Cinta Pada Istri Urakan - Bab 461 Aku Tidak Pernah Mencintaimu

Meskipun Laras sudah menutupi telinganya, suara Christian tetap masuk ke telinganya, dengan pasti dia menggeleng kepalanya dan menyangkal : “ tidak mungkin, selamanya tidak mungkin.”

“Kenapa?”

“Tidak ada kenapa!”

“Apa karena si Uno?”

“Bukan, kamu pikir terlalu banyak!”

“Apa karena ayah anak kandungmu, dia masih menahanmu?”

Laras tersenyum dengan masam, menggeleng kepalanya dan menyangkal, “ bukan, kamu jangan asal tebak.”

“ Jadi hanya ada satu alasan, karena paman kedua bukan?”

Laras diam, memang tidak bisa dinyangkal, itu memang merupakan salah satu alasan, mana mungkin dia menjalin hubungan dengan keponakan Gavin? Dia tidak bisa melakukannya.

Christian melihatnya tidak menyangkal, malah merasa lega, “ tidak masalah, aku juga sangat kangen paman kedua, aku tidak keberatan di hatimu tetap ada beliau, kedepannya di hari Festival Ziarah Kubur aku akan menemanimu mengunjunginya”

“ Festival Ziarah Kubur pergi mengunjunginya, betapa mudahnya omonganmu.”

Christian mengira Laras tidak mempercayainya, tiba-tiba dia mengangkat tangan kanannya dan bersumpah, ” aku bersumpah kepada Tuhan, aku benar-benar tidak keberatan dengan masa lalumu dan tidak peduli dulunya kamu istri siapa, aku hanya ingin menjagamu seumur hidup ini dan tidak akan meninggalkanmu.”

Sumpah yang pernah didengar, air memenuhi mata Laras, dulu Gavin juga pernah berkata begitu, tapi akhirnya?

Air mata membasahi mukanya, dia benar-benar sangat kangen Gavin.

Christian mengira pernyataan cintanya membuat Laras terharu, kemudian dia maju dan berkata, ” jangan peduli apa yang orang lain katakan, masalah keluarga aku akan menanganinya, aku berjanji padamu aku tidak akan meninggalkan kamu dan anak-anak meskipun harus memutuskan hubunganku dengan keluargaku.”

“Christian, ” Laras menyelanya, menghapus air matanya dan dengan nada dingin dia berkata, ” Kamu dengarkan baik-baik, aku tidak setuju bukan karena kamu keponakan Gavin tetapi karena aku tidak pernah mencintaimu.”

“???”

“Christian, Kamu terlalu sombong, kamu kira aku harus berterima kasih kepadamu? Kamu sama seperti orang lain, mengira aku tak ada yang mau gara-gara mempunyai 2 anak? Aku beritahumu, aku tak butuh Kasihan-mu.”

“Bukan kasihan, Laras, aku memang mencintaimu.”

“Aku tidak mencintaimu, jelas? Jangan buang waktu di aku sini, walaupun lewat 4 tahun atau 40 tahun aku juga tidak akan mencintaimu.”

Dengan sakit hati, Christian bertanya, ”Jadi kamu tidak pernah memikirkan kedua anakmu, mereka masih kecil, mereka butuh ayah dan aku bisa menjadi ayah yang baik untuk mereka.”

“Ha, lucu, kamu kira aku akan mengalah karena anak-anakku, Biar aku beritahumu, aku mendidik anakku dengan memberi contoh, kata ‘mengalah’ tidak ada dalam keluargaku. Walaupun kedepannya aku akan menikah, aku juga akan menikah dengan pria yang kucintai tapi itu bukan kamu.”

“??” Christian tidak bisa membantahnya, penolakan ini cukup jelas, Ini memang karakter Laras.

“Baik, aku mengerti.”

“Sangat baik jika kamu mengerti, jangan berkata begitu lagi sebab itu hanya mencerminkan kamu orang yang begitu rendah.”

“??” Christian disakiti dalam-dalam.

“Sudah, semua sudah jelas, aku mau keluar dari rumah sakit, kamu tidak perlu mengantarku, terima kasih banyak!”

“??”

Malam hari, sebelum tidur Laras membaca dongeng ke anak-anaknya seperti biasanya bagaikan tidak terjadi apa-apa.

“Aiyaya, ketika kelinci berlari pelan-pelan menuju tujuan, ternyata si kura-kura sudah tiba duluan?”

Dia melihat anak-anaknya melihatnya dengan mata mereka yang begitu besar dan hitam, hampir menangis, dia berkata, ”kok masih belum tidur, cerita ini sudah dibaca berkali-kali, Mulut mama sudah kering dah.”

Bobi menendang Nana dalam selimut, Nana mendapatkan kode dengan lugu dia bertanya, ”Mama, Apakah mama akan pacaran dengan paman Uno?”

“Hah?”

“Apakah paman Uno mau jadi ayah kami?”

“Darimana kalian dengar itu?”

Nana melihat Bobi, Bobi pura-pura tidur namun tetap buka mata secara diam-diam untuk mengetahui kondisi.

Gadis kecil ini lugu, makan main yang terpenting bagi dia, mana mungkin dia mengamati apa yang terjadi di antara orang dewasa, tanya dia, dia pun tidak bisa menjelaskannya.

Laras mencubit muka Bobi dan bertanya, ” cepat bilang, dengar darimana? Jangan mengajari adikmu sembarangan.”

Bobi membuka matanya, dengan muka kasihan, ”mama, si kakek yang tanya apakah kami suka paman Uno?”

Laras tersenyum dan bertanya, ” Gimana kalian menjawab kakek?”

Nana : “suka, paman Uno ganteng dan cara ngomongannya juga menyenangkan, Nana sangat suka.”

Laras mencubit muka kecil Bobi : “gimana denganmu?”

Bobi : “ aku tidak tahu, mama gimana?apakah mama suka paman Uno?”

Hati Laras terasa berat, dia berpikir sejenak dan menjawab, ”Mama dan paman Uno hanya sekedar teman karena paman Uno telah membantu kita menyelesaikan sebuah masalah yang besar, Jadi mama sangat berterima kasih kepadanya, namun ini bukan berarti mama mau pacaran dengannya, dan mama tidak mungkin menjadikannya ayah kalian, mengerti!?”

Bobi bertanya, ” jadi Nana bisa suka paman Uno?”

Dengan jelas dan penuh perhatian Laras menjelaskan, ” suka ada berbagai macam, tidak hanya suka dalam pacaran, paman Uno baik sama kita, kita suka dia, itu adalah hal yang wajar.”

Bobi :”Bisakah aku suka paman Uno ?tetapi bukan suka sebagai seorang ayah.”

Laras tergoda senyum, ”tentu saja bisa.”

Saaat ini, tanpa sadar Nana sudah tidur, Bobi mengangkat kepala kecilnya, memandang mama dengan rasa ingin tahu dan bertanya, ”mama, kenapa aku dan adik tidak punya ayah?”

“??” Pertanyaan anak yang tanpa sengaja ini membuat hati Laras sakit, tiba juga hari ini, dia mengira masih punya banyak waktu untuk memikirkan hal ini, namun hari berlalu anak-anak bertambah besar dan mulai ingin tahu tentang ayah mereka.

Dia memeluk Bobi, mencium keningnya, Bobi semakin mirip dengan ayahnya, mukanya, ketelitiannya dan kecerdasannya, semua merupakan keturunan dari ayahnya.

“Ingat, Bobi, ayahmu adalah seorang pahlawan.”

“Apa itu pahlawan?”

Wajar, Bobi masih kecil, masih banyak yang tidak mengerti.

“Tunggu Bobi besar akan mengerti, tapi Bobi ini adalah rahasia antara kita berdua, jangan beritahu siapapun, bisa?”

“Nana pun tidak bisa diberitahu?”

“Iya, Nana tidak bisa menjaga mulutnya, kalau dia tahu, semua orang pasti akan tahu, ini adalah rahasia kita berdua, hanya kita berdualah yang tahu.”

“Baik.”

“Cepat tidurlah, adikmu sudah tidur.”

Bobi menutup matanya, dengan bibir tersenyum, ” ayahku adalah seorang pahlawan, pahlawan.”

Air mata Laras membasahi pipinya, dia hanya bisa menutup mulutnya agar tangisan tidak terdengar, Gavin, tahukah kamu betapa rindunya anakmu kepadamu? Kamu pergi begitu saja, tegakah?

Gavin? datanglah temani anak-anakmu walaupun hanya didalam mimpi?

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu