Cinta Pada Istri Urakan - Bab 528 Aku dan Dia Masih Belum Kenapa-Kenapa

Pergi rumah sakit memeriksa, janin kecil itu sudah terbuang spenuhnya, tidak perlu dikuret.

Dokter melihat hasil tes, tiba-tiba dokter dengan hormat dan tulus berkata: "Dia adalah seorang anak yang baik, sangat menyayangi mama, tidak membuat mama menderita, hanya saja kurang beruntung, kehidupan yang akan datang pasti akan bisa terlahir kembali."

Awalnya suasana hati Gavin sudah membaik sangat banyak, mendengar dokter berkata demikian, dia mengerutkan keningnya dan mulai menyalahkan dirinya lagi, "Semuanya salahku."

"Kalau tau salah maka jaga istrimu dengan baik selama pengurungan persalinan, jujur saja, penyakit persalinan disembuhkan dengan persalinan, bukannya tidak masuk akal juga."

"Baik, terimakasih dokter."

Ini adalah pertama kalinya dia merasakan dan mengetahui kehamilan Laras, walaupun tidak segembira saat pertama kali menjadi papa, tapi juga sebuah kejutan kecil, juga termasuk mengganti kebahagiaan saat kedatangan Nana dan Bobi yang dia lewatkan.

Tapi, kebahagiaan ini masih belum sempat dinikmati, dia sudah kehilangan kejutan kecil ini selamanya.

Mengakhiri sebuah kehidupan untuk mengisi kegembiraannya pertama kali menjadi papa, ini memang sedikit kejam.

Sejak saat itu, Gavin langsung pindah ke mansion, dari pemilik kediaman Gavin, malah menjadi menantu pria yang dibeli oleh keluarga Atmaja.

Tentu saja Romo tidak menolak, dia sangat menginginkan seperti ini.

Pagi itu, Gavin mengantarkan anak-anak pergi ke TK, Romo melambaikan tangan ke Laras, "Kemari duduk, temani papa makan sedikit."

Laras duduk dihadapan papanya, mengambil sendok dan memakan buburnya.

"Kamu juga, padahal sudah menjadi orang yang berpengalaman, kenapa begitu tidak hati-hati, terakhir yang terluka bukankah kamu juga?"

"Aduh, aku tidak memberitahumu agar kamu tidak khawatir, dia malah cerewet sekali."

"Baik, baik, aku tidak membicarakannya lagi, kamu rawat tubuhmy dengan baik, ini bukan bercandaan."

"Ehn, tau."

"Keluarga Pradipta sana apa ada mengatakan apa?"

"Aku rasa Gavin mungkin tidak akan berani menceritakan hal ini kepada papa mamanya."

"Hais, aku juga berpikirkan seperti itu, aku paling bagus kalau kalian selamanya tinggal disini, paling bagus mempunyai seorang menantu yang masuk ke keluarga, paling bagus kalau anak-anak tiap hari mengelilingiku, tapi, seperti ini juga tidak begitu baik, lebih baik kalian pikirkan secara matang, harus bagaimana."

"Pa, aku dan dia masih belum kenapa-kenapa."

Romo yang mendengar, langsung bertanya: "Kamu sudah keguguran seorang anak demi dia, kalian masih belum kenapa-kenapa?"

"......"

Semakin Romo memikirkannya, dia semakin marah, "Kalau begitu kamu dengan dia sekarang......termasuk apa? Kekasih? Hubungan gelap?"

"Uhuk uhuk.....pa, aku masih sedang mengujinya, dia meninggalkanku begitu lama, apa aku tidak boleh mengujinya?"

"Oh, kamu masih sedang mengujinya?"

"Tentu saja, tidak membiarkannya merasakan kesusahan menjaga anak-anak, dia tidak akan tau betapa susahnya aku."

Romo berpikir, lalu tersenyum, "Hehehe, benar juga......jujur saja, Gavin ini tidak ada duanya, tapi justru karena dia terlalu baik makanya aku mengkhawatirkanmu. Orang seperti keluarga mereka, selalu meremehkan pengusaha, kali itu keluarga Pradipta terlalu menginjak orang, kali ini kalau tidak memberikan pernyataan, maka tidak akan memaafkan Gavin."

Laras sedikit menangis sampai tertawa, "Pa, sebenarnya kamu ingin aku memaafkannya atau tidak?"

"Heh, kalau itu harus diuji dulu, tapi kamu juga jarus memperhatikan kesehatanmu, itu apa......kamu pasti mengerti."

"Mengerti, mengerti, kamu jangan khawatir berlebihan."

Romo sangat tidak berdaya, "Hal semacam ini seharusnya mama kamu yang mengatakannya padamu, aku tidak begitu bisa."

Laras membeku, "Kamu ada kabar mamaku?"

"Tidak, aku hanya mengatakannya saja."

"Pa, mamaku, dia......kira-kira dia mungkin ada dimana?"

Romo berpikir hati-hati, menebak dan berkata: "Mungkin ke Inggris, orang tua dan kerabatnya semua migrasi ke Inggris."

"Pa, apakah sekarang kamu menyesal perbuatan tahun dulu?"

"Sudah 20 tahun lebih, mau bilang menyesal juga sudah terlambat, intinya aku bersalah kepada mamamu, tapi aku berharap dia bisa hidup dengan bahagia dan tenang."

Laras menghela nafas, wajahnya penuh kekecewaan.

---

Sangat cepat tanggal 17 Agustus sudah tiba, hari anak-anak, tentunya yang paling senang adalah anak-anak.

Gips tebal di sebelah kiri Laras sudah dicabut, diganti dengan tali, bahunya terasa lebih ringan, seluruh tubuhnya menjadi lebih santai.

Dia dengan hat-hati mendandani rambutnya, menggunakan yang tipis, juga menggunakan dress yang pas di badannya, dressnya juga ada pola bunga yang cantik, warnanya sangat cerah, sangat cocok dengan musim panas.

Saat dia berjalan turun ke bawah, Gavin sampai terbengong melihat dia, pandangannya melihatnya dengan lekat, bahkan matanya pun tidak berkedip.

"Wah, mama cantik sekali." Nana berlari ke depan tangga, berlompat-lompat, sangat bersemangat, "Mama mama, mama ada pakai lipstick tidak?"

"Sudah."

"Kalau begitu cium, cium......"

Nana mengangkat kepalanya dan memajukan bibirnya, melompat ingin berciuman dengan mamanya, seperti seekor burung kecil.

Tentu saja Laras tau maksud anak kecilnya berciuman dengan mamanya, bibirnya bisa terkena lipstik mamanya, dia tersenyum cantik, berkata: "Guru sudah bilang, anak-anak yang hari ini ikut tampil harus didandan, sini, sini, antri, satu per satu."

Tentunya Nana langsung baris yang pertama, seperti ekor kecil mama, berusaha memayunkan bibirnya.

"Mama mama, aku dulu, aku dulu."

Laras mengeluarkan eyeshadow dan lipstick, mendandani Nana dengan sederhana, "Sudah, cantik sekali."

Giliran Bobi, tapi Bobi sama sekali tidak seperti Nana, begitu mendengar berdandan, terus mengkritik, bagaimana pun tidak mau berdandan, juga berusaha melipatkan bibirnya, "Aku tidak mau dipakai yang merah, tidak mau, tidak mau......"

Nana sengaja memajukan bibirnya, berkata: "Kakak, pakai sedikit, cantik sekali."

"Jelek sekali, seperti keracunan."

Begitu Nana mendengar, wajahnya hampir akan menangis, "Mama......Apa jelek sekali?"

"Tentu saja tidak, cantik sekali, kakak saja yang tidak mengerti."

Nana tidak percaya, lalu bertanya pada Gavin, "Paman Dita, aku jelek tidak?"

"Mana mungkin, Nana adalah perempuan kecil paling cantik di dunia ini."

"Benar?"

"Paman tidak mungkin membohongimu."

Nana baru memaksa untuk senang sedikit, “Heh, kakak, aku tidak mau berbaikan denganmu lagi, nanti aku mau menari di atas pentas, kamu tidak boleh lihat, huh."

"Tidak boleh ya sudah, aku juga tidak sudi, huh."

Laras: "......"

Gavin langsung menggendong Nana, lalu sebelah tangannya menggandeng Bobi, berkata: "Sudah selesai berdandan, kalau begitu ayo jalan, guru dan teman-teman sudah menunggu kita di TK, hari ini adalah hari kalian, tidak boleh bertengkar, tidak boleh tidak senang."

Nana masih memayunkan bibir kecilnya, bibirnya yang dipoles lipstick, berakting seperti tidak mau, "Baiklah, kakak, aku memaafkanmu."

Bobi: "huh."

Nana: "Marah-marah bisa membuat orang tua, hati-hati nanti berubah tua seperti kakek."

Bobi juga sangat tidak senang, tapi malah tidak bisa menang melawan adiknya, hanya bisa memaafkannya, "Adik, aku juga memaafkanmu."

Nana menepuk pundak Gavin dan berkata: "Paman Dita, aku mau berjalan bergandengan dengan kakak."

"Baiklah, kalian berdua harus saling mencintai dan menyayagi."

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu