Cinta Pada Istri Urakan - Bab 266 Tanu Mengakui Kesalahannya

Ciputra sedang memikirkan krisis yang dihadapi perusahaan saat ini dan juga memikirkan latar belakang kontrak pernikahan dengan Keluarga Atmaja, dia sangat dilema.

"Merusak keturunan Keluarga Dibyo? Hahaha, kalian tidak perlu sembunyikan padaku, bukankah wanita di Amerika Serikat tersebut telah melahirkan putra Tanu?! Sudah hampir seratus hari, benar?"

Ibu Tanu dan Tanu tidak berbicara.

"Menikah dengan Maira hanyalah rencana sementara, dia adalah orang gila, kalau begitu, kamu hanya perlu mengurungnya saja, benar? Daripada dia setiap hari marah denganmu karena simpananmu diluar."

Tanu masih enggan, "Main-main di luar berbeda dengan pernikahan, pernikahan adalah sesuatu yang sangat suci, aku tidak ingin menodai pernikahan dengan cara ini."

Ciputra tertawa dingin: "Haha, kamu sekarang masih tahu bahwa pernikahan merupakan sesuatu yang sangat suci? Sejak kapan kamu memiliki kesadaran ini?"

Tanu segera memikirkan seseorang, "Ini ... itu ... lupakan saja, kamu juga tidak mengerti."

Ibu Tanu telah mendamaikan konflik antara suami dan putranya selama bertahun-tahun, dia masih lebih memperhatikan gambaran besar dan bertanya: "Apakah perusahaan benar-benar menghadapi kesulitan sekarang?"

Ciputra terpaksa mengatakan yang sebenarnya, "Ketika harga saham Grup Perusahaan Atmaja turun, harga saham perusahaan kita juga turun, hanya saja harga saham perusahaan kita tidak turun separah harga saham Grup Preusahaan Atmaja, jadi tidak ada yang memperhatikannya."

"Sekarang situasi Grup Perusahaan Atmaja sudah membaik, tapi harga saham kita masih turun, dan juga tidak akan ada kabar baik dalam tiga bulan ke depan."

"Perusahaan kita tidak seperti Grup Perusahaan Atmaja yang memiliki dana 14 T rupiah, jika harga saham kita turun terus, maka cepat atau lambat akan terjadi sesuatu."

Berbicara tentang kesulitannya, Ciputra mengepalkan tangan dan mengerutkan kening, "Pinjaman bank tidak disetujui, dan bank juga mengevaluasi aset kita, semakin harga saham kita turun, maka pihak bank semakin tidak akan menyetujuinya, jika tidak ada dana untuk mendukung, aku takut ... Blue City International akan ganti pemiliknya. "

Ibu Tanu: "..."

Tanu: "..."

Ciputra menatap Tanu dan berkata, "Kamu adalah satu-satunya putraku, dan istrimu adalah ibu kepala keluarga Dibyo di masa depan, jika bukan karena benar-benar tidak ada pilihan lain lagi, aku bagaimana mungkin memilih orang gila untuk menjadi istrimu?"

"Menjalin hubungan pernikahan dengan keluarga Atmaja adalah cara tercepat untuk menyelesaikan kesulitan perusahaan saat ini. Perusahaanku juga merupakan milikmu di masa depan, coba kamu pikir baik-baik, kamu ingin mendapatkan uang berjumlah ratusan miliar rupiah dan menghabiskannya dalam waktu sebentar, atau kamu ingin mendapatkan seluruh perusahaan dan menikmati hidupmu selamanya?"

Setelah mendengarkan analisis suaminya, Ibu Tanu mengikuti suaminya untuk membujuk putranya, "Tanu, pertimbangan ayahmu benar, kita harus mengutamakan gambaran besar dan yang paling penting adalah menyelesaikan kesulitan perusahaan sekarang, Maira hanyalah seorang orang gila, kita mengurungnya di dalam rumah, mencari seseorang untuk menjaganya, dan memberinya makan tiga kali sehari tidak akan menghabiskan banyak biaya. "

"Tapi, tapi ..." Tanu masih enggan, jika dia berkata bahwa dia tidak ingin bermain-main seperti sebelumnya, apakah orang tuanya akan mempercayainya?

"Jika kamu menikah dengan Maira, kamu bukan hanya dapat membantu perusahaan, tetapi juga tidak mempengaruhi urusan pribadimu, kebobolanmu (menghamili diluar nikah) sebelumnya tidak ada banyak wanita yang bisa tahan, Jika bukan karena ibu yang membantumu, apakah kamu kira kamu bisa hidup tenang seperti sekarang?"

"Lagi pula, Yuyun telah melahirkan putramu, keluarga kita sudah memiliki keturunan, tidak peduli siapa yang melahirkannya, asalkan itu adalah anakmu, aku dan ayahmu akan mengakuinya."

Tanu menyisipkan satu kalimat dan bertanya, "Bu, jika kedepannya aku menemukan gadis yang benar-benar saling mencintai, bolehkah aku bercerai dengan Maira?"

Ciputra melihat putranya akhirnya setuju dengan hal ini, dia berkata, "Tentu saja boleh, setelah kalian menikah selama tiga atau lima tahun dan Maira masih tidak dapat melahirkan anak, ditambah lagi dia sudah gila, kita dapat menemukan alasan yang bagus untuk mengirimnya kembali ke Keluarga Atmaja."

Ibu Tanu berkata dengan wajah muram, "Dia belum tentu bisa hidup selama tiga atau lima tahun."

Tanu merasa tidak nyaman di dalam hatinya, dia merasa sedikit sedih dan sedikit tidak berdaya, betapa baiknya jika wanita yang menikah dengannya bukan Maira, tetapi Manda.

Dia heran dengan pikirannya ini dan tidak berani berbicara untuk waktu yang lama.

Ciputra melihat putranya masih ragu-ragu, dia langsung memutuskan, "Lakukan seperti ini saja, aku tidak akan peduli dengan kehidupan pribadimu di masa depan, besok bawa hadiahnya, kami akan menemanimu pergi ke keluarga Atmaja untuk meminta maaf "

"..."

——

Hari berikutnya, keluarga Atmaja.

Sejak Manda mulai sekolah dan pindah ke kampus, Maira juga telah pulang dari rumah sakit dan tinggal di rumah.

Asalkan dia tidak melihat Manda, suasana hatinya akan sangat stabil.

Selain lebih tidak suka berbicara dan lebih tenang dari sebelumnya, Maira tidak ada yang aneh, dan tidak akan gila juga.

Grup Perusahaan Atmaja bangkit kembali, hal tersebut membuat Rama menjadi sangat bersemangat, dia setiap hari sibuk dengan penataan kembali dan pengoperasian perusahaan.

Yang paling penting adalah Nagita memaafkannya pada saat dia jatuh miskin, dan mengembalikan semua harta miliknya, yang membuatnya benar-benar menyadari kesalahannya.

Untungnya, Keluarga Atmaja masih sempurna seperti sebelumnya.

Di pagi hari, sebelum cahaya matahari terlalu panas, dan rumput-rumput masih ada embun hujan yang lembab, Nagita membawa Maira ke halaman untuk menyiram bunga.

"Maira, coba kamu lihat, betapa indahnya bunga kembang sepatu itu, apakah kamu masih ingat? Bunga itu ditanam olehmu."

Maira tersenyum dan mengangguk, tetapi tidak mengatakan apa-apa.

Nagita memberinya gembor penyiram tanaman, seperti mengajarinya bagaimana memegang pena dan menulis ketika dia masih kecil, sekarang Nagita memegang tangannya dan mengajarnya bagaimana menyiram bunga.

"Lihat, kita sudah menyiram bunga kembang sepatu, jadi dia tidak akan kering jika kena cahaya matahari."

Maira masih diam, tetapi Nagita dapat melihat bahwa dia suka dengan menyiram bunga.

"Maira, ayahmu menyuruhku menemanimu pergi bermain-main ke Bali, apakah kamu suka pergi ke pantai?"

Maira mengangguk, dan ada kilatan bahagia di matanya.

“Baik Maira, Ibu besok akan membawamu pergi.” Nagita berjanji begitu, tapi dia masih ragu-ragu, bagaimanapun dia masih belum bisa melupakan perihal Rama berselingkuh.

Di luar tiba-tiba terdengar suara mobil, Maira menoleh untuk melihat, lalu menarik pakaian Nagita dan berkata, "Bu, ada tamu datang ke rumah."

Nagita sangat bahagia dan berkata, "Ya, ya, ada tamu datang ke rumah."

Dia berbicara sambil menoleh, ketika dia melihat Tanu sekeluarga bertiga turun dari mobil, dia langsung berbalik dan membawa Maira berjalan ke dalam rumah.

"Maira, ayo kita cepat masuk, mereka adalah orang asing, bukan tamu, ayo kita masuk ke rumah."

Nagita membawa Maira kembali ke rumah, lalu membawanya ke kamarnya.

Pelayan rumah bergegas datang.

"Berdiri di luar dulu, aku segera keluar."

"Baik."

Nagita diam-diam menenangkan Maira, "Maira, kamu berbaring dan istirahat sebentar, ibu akan memasakkan bubur sarang burung walet untukmu, kamu harus patuh ya."

Nagita keluar dari kamar Maira dan bertanya: "Apakah anggota keluarga Dibyo datang?"

Pelayan itu mengangguk, "Ya, mereka bawa banyak hadiah, Tanu bertelanjang dada dan membawa rotan lagi, katanya dia datang untuk meminta maaf."

"Di mana orangnya?"

"Masih berada di halaman, tanpa izin nyonya, aku tidak berani membiarkannya masuk ke rumah."

"Kamu berada di sini untuk menjaga Nona Besar."

"Baik."

Nagita menelepon Rama dulu, setelah itu, dia baru perlahan berjalan ke halaman.

"Aduh, matahari hari ini terbit dari sebelah Barat ya?" Dia melihat ke atas, "Ehh, Tidak kok, matahari tetap terbit dari sebelah Timur."

Ciputra tersenyum, dia melangkah maju dan berkata, "Nyonya Atmaja, aku membawakanmu anak durhaka ini, aku serahkan saja padamu, terserah kamu mau memukul atau memarahinya."

Nagita melirik Tanu, Tanu benar-benar bertelanjang dada dengan membawa dua rotan di tubuhnya, kelihatannya dia memang ingin meminta maaf padanya.

"Kamu mau meminta maaf? Tapi kesalahan apa yang telah kamu lakukan?"

Tanu tidak mengatakan sepatah kata pun, dia tidak pernah melakukan hal yang begitu menyakiti harga dirinya dalam kehidupan ini.

Ciputra memelototi putranya dan memberi isyarat padanya — Cepat mengakui kesalahanmu.

Ibu Tanu berkata dengan santai: "Dia telah menyakiti Maira dan juga menyebabkan Maira sakit. Dia juga tahu bahwa dia telah melakukan kesalahan, sehingga dia bersembunyi ke luar negeri untuk sementara waktu, dia baru pulang kemarin, ayahnya melihatnya dan langsung menangkapnya untuk datang mengaku kesalahannya pada kalian, Nyonya Atmaja, kami datang untuk meminta maaf dengan tulus. "

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu