Cinta Pada Istri Urakan - Bab 808 Kepalaku Sangat Pusing Dan Butuh Kecupanmu

Pada saat itu, Laras yang mengemudikan mobil, Romo duduk di co-pilot, dan Gavin duduk di kursi belakang.

Romo yang saat itu sedang dalam keadaan setengah mabuk tiba-tiba tersadar, kata-kata yang diucapkannya seolah-olah sulit dipercaya, "Siapa? mamamu?"

Suara Romo yang bersemangat membuat Gavin yang duduk di kursi belakang juga ikut tersadar.

"Ya, mama sekarang sudah memiliki bisnisnya sendiri, dia juga sudah memiliki keluarganya sendiri. Dia telah menjalani kehidupan yang tenang dan cukup di Inggris selama ini."

Romo tidak mengerti bagaimana suasana hatinya saat itu, pikirannya pun kosong.

"mama juga berada di kota Jakarta, karena perusahaan suaminya berada di kota Jakarta juga. mama masih sama seperti yang dulu, dia tidak berubah sedikit pun."

Romo mengangguk dan merasa sedikit lega, "Syukurlah jika dia bisa hidup dengan baik, sampai kapan pun aku sangat merasa bersalah kepadanya."

Sebenarnya Laras masih ingin berbicara lebih banyak, tetapi Gavin langsung menendang kursinya, meskipun sedang mabuk, tapi dia lebih rasional daripada Laras.

Banyak kata yang tertahan di tenggorokan, tetapi hanya bisa dikuburnya di dalam hati. Yang lalu biarlah berlalu. Kedua orang tuanya telah lama memiliki kehidupan baru dan jalan hidup yang baru. Apa mau dikata? Dia juga tidak berhak untuk menculik orang tuanya karena harapannya sendiri.

Terlebih lagi, mama, istri Paman Morales memiliki hubungan yang harmonis, Paman Morales pun juga sangat mencintai mamanya.

Laras berusaha sebentar, namun akhirnya dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Sebaliknya, Romo mengatakannya dengan bijaksana, "Jika ada kesempatan, coba kamu mengajaknya keluar dan duduk-duduk santai. Aku ingin meminta maaf kepadanya secara langsung. Sangatlah baik jika dia dapat memaafkanku, tetapi jika dia tidak memaafkan, aku juga tidak akan memaksanya."

Laras berkata dengan ringan, "Kalau begitu aku akan coba bertanya padanya."

"Baiklah, tapi jangan sampai memaksanya."

"Ya, aku tahu."

Romo turun dari mobil, Laras menemaninya masuk sampai ke dalam rumah, Gavin bertanggung jawab membawa semua koper.

Mereka berdua membantu Romo untuk berberes sebentar lalu pergi.

Jalan itu sangat pendek, walaupun berjalan, waktu yang diperlukan hanya beberapa menit saja, apalagi jika dengan mobil.

Gavin sudah duduk di co-pilot. Dia menyampingkan badannya dan terus menatap Laras.

Laras bisa merasakan pandangannya dan bertanya, "Apa ada sesuatu yang ingin dikatakan?"

Gavin tersenyum, "Semua yang kamu pikirankan itu sudah tergambar jelas di wajahmu, apa masih perlu aku mengatakannya lagi?"

"Pikiran apa? Aku tidak memiliki pikiran apa-apa."

"Kamu bisa saja menipu kamu sendiri, tetapi kamu tidak bisa menipu aku."

Laras meliriknya, "Memang kamu tahu banyak."

"Coba kamu pikir, papamu sekarang sendirian, dia tinggal di rumah yang begitu besar, dan dia tidak memiliki orang terdekat untuk mengurusnya, bukankah itu sungguh menyedihkan?"

Laras berkonsentrasi mengemudi.

"Kalau dari sisi mamamu, meskipun Morales mendukungnya, tetapi dia adalah target pelacakanku, cepat atau lambat pasti akan muncul suatu masalah, dan saat itu mamamu pasti juga akan merasakan kehampaan, bukankah lebih baik untuk menyatukan mereka saja?"

Laras menatapnya lagi, "Sudah jangan bicara sembarang."

"Apa perkataanku salah?"

"Diam!"

Gavin tersenyum dan mengulurkan tangan untuk menepuk-nepuk pahanya.

"Bawa pergi, gatal."

"Aku katakan padamu, mengingat keadaan khusus mamamu dan juga cinta Morales yang begitu dalam untuknya, mamamu mungkin tidak setuju untuk bertemu dengan papa."

Laras cemberut, amarahnya muncul karena apa yang dikatakan olehnya benar, tapi dia tidak mau mengakuinya.

"Mari kita pikirkan dari sudut pandang yang berbeda. Jika aku adalah Morales, aku pasti tidak akan bersedia jika istriku bertemu dengan mantan suaminya."

Laras marah kepadanya, "Ketika aku berbicara sebentar dengan Christian di pertemuan keluarga itu, kamu langsung menatapku, apakah kamu normal?!"

Wajah Gavin meredup, dan dia berkata dengan wajah marah, "Berbicara sebentar? Kamu membuatku marah karena mengingatnya."

Laras: "..."

"Maka dari itu, kamu dan Christian tidak ada apa-apa, kan? Tapi kalau papamu dan mamamu kan sudah menikah dan memiliki anak, apa Morales tidak akan sakit hati? Percayalah, laki-laki lebih mengenal sesama lelaki, jika mereka bertemu, situasi mamamu akan menjadi lebih canggung, apa lagi jika Morales mengetahuinya, bukan begitu?"

Laras mendengarkan kalimat ini dengan seksama, benar juga, dengan pengawasan ketat yang dilakukan Morales terhadap mamanya biasanya, jika dia tahu mama akan bertemu dengan mantan suaminya, dia mungkin akan melakukan sesuatu pada mama. Tidak bisa, tidak bisa, dia tidak boleh menyakiti mama.

"Jadi maksudmu, jangan membicarakan itu pada mama?"

"Membicarakan apa? Bukankah jika membicarakan hal itu malah akan menyulitkannya? Dan memangnya kamu tahu penyakit jantungnya sudah sembuh total?"

"Ya, ya, kamu benar."

Gavin mengangkat dagunya dan tersenyum dengan bangga, "Kapan suamimu mengatakan sesuatu yang salah?"

"Ya, turunlah, sudah sampai!"

"Oh, cepat sekali, boleh juga teknik menyetir mobilmu."

Laras keluar dari mobil dan pergi menggandengnya, "Kata-kata seorang pria itu benar-benar tidak bisa dipercaya. Berapa banyak gelas yang kamu minum?"

"papa mertuaku mengajakku bersulang, aku tidak mungkin tidak meminumnya."

Kemampuan Gavin untuk meminum cukup baik. Dia tidak akan mabuk jika sambil makan, dia hanya akan mabuk kalau hanya meminum saja. Ketika Laras datang untuk menggandengnya, dia memeluk pinggangnya dan menahannya di pintu mobil.

"Istriku, aku merasa pusing dan membutuhkan ciumanmu."

Laras: "..."

Detik berikutnya, Laras menekuk lutut langsung ke selangkangan Gavin.

"Ya Tuhan," untungnya, Gavin bereaksi dengan cepat dan menghindari, "Tindakan ini terlalu berbahaya. Kamu harus memikirkannya untuk jangka panjang, istriku."

“Lancar sekali bicaranya.” Laras menghempasnya dan berjalan seorang diri ke arah pintu.

"Eh, eh... aku pusing... aku tidak bisa berjalan dengan baik... kakiku terasa sangat lemas..."

Pengurus rumah tangganya mendengar suara tuan muda yang sedang meminta bantuan itu dan bergegas untuk membantu. "Tuan, jalanlah perlahan, jangan sampai jatuh."

Wajah Gavin menunduk, memicingkan matanya ke pengurus rumah tangganya, matanya seolah berkata: apa urusannya denganmu?

Pengurus rumah tangga itu merasa disalahkan oleh tatapannya, dia pun tak bisa menjelaskan apa-apa.

Sesampainya di rumah, Bobi sudah tidur. Pintu kamar sudah ditutup, tetapi Nana menolak untuk kembali ke kamar. Dia bermalas-malasan di kamar mama dan papanya, dan dia bersikeras untuk tidur dengan mama.

Anna dan pengasuhnya sudah membujuknya, tetapi mereka dikalahkan oleh mulutnya yang pintar.

Melihat Laras kembali, Nana segera memasang ekspresi memelas, matanya yang besar berkedip-kedip, suaranya sangat lembut, "mama, mama, bisakah aku tidur denganmu hari ini? Aku sangat sangat ingin tidur bersamamu. "

Karena anaknya sudah memohon seperti itu, bagaimana mungkin seorang mama tega untuk menolaknya, "Baiklah, tapi tidak untuk lain kali."

Nana berdiri tegak dan memberi hormat seperti seorang prajurit, "Siap!"

Laras: "ma, suster, istirahatlah lebih awal, aku yang akan mengurus Nana."

Anna mengangguk dan mengingatkan: "Baiklah, jika kamu membawanya kembali ke kamar nanti, ingat untuk menutupnya dengan selimut kecil. Koridor ini jauh lebih dingin daripada kamar."

"Iya, mengerti."

Gavin pun naik ke atas, begitu mendengar bahwa putrinya akan tidur dengan mereka, dia sangat menolaknya, lalu dia membujuknya dengan serius: " Nana, sudah berapa umurmu? Jika kamu ingin belajar mandiri, hal yang harus kamu lakukan pertama kali adalah kamu harus tidur sendiri."

Nana : "Aku bisa tidur sendiri di sini, apakah tidur saja perlu mencari bantuan orang? Aku justru tidak percaya."

"..." Gavin pun terdiam. Jarang sekali bisa minum sedikit wine hari ini, jarang sekali hasratnya sangat tinggi hari ini, jarang sekali hari ini... ah sudahlah, lupakan!

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu