Cinta Pada Istri Urakan - Bab 65 Saat Mengadakan Resepsi Pernikahan, Aku Akan Mengundangmu (2)

Gavin mengangguk, "Tidak perlu terburu-buru, kamu pulang dulu dan istirahat dengan baik, setelah itu kita akan mengatur rencana lagi."

"Baiklah bos, bolehkah lukisan ini diberikan kepadaku?"

"Tentu saja boleh."

Jino memberikan hormat ala militer lalu keluar dari kantor, meskipun tidak jelas gambar apa yang ada di sketsa lukisan itu, tetapi dia masih tetap bersikeras menelitinya dengan baik.

Saat Gavin baru saja duduk, kembali terdengar suara ketukan pintu, "Masuk."

Jenny masuk ke dalam dengan membawa sebuah dokumen, dia terlihat keren dengan seragam militernya, dia berjalan lurus dan tubuhnya terlihat tegap, langkahnya terlihat mantap, posturnya tidak kalah dibandingkan dengan pria.

Gavin mendongak dan menatapnya, wajahnya terlihat dingin, tidak terlihat emosi apapun dari tatapan matanya.

"Lapor Jenderal, dokumen ini membutuhkan tanda tangan anda, silahkan diperiksa kembali."

Gavin menerimanya, setelah memeriksanya sebentar, dia menandatanganinya dengan serius.

"Terima kasih Jenderal." setelah Jenny mundur dua langkah, dia tiba-tiba berhenti dan tidak pergi dari sana, dia juga tidak bersuara sama sekali.

"Masih ada lagi?" Gavin bertanya dengan santai tanpa mengangkat kepalanya.

Nada bicara Jenny tiba-tiba berubah, dia berkata dengan lembut : "Maaf karena kemarin aku datang tanpa diundang."

Gerakan pena Gavin tiba-tiba terhenti, tetapi dia tetap tidak mengangkat kepalanya.

"Aku sudah mencoba untuk membujuk ibumu, tetapi aku tidak mampu membujuknya, kesehatan ayahmu tidak begitu baik, kesehatan ibumu juga tidak begitu baik, aku sangat mengkhawatirkan dirinya, jadi mau tidak mau aku ikut dengannya. Dia terus berkata kalau kamu tidak menghormatinya, kalau kamu sudah menyakiti hati mereka berdua, dia juga bukannya sengaja mencari masalah, dia pergi ke rumahmu, yang pertama karena dia benar-benar ingin bertemu denganmu, yang kedua karena dia juga ingin membujukmu untuk meninggalkan Laras."

Melihat Gavin menghentikan gerakannya, Jenny mengira kalau Gavin mendengarkan ucapannya, jadi dia terus berkata : "Ibumu sudah memperlihatkan informasi mengenai Laras kepadaku, sejujurnya, dia jauh lebih buruk dari yang aku bayangkan. Gavin, apakah kamu mengenal dirinya dengan baik? Apakah kamu tahu latar belakang keluarga dan lingkungan tempat dia dibesarkan? Apakah kamu sedikitpun tidak peduli kepada cara bicara dan perilakunya? Meskipun kamu tidak peduli, tetapi ayah dan ibumu peduli, mau ditaruh dimana muka keluarga Pradipta?"

Gavin meletakkan pena di tangannya, lalu dari dalam kotak mengambil sebuah pena yang baru lagi, kemudian dia membuat dua goresan di atas kertas kosong, pena ini baru bisa digunakan, setelah itu dia meneruskan pekerjaannya.

Ternyata dia hanya mau mengganti pena saja, Jenny menarik bibirnya keatas, saat ini dia benar-benar merasa sangat malu.

Tetapi kekalahan yang selalu didapatkannya selama bertahun-tahun berada di sisi Gavin sudah membuat mentalnya semakin kuat, pukulan seperti ini tidak akan bisa mengalahkannya, bahkan pasukan khusus serigala saja bisa dia masuki, dia tidak percaya kalau dia tidak bisa menaklukkan seorang pria.

"Orang luar biasanya lebih bisa mengamati dengan jelas dibandingkan dengan orang yang mengalaminya, Gavin, jangan sampai matamu dibutakan olehnya, apakah mungkin ayah dan ibumu mencelakaimu? Apakah mungkin aku mencelakaimu? Aku berharap yang terbaik untukmu, lebih dibandingkan siapapun."

Segala perkataan Jenny sama sekali tidak menyentuh hati Gavin, dia hanya bisa menyerah, "Aku berharap kamu bisa meluangkan waktu untuk lebih sering pulang ke rumah dan menemani orang tuamu, yang terakhir, aku minta maaf sekali lagi untuk kelancanganku kemarin, maafkan aku."

Akhirnya Gavin mengangkat kepalanya, kedua mata Jenny langsung bersinar seketika, menatapnya dengan tatapan berharap.

"Kapten Wijaya, aku menerima permintaan maafmu, jadi tolong besok-besok jangan datang tanpa diundang lagi, nanti saat kami mengadakan resepsi, kami akan mengundangmu untuk menghadirinya."

"......."

Gavin menggunakan cara yang paling kejam untuk menyerang seorang wanita yang sangat mencintainya, itu memang kejam.

Tetapi, dalam sepuluh tahun terakhir ini, bahkan meskipun hanya tatapan mata yang paling biasa darinya saja, Jenny akan selalu mengartikannya sebagai Gavin sedang mengisyaratkan sesuatu kepadanya, jadi, Gavin hanya bisa menggunakan sikap yang seperti ini terhadapnya.

Kalau menolak dengan ucapan tidak ada gunanya, maka kalau begitu, dia akan menolaknya dengan menggunakan tindakan nyata.

Tidak memberikannya harapan sedikitpun adalah merupakan hal yang terbaik yang bisa Gavin berikan kepadanya.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu