Cinta Pada Istri Urakan - Bab 421 Santai Saja, Aku Akan Berhati-Hati

Dibawah kesaksian semua orang, Manda menerima lamaran cinta Rendra, setelah itu sekeluarga makan bersama.

Laras sangat gembira, karena kegembiran belebihan menyebabkan dia semakin merindukan Gavin.

Dia memegang gelas alkoholnya, berdiri dengan badan yang bergoyang, " Sini, Manda, aku bersulang segelas, semoga kamu dan kakak pertama bisa hidup harmonis sepuluh ribu tahun.

Manda: "Jangan minum lagi."

Laras: "Tidak, aku gembira, sini, kak, mari-mari."

Diacara bahagia ini, Rendra juga gembira mengambil gelas minuman: "Baik, terima kasih"

Setelah itu, dia mengambil gelas minuman di tangan Manda, "aku wakili Manda. Sekali lagi dia menghabiskan minumannya

Melihatnya, Laras bagaikan dipukul keras, berkata:" Minum."

Aaron mengetahui apa yang dipikirkan Laras, :"kakak Ipar, apakah kakak ipar sedang merindukan kakak kedua?"

Muka Laras cemberut, duduk, "Hem, aku tidak memikirkan dia."

"ha, reaksimu menandakan kamu berbohong, jangan beginilah, kenapa harus berbohong, kita sama-sama sekeluarga?"

Laras duduk diam, efek alkohol sudah mengalir ke otak, ada sedikit pusing, dia cemberut dengan muka masam, tidak ingin berbicara dengan setiap orang.

Manda dengan suara kecil mengingatkannya, " Laras, jangan minum banyak, generasi tua semua disini."

Laras merasakan sedih dengan ekpresi wajah yang tidak memuaskan.

Bisa terlihat, hari ini kakek senang sekali, kata-kata yang diucapkan lebih banyak dari biasa, terkadang kata yang dibicarakan ada maknanya.

Tetapi, dia menpunyai penyakit alzheimer, terkadang waktu makan lupa ambil sendok, tiba-tiba bisa lupa nama orang kalau melihatnya.

Reni terasa memalukan, Jarang ada acara makan bersama ini, Romo masih membawa kakek keluar, sudah memalukan, mulai acara Romo berada di sisi kakek terus tanpa memperhatikan dia, dia merasakan sangat tidak puas

Dia menarik baju Romo, berbicara dengan suara kecil:"Sudah cukup, minta supir antar kakek pulang, memalukan sekali kalau kakek kencing di celana."

"Apa yang memalukan? Ayahku memalukan apa?"

"Kamu....Romo, sikap apakah kamu, berbicara terhadap aku?"

"Apa yang kamu bicarakan, dia adalah ayahku, ayahku gembira, sekarang masih pagi, kenapa tidak bisa tunggu sebentar?"

"aku takut dia kencing di celana, ntar dia kencing di celana, kamu yang urusinnya?"

"Urusan kamu yang banyak, kamu pulang dulu saja."

"kamu......"

Romo tidak menyimpan rasa ketidakpuasan terhadap Reni, keluarga Pradipta bercanda gurau dengan kakek terus tanpa mempedulikan mereka, kenapa keluarga sendiri yang merasakan kakek yang memalukan?

Dan Reni juga lagi marah.

Beberapa tahun ini, hubungan mereka kurang akur, disertai ayahnya meninggal, kuasa Romo makin besar, Romo memiliki sifat keegoisan.

Dalam sepuluh tahun ini, demi keluarga Reni dia bekerja keras, sekarang dia ingin berusaha untuk diri sendiri, dia menginginkan sewaktu menjaga Reni dan Lana, dia bisa menjaga ayahnya, dan Laras juga.

Setelah generasi keluarga Bakri yang lebih tua meninggal, Romo memutuskan untuk pulang ke negerinya, dia sudah menjelaskan kepada Reni, bahwa hasil jerih payah di Australia adalah milik Reni dan Lana, tapi hasil jerih payah yang di dalam negeri, dia mau bagikan untuk Laras.

Real Estate Podomoro didalam negeri, adalah sepuluh persen dari harta di Australia, dia akan bagikan sepuluh persen ini kepada Laras.

Tetapi, Reni tidak menyetujuinya.

Karena masalah ini, suami istri selalu berbeda pendapat, ditambah masalah kakek, ketidakpuasan Reni terhadap Romo semakin banyak.

Teringat masa dulu, mereka saling mencintai bagaikan tidak bisa dipisahkan, satu meninggalkan anak istri, yang satu melahirkan anak perempuan tanpa ikatan perkawinanan.

Bersama-sama mereka melewati sepuluh tahun, dengan banyak halangan, masa waktu yang panjang tidak memperatkan hubungan mereka, malahan menimbulkan saling ketidakpuasan masing masing.

"Mohon maaf, " Reni berkata dengan senyum terpaksa, "aku ada janji bersama teman ke salon, waktu hampir tiba, aku pamitan dulu, kalian main saja."

Romo merasa canggung, "Perempuan memang banyak masalah, terserah dia pergi saja."

Melihat Romo tidak mempertahankan kepergiannya, Reni mengambil tas bergegas meninggalkan tempat itu.

Melihat mereka tidak gembira, Laras sangat gembira, dia duduk di tempat duduk Reni dengan sedikit mabuk, menggandeng tangan Romo, " Papa, kamu bertengkar sama tante Reni ?"

"Tidak, anak kecil jangan banyak bertanya."

"Hem, aku lihat kalian bertengkar, hehehehe, kenapa aku jadi gembira?" mohon maaf, aku ingin tertawa tidak bisa ditahan.

Romo memanjakan anaknya dengan menepuk kepalanya, "Kalau begitu, kamu tertawa sepuasnya, tetapi...jangan minum banyak, ada dua mertuamu, kalau ingin minum, lain kali datang papa sini, minum sepuasnya.

"bisa-bisa, terimakasih papa, aku mau minum alkohol yang termahal di tempatmu, bisakah?"

"Bisa, Apa yang kamu mau, papa akan bagikan untuk kamu, papamu lebih dapat dipercayai dari pada suamimu."

"Em, ya, papa yang lebih boleh dipercayai."

Kakek berkata pikun: "Papa kamu benar, aku paling bisa diandalkan."

Romo: "ya ya ya, Kamu paling handal."

Laras tanpa sengaja berkata: "Papa, Kenapa kondisi kakek semakin memburuk? aku cek di Google, alzheimer ada tingkat berat ringannya, kakek termasuk ditingkat ringan, kenapa ingatannya menurun dratis?"

Romo memikirkan, "Kemungkinan dia mendapat goncangan besar masalah kakak, dia juga tidak bahagia di tempat aku."

"Kenapa?"

"Pertama tidak menyesuaikan di rumah baru, kedua... " Romo berhenti sejenak, berkata, " kedua, tante kamu selalu mencari masalah, orang tua bisa kedengaran."

Laras bertepuk bahu ayah bagaikan teman, "suami istri bertengkar luar tempat tidur, akur di atas tempat tidur, apakah papa sibuk kerja terus mengabaikan komunikasi suami istri?"

".....” Romo dengan muka masam, seolah marah, "hem, bicara apa kamu anak kecil ini?"

"haha, aku bukan anak kecil, aku sudah kawin."

"Anak bodoh, dimata papa, kamu selalu anak kecil.

Setiap orang merasakan bahagia atas acara makan Rendra dan Manda, dalam suasana bahagia, acara ini terlaksana.

--------------

Rendra sedikit mabuk, dalam keaadaan mabuk dia bisa melakukan apa yang diinginkannya.

Manda tidak tahu kenapa dia bisa dibawa ke tempat tidur, dicium dengan mulut yang disertai aroma alkohol, dia jadi mabuk juga.

"Santai saja, aku akan berhati-hati."

"....."

"Pertama ada sedikit sakit, tahan saja, untuk seterusnya akan merasakan nyaman."

"......" Hei, jangan mengajari aku, tidak perlu ajaran kamu."

Rendra melepaskan baju yang menempel dibadan dia satu-persatu tanpa sungkan, dia juga tidak mau sungka," Manda, aku cinta kamu, terima kasih telah menerima lamaran aku."

Manda sudah mabuk dari serangan dia yang lembut, melepaskan diri, menerima apa yang dilakukannya.

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu