan sepasang anak, walaupun tidak sampai akhir, tetapi tidak apa-apa juga, menmcari pria sangat mudah, aku tidak usah takut tidak mendapat pasangan?"

"......." Muka Gavin menjadi kaku, dia berbicara dengan nada rendah," Kamu berbicara begitu, aku merasa kamu sengaja.”

"Tidak, Kamu sangka kamu hebat? kamu menyangka segala sesuatu kamu tokoh utamanya? kamu pandai menyelidiki, tetapi apakah kamu bisa selidiki hati orang? Orang bisa berubah, aku ditelantarkan kalian dulu, apakah kamu mempunyai hak minta maaf dari aku? Kenapa kamu mengacaukan kehidupanku, sewaktu aku mulai kehidupan baru?" apakah kamu tidak merasakan keegoisan kamu?"

Laras makin emosional, tanpa sengaja nada suara makin keras, dia melihat Nana duduk di sofa menatap mereka dengan cemberut, kelakuan anak dia yang polos menambah rasa bersalahnya.

Maaf Nana, dia tidak boleh menjadi ayahmu.

"Mama, kenapa kamu bertengkar dengan paman Dita?"

"Tidak bertengkar, bukan bertengkar, mama mengobrol sama paman, sudahlah sudahlah, kami berbicara pelan-pelan, tidak ganggu kamu nonton kartun."

"Harusnya begini."

Nana masih kecil, sangat mempercayai mamanya, sangat mudah dirayu, mendengar perkataan mamanya, dia membalikkan muka melihat kartun.

Laras merendahkan suaranya, berkata:"Aku mohon, Untuk seterusnya jangan mempengaruhi kehidupan kami keluarga bertiga.”

Gavin serasa tenggorokan berputaran, tidak bisa berbicara.

Apa yang paling ditakutkan, akhirnya datang juga.

"ayahmu terjadi sesuatu, aku cuma ingin...."

"Tidak perlu, aku tidak seperti dulu lagi."

"......" ya, dia bisa melihatnya, burung kecil dulu telah memiliki sayap yang lebar, wanita ini tidak seperti dulu lagi.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu