Cinta Pada Istri Urakan - Bab 35 Siang Bolong (2)

Gavin melepaskan topi tentaranya, dengan satu tangan mengangkatnya di lengan, berjalan dengan penuh gaya, “Nyonya Muda, kamu lihat masih ada apa yang kurang, kurang apa beli lagi saja.”

Serangan kemesraan semacam ini sungguh membuat Laras tidak berdaya untuk menghadapinya, saat dimana orang kuno tidak lagi kuno, saat dimana orang bermuka patung tidak lagi mematung, pasti lah dia sangat tidak terbiasa.

Bersamaan dengan langkah kaki pria itu mendekat, dia secara reflek pun mundur, grogi hingga bicara pun tidak lancar lagi, “Tidak tidak tidak…. tidak ada yang kurang lagi…….”

Di belakangnya adalah lemari baju, punggungnya menempel erat di pintu lemari baju, mau mundur pun tidak bisa lagi, tapi Gavin seakan sepertinya tidak memperhatikan hal ini saja, terus mendekat, hingga menekannya dengan erat ke atas pintu lemari.

“Halo…” Laras mengangkat kepala, “Apa yang mau kamu lakukan?”

Gavin dengan satu tangan menopang kepala wanita itu, membengkokkan kaki, membengkokkan ke bawah punggungnya, dengan senyuman dangkal balik bertanya: “Menurutmu apa yang mau aku lakukan?”

“Siang bolong seperti ini tidak boleh melakukan kan.....” Muka Laras memerah, sekuat tenaga menyusutkan lehernya.

Saat ini matahari sudah berpindah ke sebelah Barat puncak gunung, cahaya keemasaan terpancar masung dengan miring-miring, pas sekali menyinari muka Laras yang masih sangat mengantuk, wanita itu membuang muka, membuka mata dengan sipitnya, muka kecil yang sebesar telapak tangan tertata dengan paras wajah yang bagus, dua baris bulu mata yang panjang dan juga lentik, seakan sama seperti kipas menutupi kelopak mata bagian bawahnya.

Wanita itu secara tak bermaksud menjilat bibirnya yang kering, langsung saja, kedua belah bibir yang dibalur dengan air ludah itu menjadi lembab, di bawah pantulan pancaran sinar, seakan seperti memanggil seseorang saja.

Gavin menundukkan kepala melihat wanita itu, semakin melihat semakin suka, tak bisa menahan diri membelai-belai rambutnya, dan juga tiba-tiba suara tawa meledak keluar.

“Lihat kamu ini, rambutmu seperti kandang ayam saja, terlalu mempermalukanku saja.”

“........ heh? Ya kah?” Jadi tadi itu semua hanya kemauanku saja kah? Ya Tuhan, Laras, Laras, tersambar kebodohan cinta kamu ini?!

Gavin tersenyum menggelengkan kepala, menggunakan jari jemarinya menyisiri rambut wanita itu, rambut wanita itu sepertinya sudah bertambah panjang sedikit, awal pertama kali bertemu dengannya telinganya semua masih bisa kelihatan, sekarang sudah menutupi telinga, rambutnya lembut dan juga mudah diatur, kalau dibiarkan panjang pasti sangat bagus, kalau dibiarkan panjang, pasti terlihat seperti seorang anak perempuan.

“OMG?” Laras menyembunyikan sejenak kepalanya, agak sedikit tidak nyaman, “Mengapa terus-terusan mengelus-elus rambutku, kandang ayam biar saja kandang ayam.... kamu hari ini kenapa bisa pulang cepat sekali?”

Gavin memperlembut nada suaranya, dengan rancu berkata: “Saat di mobil bukannya kamu yang memintaku pulang pagian kan, sudah tidak ingat lagi perkataanmu sendiri?”

“.........” Sepertinya memang ada hal ini, wanita itu memaksa diri untuk tenang, bertanya, “Hari ini kamu berpakaian seformal ini mau kemana?”

Gavin dengan singkat dan jelas berkata: “Menghadap atasan.”

Laras melihat medali di depan dadanya, di bawah pancaran pantulan sinar matahari yang keemasan yang terang, wanita itu bertanya: “Menghadap atasan masih bisa mendapatkan cenderamata?”

“......iya, cenderamata.”

Laras dengan seksama memandangi sejenak, di medali yang sangat kecil itu ada huruf yang menonjol, “Hadiah.... utama?” Sinar matahari agak menyilaukan mata, tulisan dan bintangnya satu warna, wanita itu tidak melihat jelas, tentu saja menganggapnya menjadi hadiah utama, “Hadiah utama apa, juara pertama lari, juara pertama lompat tinggi?”

Gavin: “........”

Laras gembira sampai tertawa sendiri, setelah habis tertawa melambai-lambaikan tangan berkata: “Bercanda lah, aku tahu ini medali militer, banyak sekali di ruang baca, perbuatan gagah berani seperti apa yang kamu lakukan bisa mendapatkannya?”

Gavin berpura-pura berpikir mendalam, “Lari juara pertama, lompat tinggi juara pertama.”

Laras tidak bisa menahan tawa, tidak menyangka pria itu juga ada sifat komediannya.

Tertawa dan tertawa, wajah pria itu pun mendekat kemari, bibirnya yang seksi juga menempel ke atas, pria itu dengan satu tangan mengepal di leher belakang wanita itu, tidak henti-hentinya memperdalam ciuman ini.

Novel Terkait

Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu