Cinta Pada Istri Urakan - BAB 194 Dia Bukan Satu-Satunya

Setelah kembali ke asrama, Manda memikirkan baik-baik kata-kata Ariel.

Orang-orang mengingatkannya untuk tidak ikut campur pada perasaan orang lain.

“Argh! Argh argh!” Manda seorang diri di kamar dan hampir jadi gila, “aku tidak mungkin ikut campur, biar saja mereka balikan, apa hubungannya denganku?!”

Jika dipikirkan, pada malam itu Rendra tidak bilang mereka akan balikan, dia merasa sangat senang.

Pemandangan yang ia lihat dengan matanya sendiri, ditambah lagi peringatan tidak jelas yang diberikan oleh Ariel, membuat mood-nya jadi naik turun seperti roller coaster.

Wanita adalah makhluk emosional, perasaan sedih yang datang setelah perasaan senang membuatnya jauh lebih mengerti keadaan.

Ternyata Rendra tidak sebaik yang ia pikirkan, dia balikan dengan mantan pacarnya, di satu sisi ia juga menolaknya.

Mengapa, dia ingin balikan dengan perempuan itu?

Padahal dia tidak pernah menemani Rendra!

Saat Laras masuk, dia melihat Manda menghentakkan kaki dengan marah.

Dia duduk di sebuang bangku dengan menyilangkan kedua kaki, sungguh aneh.

“Ada masalah apa? Siapa yang membuat Nona Manda merasa tidak senang?”

Manda merespon kaliman barusan dengan umpatan: “Aku tidak akan menyukainya lagi, tidak akan!”

Laras bertanya: “Kamu tidak lagi menyukai Rendra atau tidak lagi menyukai Ariel?”

Manda menjawab tanpa ragu: “Aku tidak menyukai keduanya!”

Laras menepuk bahunya dan berkata: “Baik, aku akan mendukungmu, kamu harus lakukan apa yang kamu katakan.”

Ekspresi Manda berubah kesal, ia menjawab dengan sarkas: “Aku katakan padamu Laras, mengapa kamu sesenang ini ketika aku patah hati?”

“Hah, siapa yang mulai pembicaraan ini? Apa kamu jatuh cinta?”

Kekalahan Manda tertulis jelas di wajahnya, “Aku tidak mood berdebat denganmu, aku mau tidur.”

Dengan demikian, ia melepas sepatunya dan benar-benar tidur.

Laras duduk di sebelah tempat tidur dan berkata lembut: “Karena mereka balikan, kamu langsung patah hati begini? Ayolah, tidak usah sedih, aku akan memperkenalkanmu pada Kakak tentara, prajurit di kelompok Gavin semuanya adalah lelaki tampan.”

Melihat Manda tidak begitu tertarik, dia berkata sekali lagi : “Betul deh, kalau tidak percaya tanya pada Fanny, waktu itu dia ada hubungan dengan Kakak tentara, membuat gadis-gadis di grup tari menjadi gila.”

“Gadis-gadis dari kelompok penari semuanya jahat, sebelumnya mereka selalu mencari lelaki paling tampan, kali ini nyawa mereka pasti melayang gara-gara Kakak tentara.”

“Coba lihat dirimu, kamu kan wanita yang sangat cantik, jangan hanya terpaku pada satu orang, bukankah begitu?”

“Ditambah lagi, di sini ada laki-laki yang siap dikencani, ketua kelompok Dimas Agung, bukankah dia juga lelaki tampan? Masih banyak laki-laki di dunia ini, kenapa repot...”

“Diam kamu,” Manda pada akhirnya menginterupsi, “aku bisa mengatasinya sendiri.”

“Baiklah, kalau begitu aku tidak khawatir.”

——

Siang hari saat pelajaran melukis, Ariel mengajak murid-murid ke tempat terbuka di luar kelas.

Semuanya berpindah dan duduk di kursi kecil, menyiapkan papan menggambar dan mendengarkan apa yang dikatakan Guru Ariel.

Rendra ikut membantu.

Matahari hari ini terlihat sangat cerah, tidak ada angin, tidak ada awan, langit terlihat sangat biru.

Rendra mendongakkan kepala melihat langit biru dan melihat sekumpulan burung putih terbang melintas langit, sangat cantik, juga sangat spektakuler.

Pada pelajaran menggambar hari ini, Ariel mengajarkan pada semua orang untuk menggambar bangunan sekolah, murid-murid menggambar dengan sangat rajin.

Pada waktu seperti ini, di kejauhan terdengar suara yang teredam, Rendra mengkuti arah suara itu, pohon-pohon di belakang gunung tiba-tiba bergoyang, kemudian terbanglah sekelompok burung.

Tidak ada angin, tapi pohon-pohon bergoyang.

Ditambah lagi tidak semua pohon bergoyang, hanya yang di belakang gunung saja.

Fenomena apa ini?

“Murid-murid, apakah kalian mendengar suara dari balik gunung?”

Ada seorang murid mengangkat tangan: “Guru Rendra, aku mendengarnya, aku sering mendengarnya, ayahku bilang suara itu adalah guntur suram dari langit.”

“Aku juga mendengarnya, sering malahan, kadang suaranya keras, kadang suaranya kecil, aku sering mendengarnya dari rumahku, kakekku bilang ada seseorang yang menggali tambang dan meledakkan gunung secara diam-diam.”

“Guru Rendra, dari rumahku sana, tidak hanya siang hari, namun malam hari aku juga mendengarnya, itu adalah suara alam.”

“Murid-murid, kalian beropini dengan sangat aktif.”

Rendra memandang ke pohon-pohon yang tenang di belakang gunung, untuk sementara waktu, tidak ada pergerakan.

——

Dalam sekejap, sepuluh hari berlalu sudah dan kegiatan dukungan pengajaran ini akan segera berakhir.

Laras memutuskan untuk membawa serta Mon dan adik lelakinya kembali ke Jakarta, pertama adalah untuk menyatukan mereka bertiga, kedua dia ingin membantu keluarga Mon.

Mon sangat arif bijaksana, pada saat berusia sepuluh tahun, dia sudah memikul beban kelurga.

Laras tidak ingin dia kehilangan hidupnya karena kemiskinan.

Asisten dan fotografer Ariel juga datang, memotret Ariel sepanjang hari, merekam kehidupannya di sini menggunakan kamera.

Pada kelas terakhir, Ariel mengumumkan pada publik bahwa dia akan mendonasikan 20 miliar rupiah ke Sekolah Dasar Gunung Sumbing.

Yang paling penting, dia juga menyemangati guru-guru untuk kembali ke kampung halaman mereka untuk mengajar, dengan gaji yang lumayan.

Kepala sekolah merasa sangat terharu dan menangis, ini adalah sumbangan yang bisa menyelesaikan masalah keuangan di sekolah.

Anak-anak juga berkeliling di sebelah Ariel, berteriak memanggilnya “Guru Ariel”.

Ariel berkata sambil menghadap kamera: “Ini bukan kontribusiku seorang, kontribusi terbesar berasal dari grup kerja sosial nasional, dengan adanya kelompok ini, kami akan lebih memperhatikan kondisi anak-anak di area pengunungan yang terpencil, jika ingin berterimakasih, maka berterimakasihlah kepada para guru dari grup kerja sosial yang mengabdi secara diam-diam....”

Di luar kelas, banyak orang berkumpul untuk melihat, termasuk Laras dan Manda.

Orang-orang memiliki pendapat yang berbeda mengenai hal ini.

“Sejujurnya, sebelum ini aku asing terhadap Ariel, sekarang benar-benar jelas, dia benar-benar tulus melakukan amal.”

“Artis selalu berhubungan dengan bisnis, pada analisis akhir mereka tetap membuat kehebohan. Aku sangat mengaguminya karena dia melakukan donasi secara diam-diam.”

“Ini sama seperti prinsip ‘melakukan hal baik tidak peduli meninggalkan nama atau tidak’, tidak peduli meninggalkan nama atau tidak, hal baik harus tetap dilakukan, mengapa harus melakukan pelanggaran etika moral?”

“Coba kalian lihat, tunggu sampai dia mempublikasikannya, dia akan menjadi satu-satunya orang yang dianggap berkontribusi, siapa yang akan memperhatikan kita para pekerja sosial ini?”

“Selebriti memang suka pamer, bisa dimengerti sih, selama dia melakukan hal baik, suka pamer dia akan tetap elegan, coba lihat si kepala sekolah tua, dia terus menangis.”

Laras dan Manda hanya mendengar, mereka tidak mengeluarkan opini.

Faktanya, beberapa hari ini Manda selalu bersembunyi dari Rendra dan Ariel, hari ini dia ditarik keluar secara paksa oleh Laras.

“Ayo pergi, ayo pergi, tidak ada hal bagus untuk dilihat.” Manda bergumam sendiri bahwa dia akan pergi, tapi dia berbalik dan melihat Rendra berdiri di belakangnya.

Suasana menjadi tegang, Manda menarik Laras ke depan, ia bersembunyi di belakangnya.

Rendra berkata: “Aku tidak melihatmu beberapa hari ini, kakimu sudah baikan?”

Manda menenggelamkan kepalanya dalam diam, Laras mau tidak mau harus menjawab untuk Manda, “Sudah baikan, dia bisa berjalan dengan cepat sekarang.”

Rendra mengerutkan kening, dia tidak tahu mengapa Manda bersembunyi darinya.

Saat itu juga terdengar gemuruh samar di kejauhan, semakin lama semakin keras, semakin lama semakin dekat....

“Ah! Cepat lihat, apa itu?” seseorang menunjuk ke belakang gunung dan menjerit.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu