Cinta Pada Istri Urakan - Bab 578 Kita Putus Saja

Darius sudah menjadi mata-mata selama puluhan tahun, dalam waktu ini, menyebabkan tragedi tragis dalam keluarganya.

Pada waktu tanpa kekhawatiran itu, dia tidak takut mengorbankan nyawanya, sepenuhnya fokus ke dalam perannya.

Sekarang dia sudah menyelesaikan tugas dan kembali, kurangnya kehidupan nyata selama puluhan tahun membuat dia tertinggal jauh dibelakang rekan seumurannya, dia tidak punya mobil tidak punya rumah dan tidak punya uang, mungkin masih akan ada hukuman penjara, bagaimana dia tega menyuruh orang menunggu.

Ketika bersama di luar negeri, dia juga sudah memutuskan, jika bisa pulang dengan selamat ke dalam negeri, pasti akan menikahinya.

Tapi setelah kembali baru menyadari, kehidupan terlalu realistis, terlalu sedikit jalan menuju masa depan untuk orang seperti dia.

Jenny sekarang sudah dipindahkan ke kantor polisi, perwira polisi wanita berpangkat tinggi dengan masa depan tak berbatas, orang yang menyukainya banyak sekali, semuanya tokoh besar atau pejabat tinggi, termasuk apa dirinya yang hanya seorang tanpa pekerjaan tetap dan mungkin akan masuk penjara?

Awalnya ibu Jenny sangat menentang, dia paham sekali, setuju barulah aneh.

Dia tidak tahu bagaimana Jenny meyakinkan ibunya, semua upaya yang dia lakukan demi dirinya, dia melihatnya.

Tetapi, orang seperti dirinya, orangtua saudara istri dan anak, semua orang dalam keluarga, semuanya kehilangan nyawa gara-gara dirinya, sekarang dia tidak punya apa-apa lagi, hanya ada satu nyawa murah, bagaimana dia bisa mencelakai orang lain lagi?

Mungkin mereka hanya mempunyai takdir untuk saling berbagi kesulitan, tapi tidak ada takdir untuk saling berbagi kenikmatan dalam hidup.

Menatap wajah Jenny yang penuh air mata, di hati Darius merasa bersalah, berkata: “Jenny, kita lebih baik......lebih baik sudahlah......”

Jenny tertegun, bahkan tidak terpikir menangis lagi, menarik lengannya, “Kamu lihat aku, katakan sekali lagi!”

Darius menarik nafas dalam-dalam, dia sudah melewati usia pacaran, tidak ingin berbelit-belit, juga tidak ingin menyakiti siapa pun, dia sangat jujur langsung berkata: “Jenny, aku tidak boleh menundamu lagi, kamu sangat baik, kamu layak dinikahi oleh pria yang sama baiknya, aku yang tidak cocok untukmu.”

“......” Jenny merasa sangat sakit hati.

Bukankah sedang membicarakan masalah tentang mengunjungi orang tuanya saat Tahun Baru, kenapa malah membicarakan putus?

Mereka seharusnya membicarakan masalah pernikahan, mereka sedang mempersiapkan kehamilan, kenapa malah membicarakan putus?

Dia menarik baju Darius erat-erat dan tidak mau melepaskannya, menggeleng dan berkata: “Tidak ada yang tidak cocok, kenapa tidak cocok? Di dalam hatiku kamu adalah seorang pahlawan besar, pria sejati yang berani dan mengesankan, aku mencintaimu, juga mengidolakanmu, kamu tidak perlu dibandingkan dengan orang lain, yang aku cintai adalah kamu.”

Darius merasa sedih hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, dia tidak pintar mengungkapkan perasaan, lebih tidak bisa membujuk orang, melihat wanita yang setiap hari bersikap baik dan menyanjungnya karena penolakan darinya penuh airmata, dia juga merasa sedih.

Tapi, dia malah tidak bisa mengucapkan sepatah kalimat pun.

Kehidupan yang selalu tertekan dalam jangka waktu panjang, membuatnya belajar diam, dia juga sudah terbiasa diam.

“Aku tahu kematian Bobi membuatmu sangat terpukul, bukankah aku sudah mengatakannya, aku akan melahirkan satu anak lagi untukmu, kita akan memiliki anak kita sendiri, asalkan dia bisa tumbuh dewasa dengan aman dan sehat sudah cukup, Darius, sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?”

Darius menggeleng, tetap terdiam.

Di tempat ini tidak ada lampu jalanan, malam yang gelap, angin yang dingin, hati yang hancur, di tengah angin dingin airmata Jenny membeku jadi es, satu demi satu goresan menyayat wajahnya, juga satu demi satu goresan menyayat hatinya.

“Aku tidak mengerti, kenapa setelah kamu kembali seperti berubah menjadi orang lain, berubah menjadi ragu-ragu dan kurang tegas dalam melakukan sesuatu, berubah menjadi banyak pertimbangan dan tidak pasti, berubah menjadi tidak berani melakukan ini tidak berani melakukan itu, sebenarnya apa yang sedang kamu takutkan? Kamu katakan!”

“Jenny, pelankan sedikit suaramu......” Orang lain masih belum pergi jauh, Darius takut didengar para sahabatnya.

Dari tempat tidak jauh, Jordan agak cemas melihat mereka, pintu mobil sudah dibukakan, tapi mereka lambat sekali belum masuk ke mobil.

Sonny pergi duluan mengendarai mobil, Vero masih menunggunya di rumah.

Jino tidak tenang dan melirik mereka dua kali, tapi begitu terpikir Fanny di rumah, dia juga tergesa-gesa pergi.

Weiner, Anis Tata, dan Hendro mereka pergi bersama, Weiner yang mengemudi, melihat dua orang sepertinya sedang bertengkar di tempat gelap, menurunkan jendela mobil berkata pada Jordan: “Atasan, pergi lihat-lihatlah.”

Jordan ragu-ragu, “Bukankah agak canggung jika aku pergi ke sana?”

Weiner: “Lalu kalau kami yang pergi bukankah lebih canggung lagi?”

Anis Tata merasa ada hal seperti itu dan berkata: “Malam gelap angin kencang, pria dan wanita lajang, saling berdekatan tidak jelas, pasti ada niat jahat, tidak boleh lama-lama berada di tempat ini, lebih baik kita pergi dulu.”

Hendro: “Sungguh terlalu sia-sia kamu menjadi dokter, kenapa tidak pergi ke bawah jembatan untuk membantu orang meramalkan nasib saja?”

Jordan melambaikan tangan dan berkata: “Kalian pergi saja, sebentar lagi harusnya sudah selesai, aku akan pergi melihatnya”

Mereka pasangan muda, oh bukan, masalah diantara pasangan tua, kita sekelompok pria juga tidak baik ikut campur, untuk itu, Weiner mengemudi dan membawa dua orang lainnya pergi.

Jordan berdiri di kejauhan, tidak pergi juga tidak mendekat.

Dia menyaksikan bagaimana adiknya berlutut dan memohon pada kedua orang tua agar menyetujui pernikahannya dengan Darius, obsesi adiknya pada Darius lebih dalam lagi dibanding dulu terhadap ketua, dia bahkan mengancam dengan mati, lebih baik melepaskan semua yang ada di Kota Jakarta juga harus bersama Darius dan tak terpisahkan.

Sebelumnya, Jenny adalah ratu prajurit wanita yang selalu berada di atas, seekor burung merak yang sombong, hanya Jordan yang bisa melihat sisi adiknya yang lemah dan derita dirinya agar disetujui.

Dia hanya meminta untuk mendapatkan seorang kekasih saja.

Jordan perlahan mendekat, malam gelap sekali, di sekeliling sangat tenang, suara tangisan dan suara bicara adiknya, jelas terdengar di telinganya.

“Darius, kita telah melalui banyak rintangan hidup dan mati, tidak mudah baru bisa mengakhiri hidup sebagai mata-mata dan melewati kehidupan orang normal, kenapa kamu mau putus denganku?”

“Darius, jangan mengucapkan kata-kata tidak masuk akal seperti demi kebaikanku, demi masa depan kita, aku terus berusaha maju ke depan, dan kamu terus mundur ke belakang, sebenarnya apa yang ingin kamu lakukan?”

“Darius, usiaku tidak muda lagi, bukan hanya kamu, aku juga ingin seorang anak, aku sudah katakan akan melahirkan anak untukmu, aku akan melahirkannya!”

Pada saat ini, Darius yang terdiam lama tiba-tiba meninggikan suara, dalam malam yang tenang dan dingin agak menyedihkan, dia berkata: “Aku bahkan tidak bisa memberimu kehidupan yang tenang dan stabil, untuk apa kamu bersamaku?”

Jordan tidak sanggup mendengarnya lagi, dia merasa kasihan dengan adiknya.

“Darius,” Dia berjalan ke depan, langsung menarik kembali Jenny, “Beritahu aku pemikiranmu.”

Jordan merasa bersalah pada keluarga Wijaya, dia tidak berani menatapnya langsung, “Aku tidak pantas untuk adik, tidak bisa memberinya kehidupan yang bahagia dan tenang, aku tidak pintar bicara, kamu nasehati dia saja.”

Jenny berusaha mencoba melepaskan tangan, tapi Jordan memegangnya dengan erat, dia marah sambil melototi Darius, memperingatkan: “Baik, kamu yang mengatakan ini, kalau begitu aku harap kamu bisa melaksanakan apa yang sudah kamu ucapkan.”

“Kak, kamu jangan urus masalahku.....”

“Kamu jangan bergerak!”

“Kak, dia melakukan hal bodoh kamu juga ikut bodoh? Aku tidak akan putus dengannya, tidak akan!”

Jordan menghela nafas dalam-dalam, “Jenny, dia yang tidak menginginkanmu, untuk apa kamu harus begini?”

Jenny sambil menangis berkata: “Kamu tidak paham perasaan cinta kami, kamu tidak paham, dia tidak bermaksud benar-benar putus denganku, dia hanya sedang marah.”

“Bukan begitu,” Darius sangat tenang berkata, “Jenny, ini adalah keputusan yang sudah aku pikirkan matang-matang, kita, putus saja.”

“......” Dalam sekejap Jenny menjadi tenang, menatap Darius tanpa bisa mempercayainya.

Angin dingin yang menusuk ke dalam tulang, ucapannya yang datar lebih tajam menusuk ke hati dibandingkan angin dingin.

Novel Terkait

Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu